Part 13

468 55 8
                                    

Ruang kelas XII IPS 1

Dalinda memutar badan ke meja belakang bangkunya. "Kamu kemarin sakit apa, La?"

"Cuma demam biasa kok, Nda," Jawab Lila tersimpul.

"Oh... syukurlah kalau kamu udah sehat. Em... kemarin itu Irpan nyebelin banget."

"Nyebelin gimana?" mengerlingkan mata, tak mengerti.

Flashback on.......

Krringgggggg............ Bel istirahat sekolah berbunyi. Irpan bangkit dari kursi duduknya, berjalan menuju bangku kosong yang berada di belakang kursi Dalinda. "Shut, Nda?"

Dalinda membalikkan tubuh. "Pan, ngapain lo disini?"

"Lila sakit ya, Nda? Sakit apa?" tanya Irpan ingin tau.

"Nggak tau," menjawab ketus.

"Irpan berdecak. "Ck, lo tau rumahnya kan? bagi alamat dong! Gue mau jenguk Lila."

Dalinda memicingkan mata. "Nggak ah, nggak tau gue."

Berimbal Irpan memicingkan mata. "Masak sih? Gue nggak percaya, lu kan temennya yang paling deket dikelas."

"Ya gue emang nggak tau, tanya aja sama Lila sendiri," Dalinda mulai sewot.

Flashback off........

"Terus akhirnya gimana, Nda?" Lila penasaran.

"Akhirnya, gue tetep nggak mau kasih tau sama Irpan. Walau sebenarnya dia kemarin agak maksa gitu. Ya kali, kalau nanti dia tau kamu cuma berduaan di rumah sama Kak Rendra, kan bisa bahaya," ulas Dalinda.

"Hem... iya juga ya, Nda. Bagus deh kalau kamu nggak kasih tau."

***

Krringgggggg.......... Bel pulang sekolah berbunyi. Sebagaimana biasa Lila berjalan menghampiri sport car yang terparkir siap di zona pelataran sekolah.

Setelah dipastikan Lila sudah masuk, Rendra pun tangkas menginjak pelan pedal gas mobilnya.

Tanpa sadar dan disangka, disepanjang perjalanan, seseorang dengan kendaraan Ninja besinya diam-diam membuntuti mobil Rendra.

Bim! Bim..! Rendra memutar kemudi, memasukkan mobil melewati gerbang rumahnya yang terbuka.

"Ternyata, di sini rumah Lila," batin Irpan lalu mencekam penuh handgrip, melajukan Ninja besi melintasi rumah Rendra.

***

Ceklekk!.. Rendra membuka pintu kamar. "Sudah siap?" tanyanya pada gadis yang tengah berdiri mengamati dirinya sendiri. Bayangan polesan make up tipis, setelan dress pink selutut, serta silver glitter heels yang melekat cantik dikaki mulus itu terpantul dicermin meja rias kamar. Rendra berjalan mendekati.

"Maaf ya, Mas, aku cuma bisa berdandan sederhana seperti ini," mengerlingkan mata.

"Tidak pa-pa. Aku lebih suka yang natural seperti ini, mau kamu dandan seperti apa juga tetap cantik!" Rendra tersenyum, menawarkan lengan pada Lila.

Lila pun balas tersenyum, menautkan tangan pada lengan Rendra.

Malam ini mereka berencana akan menghadiri acara pesta pernikahan yang diselenggarakan oleh rekan bisnis Rendra. Undangannya memang sangat mendadak, jadi mereka mempersiapkan diri apa adanya.

Karena dulu saat di Surabaya Lila juga kerap diajak oleh sang Ayah untuk menghadiri acara-acara semacam itu. Maka saat Rendra meminta Lila untuk menemaninya malam ini, tentu dengan senang hati gadis tersebut menerima ajakan Rendra.

Rendra & Lila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang