Mendadak aku ingin punya kekuatan bisa menghentikan waktu. Aku ingin bersama Noel lebih lama lagi.
-Lily-
_______
Sudah hari kelima, rutinitas yang Lily lakukan adalah menunggu datangnya hari peleburan itu tiba.
Luna sudah keluar dari rumah sakit dan sudah menemuinya meskipun dengan keadaan histeris. Mereka bertemu, bertatap muka, tapi tak bisa saling bersentuhan.
Ini adalah bukti, sesakit-sakitnya karena kematian seseorang, akan jauh lebih sakit bila bisa bertemu tapi tak dapat disentuh.
Percayalah, lukanya akan semakin dalam.
Karena pada garis takdirnya, tidak ada yang bisa dilakukan pada seseorang yang sudah mati.
Kegilaan yang dilakukan seseorang untuk membuat mereka yang sudah mati hidup kembali, hanya akan memerangkap luka dan rindu itu semakin lama dan akan semakin sukit untuk merelakannya.
Di hari kelima, kaki Lily sudah sangat nerawang. Akan terus berlanjut sampai ke atas. Sampai di hari ke tiga puluh, Lily akan lebur total.
Lily berkeliling di tempat tinggalnya saat ini. Sebuah bintang khusus yang memang diciptakan dari kemurniannya sendiri. Bintang itu, sama dengan nyawa Lily.
Tempat itu sangat indah, sejuk, tenang, tentram. Meskipun Lily tidak punya teman, dia tidak merasa bosan.
Ada satu keanehan di tempat itu, atau mungkin memang sudah dirancang demikian. Hewan-hewan di sana bisa bicara. Dan yang paling dekat dengannya adalah kucing anggora. Bulunya lebat dan berwarna ungu. Lily suka sekali.
Lily memberinya nama Lulu.
"Lu, apa ketika aku lebur aku akan dilupakan?" tanya Lily pada Lulu.
"Tidak. Kau akan selalu diingat oleh siapa pun. Kau akan terlahir sebagai sosok dewi yang akan dihormati. Dan dipatuhi."
"Kapan aku akan hidup lagi?"
"Hanya Malajingga yang tau itu. Aku hanya hewan yang ditugaskan untuk menemanimu. Jadi aku tidak tau apa-apa," jawabnya.
Lily memasang wajah sedikit lesu. Bila memang begitu, dia tidak tahu harus bagaimana memberikan pengertian pada Luna nanti.
"Aku khawatir dengan mama. Bagaimana mama bisa hidup tanpaku? Siapa yang nemenin dia nonton drakor, Lu?"
"LILY!!!"
Baru saja Lily membicarakannya, teriakan Luna sudah menggelegar. Bahkan burung-burung beterbangan saking kerasnya suara Luna.
Lily pun bangkit sambil menggendong Lulu. Berjalan mendekati Luna yang sangat heboh mencari ke sana-ke sini.
"MAMA!"
Luna melakukan hal yang sama seperti Maluka. Siapa pun tidak bisa memeluk dan menyentuhnya. Lily hanyalah roh yang akan melebur nanti.
"Mama kalau nangis Lily gak mau ketemu," ucap Lily agak mengancam.
"Berani banget kamu, ya!"
Lily hanya menjulurkan lidah. Maksud dia seperti itu, supaya Luna tidak terus-terusan bersedih karena dirinya.
"Oke, mama gak nangis. Capek juga, Ly."
Mereka berdua duduk di ayunan yang tersangkut pada pohon beringin.
"Kamu gak rindu mama?"
Lily mengerucutkan bibir. "Gimana bisa gak rindu? Orang tiap hari kita berantem terus. Ma, pengen pulang!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos
FantasyAjaib adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kisah Lily Sunrise. Dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya bukan manusia biasa. Dia punya kekuatan super yang berasal dari sejarah rahasia keluarganya. Lily melihat dunia yang berbeda, kejam...