☆FLIRTING☆

17 8 12
                                    

Entah kapan mencarinya, Noel tiba-tiba sudah membuat air bunga hitam. Dia mengumpulkannya dalam botol. Sambil menunggu dua gadis itu bangun.

Setelah bangun, mereka bertiga makan makanan yang mereka bawa. Semalam, jangankan makan, bernapas saja rasanya susah.

Lily juga tampaknya menuruti perkataan Noel semalam. Dia makan di sebelah Maluka. Padahal awalnya Lily selalu menempel pada Noel. Maluka paham, tetapi dia pura-pura tidak tahu saja.

Dirasa perut sudah lumayan kenyang dan tenaga yang mulai terisi, mereka beranjak bangkit untuk menemukan apa yang mereka cari.

Lagi dan lagi, Lily menempel pada Maluka sampai-sampai dia memegang lengan Maluka sambil berjalan. "Lo ngapain sih? Kenapa lo nempel ke gue terus?"

Lily memutar-mutar bola matanya gugup, sambil mengulum bibir bawahnya sendiri. "Gue ... gak ada."

Maluka berdecak. "Apa deh lo gak jelas banget. Hus hus! Sanaaa!"

Lily mencebikkan bibirnya kesal. Dia seperti itu karena tidak mau berdekatan dengan Noel. Takut pemuda itu macam-macam padanya. Seperti yang dia katakan, kalau dia normal.

Di tempatnya Noel melipat tangan di dada sambil menahan tawa. Melihat Lily yang kelimpungan sendiri untuk menjauhinya menjadi hiburan gratis yang begitu menggemaskan. Ekspresinya tidak bisa berbohong kalau Lily sangat takut untuk dekat dengannya sekarang.

"Minggir, Ly. Gue harus lihat peta. Apa lo aja nih yang baca? Lo nuntun jalan, ya?"

Lily sontak menggeleng keras. Dia pun segera menjauh dari Maluka dan juga Noel. Dalam diam Maluka terkekeh karena berhasil mengerjai Lily.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Sebelumnya Lily sudah diobati lagi sehingga gadis itu perlahan bisa memegang sesuatu. Meskipun masih terasa perih sedikit.

"Kita harus ngelewati tempat terseram sih menurut gue. Dan ini puncak."

Lily menoleh pada Maluka yang sedang fokus membaca peta. "Puncak?"

"Lumpur neraka," jawab Maluka dengan ekspresi lemas.

"Lumpur neraka berada di dalam mulut naga yang sudah mati ketika perang antar dewa terjadi. Lumpur panas tersebut bisa melepuhkan daging, panasnya setara dengan panas matahari ...."

"Gila! Mana bisa masuk kalau gitu panasnya," heboh Lily setelah mendengar penjelasan Maluka.

"Bisa."

Lily menaikkan sebelah alisnya. Maluka pun membuka lembar buku yang menunjukkan sesuatu yang tak diketahui Lily. "Ini bunga kesejukan. Kita bisa melemparnya ke dalam sebelum masuk, dan panasnya gak akan kerasa."

"Tapi ada batas waktu. Itu sebabnya kita harus cepat masuk, aqualanoosznya ada di dalam kelopak bunga yang menggantung di atas."

Noel menyahut, "Berarti kita harus cari bunga kesejukan itu dulu?"

Maluka menganggukkan kepala. "Betul. Dan nyarinya susah. Ada di telaga kabut, mana banyak gagak sialan itu, tempatnya dijaga burung hantu."

Lily mendesah panjang. Perjuangan mereka benar-benar tidak semudah yang dibayangkan. "Bagaimanapun kita harus lakuin. Kita udah di sini dan harus dapatkan apa yang kita cari."

Maluka setuju, Noel juga demikian.

"Kita ke barat, El lo ada bawa tambang, kan?" Noel menjawab dengan anggukkan kepala.

"Bagus. Jadi, nanti satu-satu kita turun karena telaganya ada di bawah, curam. Susahnya waktu kita harus nyari bunganya, di sana penuh kabut. Banyak bunga yang bentuknya mirip tapi itu beracun. Kalau kita pegang bisa bahaya."

MikrokosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang