☆EPILOG☆

22 9 21
                                    

Entah akan membahagiakan atau tidak, semua kisah itu bermakna.

Jangan lupa bersyukur(✿^‿^)

__________

Atas permintaannya, kini Ardo datang untuk melihatnya. Dia datang sendiri karena Lily ingin bicara empat mata.

Beberapa saat terasa canggung, tetapi Lily yang sosoknya terlahir ceria mampu mencairkan suasana. Hubungan mereka tidak baik beberapa waktu lalu, tetapi Ardo tetaplah papa kandungnya.

"Papa tau gak Lily kangen banget?"

"Tau."

"Tapi kenapa pap ninggalin kita?"

Ardo menghela napas panjang. "Kebodohan papa yang terbesar adalah membiarkan kalian pergi. Papa gak akan bisa lepas dari penyesalan itu seumur hidup."

Lily menggelengkan kepalanya. "Papa harus hidup dengan baik. Papa harus janji atau enggak Lily gak akan pernah bisa tenang di sana."

Mata Ardo sekarang sudah berkaca-kaca. "Bagaimana bisa takdirmu seperti ini? Putri kesayangan papa yang selalu papa gendong kalau jatuh dari sepeda, yang selalu papa temani tidur setiap malam, yang selalu papa bantuin menggambar kalau sedang bosan. Sekarang papa gak bisa sentuh putri papa itu."

"Papa ...."

Lily tak dapat menahan tangisnya lagi. Dia sangat sayang pada Ardo. Rasa itu tidak dapat hilang meskipun Ardo telah melakukan kesalahan. Dia pun semakin berat untuk meninggalkan dunia.

"Anak papa," lirih Ardo sambil mengelus kepala Lily. Elusan tak terasa itu membuat tangis Lily semakin deras.

"Maafin papa ya, Nak. Papa salah. Papa ...."

Tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan Ardo saat ini. Dia telah gagal melindungi keluarganya. Yang tersisa hanyalah penyesalan dan menyaksikan peleburan anaknya di depan mata.

"Papa sayang Lily."

"Lily lebih sayang papa. Sayang banget. Lily gak mau pisah lagi dari papa. Jangan tinggalin Lily!"

Padahal yang sebenarnya adalah dialah yang akan meninggalkan yang lain. Tetap saja, momen ayah-anak itu sangat menyedihkan.

"Papa akan lihat peleburan kamu. Itu salah satu cara untuk tebus dosa papa sama kalian."

Walaupun Ardo tahu dia tidak akan sanggup. Namun, itulah konsekuensi yang harus dia terima. Menyaksikan kematian nyata anak sendiri untuk yang kedua kali, adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah ada.


__________


Tidak terasa sudah di penghujung hari Lily menjadi roh. Hari ini, tetapi tidak tahu tepatnya kapan, Lily akan melebur.

Yang membuat Lily terkejut dan tidak lagi bisa menahan tangisnya adalah ketiga Gisha datang bersama Luna.

Lily sangat merindukan sahabatnya itu. Dan dia datang hari ini, tetapi mereka tidak bisa berpelukan seperti biasa. Atau saling menjambak karena berebut bias.

"Lily ...." lirihnya sambil lurus menatap Lily.

"Lo ...."

Gisha mendekat. Dia mengulurkan tangannya menyentuh tubuh Lily. Namun, tembus pandang. Gisha terkejut bukan main. Awalnya dia tidak percaya dengan ucapan Luna.

Gisha yang hanya seorang manusia biasa bisa ke luar angkasa berkat bantuan Luna. Luna sengaja mengajaknya karena ini hari terakhir bisa bertemu dengan Lily.

"Lo udah mati?"

Tubuh Lily bergetar. Melihat Gisha seperti orang yang syok itu sangat menyakiti hatinya. "I-iya."

MikrokosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang