17 : believe or not

1.1K 166 18
                                    

Hyunsuk menjatuhkan telepon rumah yang semula digenggamnya. Pandangannya menatap kosong ke depan dengan air mata yang perlahan jatuh.

Seorang maid yang ada di samping Hyunsuk menatap bingung pada tuannya. Ia tadi menerima telepon dari pihak bandara dan ingin bicara dengan Hyunsuk.

"Tuan muda, apa semua baik-baik saja?" tanyanya hati-hati.

Tapi Hyunsuk diam tak menjawab. Pandangan namja itu memudar dan kemudian kehilangan kesadarannya.

Panik, maid itu memanggil bantuan untuk membawa Hyunsuk ke sofa. Tidak mungkin ke kamarnya, diatas bro.

"Ada apa dengan Tuan Hyunsuk?" tanya seorang maid lainnya setelah mereka berhasil memindahkan tubuh Hyunsuk.

"Tidak tau. Tadi dapat telepon dari bandara dan tiba-tiba tuan pingsan. Hey, ambil minyak coba,"

"Minyak goreng?"

"Cuk. Merusak suasana."

"mAAF."

"Ah, aku akan ambilkan air putih,"

Semua maid jelas panik.

Seorang maid lainnya yang tengah mengipasi Hyunsuk kemudian mengangkat sebelah alisnya. Ia sepertinya mengingat sesuatu.

"Hey, tadi aku lihat berita di televisi. Ada sebuah pesawat yang hilang kontak dengan pusat. Mungkin kah-"

"Ssssttt. Jangan gitu dong,"

Maid itu mengerucutkan bibirnya. Ia tak bermaksud mendoakan yang tidak-tidak. Tapi, bagaimana jika itu kenyataan? Terlebih, Hyunsuk saja jatuh pingsan setelah berbicara di telepon dengan pihak bandara.

Jika memang benar begitu faktanya, Hyunsuk pasti mengalami syok berat. Ia pasti akan diam mengurung diri. Tidak mau keluar, tidak mau makan, mulai sakit.

"Tidak kah kita sebaiknya mempersiapkan sesuatu akan kemungkinan terburuknya?" usulnya.

Maid yang lain diam. Mereka harus ekstra menjaga Hyunsuk setelah ini.

ㅡ=ㅡ

Junghwan menatap Jihoon dan Junkyu yang baru tiba di apartemen Jihoon dengan penuh kebingungan. Omong-omong, Junghwan memang sedang menginap di tempat Jihoon.

Jihoon masuk dengan wajah yang memperlihatkan emosi namja itu tengah campur aduk. Junkyu juga.

"Uncle Junkyu, papa- kenapa?"

Junkyu menoleh. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Ini buruk," ujarnya pelan sembari meilirk Jihoon yang berjalan tergesa ke kamarnya dan membanting pintu.

Membuat Junghwan terkejut. Tidak biasanya.

"Wae wae?" tanyanya penasaran.

Tangan Junkyu yang bergetar bergerak meremas surainya. Ia bingung, takut, dan sebagainya. Junkyu lalu mendudukkan dirinya di sofa. Tak ada niatan untuk menjawab Junghwan.

Anak itu menautkan alisnya. Kesal karena Junkyu tak menjawab.

"Uncle,"

Junkyu menghembuskan napasnya pelan. Lalu menarik napas dalam-dalam. Membuangnya lagi dan mengulangnya beberapa kali.

Ia kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi pada Junghwan tanpa menatap Junghwan.

Selama mendengarkan Junkyu, Junghwan mengedipkan matanya beberapa kali. Membelakkan matanya, menutup mulutnya, dan berbagai ekspresi yang menunjukkan ia tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

•Come to Me• [𝑝.𝑗ℎ//𝑐.ℎ𝑠] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang