☆STRUGGLE☆

23 9 12
                                    

Lanjutkan.

Jangan berhenti.

Itu tugas dan takdirmu.

Kau tidak akan bisa lari meskipun banyak pihak yang mencoba menahanmu.

Kau harus melakukannya, untuk keabadian.

____

Suara itu entah berasal dari mana dan tidak dimengerti Lily sama sekali. Apa maksud dari tugas dan takdir? Dia mendadak diserang pusing tujuh keliling.

"Siapa itu?! Tunjukkan wajahmu dong!" teriak Lily. Berharap sosok itu mendengarnya.

Namun, nihil. Tidak ada jawaban sama sekali. Dia pun berdecak dan bangkit. Mencoba mencari jalan keluar. Bisa-bisa Luna cemas mencarinya karena tidak ada di kamar.

"Tuan, Nyonya, Ibu, Bapak, siapa pun yang tadi bicara, kasih tau di mana pintu keluar dong. Besok saya harus berjuang nih masuk hutan!"

Dengan mengucap itu, ternyata membuahkan hasil. Sebuah pintu muncul dari dinding kokoh. "Terima kasih! Walaupun tadi saya gak tau maksudnya, tapi saya coba cari tau dan gak akan pernah berhenti."

Iya, dia tidak paham. Namun, dia langsung bisa merasa bahwa semua ini berkaitan dengan Noel. Karena saat ini dia sedang berusaha untuk membantu Noel dan juga hendak melunturkan kasta yang membelit dan menciptakan huru-hara di mana-mana.

Lily pun berjalan menuju pintu tersebut dan keluar. Betapa terkejutnya dia saat mendapati Luna tengah berjalan mendekatinya. "Kamu kok bisa masuk ke dalam? Kan gak ada gagang pintunya?"

Lily menatap pintunya lagi, dan gagang pintu yang semula ada menghilang lagi seperti pertama kali dia melihat ruangan itu. Apa jangan-jangan, hanya Lily yang diperbolehkan masuk ke sana?

"Pertama emang gak ada, terus ada, terus hilang lagi."

Luna memutat bola matanya malas. "Udah sana tidur. Kamu harus persiapan buat ke hutan itu, kan? "

Lily mengangguk lemah. "Mama gak marah, kan?"

Luna menggelengkan kepalnya. "Kakek juga dukung kamu kok. Ini salah satu langkah kamu buat capai tujuan hapus kasta. Karena mama juga mau kasta ini hilang. Nyusahin!"

Lily tersenyum lebar dan langsung berhambur ke pelukan Luna. "Makasih, Ma!"




☆☆☆☆☆☆☆



Lily, Noel, dan Maluka sepakat untuk tidak sekolah. Mereka juga sudah izin kepada pihak sekolah bahwa ini adalah perintah dewa. Namun, yang membuat Noel berat hati adalah, bila mereka semua pergi tidak akan ada yang menjaga Gayu.

Awalnya Noel meminta Maluka untuk tinggal dan menjaga Gayu saja, tetapi dia menolak keras. "Gimana bisa lo nyuruh gue di sini sedangkan lo berdua berjuang kesusahan masuk ke hutan itu? Gue gak mau."

Noel dan Lily jadi bingung. Namun, kebingungan mereka seketika hilang karena seseorang yang datang dan hendak membantu mereka.

Hal itu membuat Lily, Maluka, dan Noel lega. Tampaknya mereka memang direstui untuk berjuang hari ini.

"Pergilah, biar Gayu nenek yang jaga. Kamu tau 'kan nenek adalah orang besar dan yang paling dihormati di planet ini?"

Itu adalah nenek Lily. Ibu dari ayahnya. Seorang petinggi di planet pluto. Namun, gaknya Noel masih sangsi. "Jangan meragukanku. Anakku memang begitu tapi aku tidak. Aku melakukan ini juga demi cucuku. Dia tampaknya sangat gigih ingin membantumu."

"Apa aku bisa pegang ucapan nenek?" tanya Noel.

"Tentu saja. Kau bisa memenggal kepalaku bila aku berbohong. Gayu akan aman bersamaku tenang saja."

MikrokosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang