Part 23

456 34 5
                                    

Dilirik jam dinding yang menunjukkan pukul 20.43. "Kalau jam segini pasti Mas Rendra udah pulang dari kantor." Lila berganti melirik ponsel yang berada di atas nakas.

Dijangkau dan jari-jarinya mulai aktif mengetikan pesan.

Terdiam sejenak, "Aku telfon aja kali ya!" Ralatnya menghapus huruf abjad di layar ponsel.

Drettt.... Drett.. Drett.. Dret...

"Halo, Mas Ren?"

"Ada apa, La?" jawab Rendra dengan nada dingin.

"Enggak, cuma mau mastiin Mas Rendra baik-baik aja di rumah."

"Aku baik-baik aja."

"Oh... syukur deh kalau gitu."

Tik, tok... tik, tok... tik, tok... Senyap sebentar.

"Em.., Mas Rendra udah makan?"

"Udah."

"Sekarang lagi ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain."

"Hemh... Ya udah deh, Mas istirahat! Mas pasti capek. Aku tutup telponnya, ya. Malam Mas Rendra."

"Malam."

Tutt......

"Hemh... Mas Rendra kenapa ya? Dari tadi siang perasaan cuek melulu. Apa dia masih marah sama aku?" Lila menerka.

Tak mau berlarut-larut dengan penalaran seorang diri, lekas ia berbaring dan menutup tubuh dengan selimut.

Bandung
Kantor pusat perusahaan Pratama
Ruang kantin,

"Udahlah, Ren! udah empat minggu lu kayak gini," ucap Pandu membujuk Rendra. "Lu tenang aja! Lila ke Singapura kan cuma buat kuliah, ntar kalau kuliahnya udah selesai juga balik lagi ke Indonesia."

Rendra menghela nafas lesuh, "Lu nggak ngerti, Ndu."

"Om Rendra!" Seorang pria kecil berlari menghampiri Rendra.

"Eh, Arya." Rendra tersenyum manis, lalu didudukkan pria kecil itu keatas pangkuannya.

"Om, nggak dibeliin es krim lagi?"

"Emangnya Arya pengen es krim?"

"Om gimana sih? kan Om pernah bilang kalau Arya mau dibeliin es krim sekalian sama tukang es krim nya."

Pandu yang mendengar ungkapan cadel pria kecil itu cekikikan.

Rendra menggaruk belakang kepalanya. "Oh iya..." lirihnya sedikit meringis.

"Jadi gimana, Om?"

"Ta- tadi Om tanya sama tukang es krimnya. Katanya, tukang es krimnya nggak dijual."

"Yah... jadi Arya nggak jadi makan es krim tiap hari dong," cemberut.

Rendra tersenyum gemas, "Kan nggak baik kalau Arya makan es krim tiap hari. Mending Arya minum susu aja biar sehat."

"Kalau minum susu tiap hari boleh ya, Om?"

"Boleh dong kalau Arya."

"Ya udah kalau gitu, ntar Om Rendra beliin tukang susunya, ya! Biar Arya bisa minum susu tiap hari."

Pandu yang mendengar disitu pun tergelak. Begitulah mereka menghabiskan waktu istirahat makan siang. Yah, candaan kecil itu sejenak berhasil mengurangi kegundahan pada hati Rendra.

Singapura
Gedung apartemen penginapan

Lila mengorak-arik isi lemari kulkas. "Haduh... Stok makanan aku habis lagi. Aku lupa, belum sempat beli semalam."

Kemarin Lila mengusung banyak persediaan makanan dari rumah. Dan nampaknya, sekarang ia kehabisan stok pasokan pokok itu. Tidak heran dan tidak terasa, sudah hampir 2 minggu lebih ia tinggal di Apartemen.

"Sepertinya aku harus keluar buat beli makanan. Tapi... aku belum terlalu familiar sama daerah sini." Lila berfikir sesaat. "Apa aku minta temenin Ibu baik kemarin itu aja, ya? Kira-kira Ibu itu sibuk nggak, ya? Tapi ini kan hari Minggu. Ah, apa salahnya coba dulu."

***

Tok, tok, tok...

Ceklekk!.. Pintu kamar Apartemen terbuka.

"Permisi, Bu."

"Eh, kamu. Ayo silahkan masuk!"

Mereka mendudukkan diri di sofa tamu.

"Ada perlu apa kamu kesini? Em..." Ibu itu terlihat canggung harus memanggil Lila dengan sebutan siapa.

"Lila, Bu," sahut Lila tersenyum.

"Oh... iya. Ada perlu apa kamu kesini Lila?"

"Em... hari ini Ibu sibuk atau tidak?"

"Sepertinya tidak, tidak ada pekerjaan di rumah. Ada apa?"

"Syukurlah kalau begitu. Begini, Bu, saya kan baru kemarin tinggal disini. Nah, sedangkan stok persediaan pokok saya sekarang sudah mulai habis. Jadi, Ibu mau nggak tunjukin saya tempat persediaan terdekat disini?"

"Oh... tentu saja. Nanti Ibu tunjukkan tempat yang enak dan pas buat berbelanja. Ibu juga punya kartu langganan disana, jadi nanti kamu juga bisa pakai."

"Eh, enggak usah, Bu! Saya cuma mau Ibu tunjukin tempatnya aja kok," menolak karena merasa tak enak.

"Tidak apa-apa. Sekalian nanti kamu temenin Ibu belanja, mau kan?"

"Em..." Berfikir. "Ya sudah deh, Bu." Dengan pasrah Lila pun menyetujuinya.

***

Terimakasih bagi para pembaca yang sudah membaca part ini.

Maaf kalau ceritanya kurang bagus. Tapi kalau kalian suka, jangan lupa tinggalin vote dan komen ya! Jadi, kalau author tau kalian suka sama ceritanya. Nanti author bisa up sampai tamat.

#Salam untuk para readerku🌹🧡🧡

Rendra & Lila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang