Sepanjang perjalanan pulang Olive selalu terdiam, memikirkan kejadian-kejadian selama ini. Ternyata guardian gue bukan Aksa? Terus siapa? Daan, Apa bener Farell itu jahat? Apa motivasi makhluk bernama Grady itu buat nyelakain gue? Atau dia suruhan Farell? Ga, ga. Farell tuh baik. Lagi-lagi pikiran Olive berkecamuk.
"Gaa, Farell tuh baik." Olive bermonolog.
Olive memutuskan untuk melihat ke luar jendela bis, memperhatikan pepohonan sepanjang jalan. Nabastala berwarna biru kali ini, dihiasi awan putih tipis dan matahari yang masih setengah jalan menuju atas kepala.
"Liv, lu besok berangkat sekolah, ga?" tanya Keyla berbisik dari bangku depan.
"Emang besok udah masuk aja?" tanya Olive kaget, tapi masih bisa mengendalikan suara.
"Iya! Gila, kan?" jawab Keyla yang masih berbisik. "Bolos, yok!"
"Enggak, lah! Ga gila." Tiba-tiba Aksa menimpali percakapan mereka dengan nada datar. Ya, nada datar tapi cukup untuk didengar orang-orang di sekitar tempat duduknya. "Jangan bolos, ga sayang apa ketinggalan materi."
Olive melotot ke arah Aksa, Ziya hanya menghembuskan nafas kesal karena ia dan Keyla sebenarnya sudah berkompromi sebelumnya. Keyla rasanya ingin menoyor kepala Aksa sekarang juga. Kalau tidak ditegur Bu Nia, ia pasti sudah menghabisi Aksa.
"Siapa yang mau bolos?!" tanya Bu Nia tegas.
"Engga a—"
"Aksa, tuh, Bu!" Keyla yang kesal memotong perkataan Ziya dan malah menyebut nama Aksa.
"Eh?! Ngadi-ngadi lu—"
"Aksaa!" tegur Bu Nia.
"Engga, Bu. Bukan saya."
"Sudah, sudah. Besok jangan ada yang bolos! Kalau sampai ada yang bolos kalian akan tau akibatnya."
"Baik, Bu," jawab mereka kompak.
Olive hanya tersenyum melihat kelakuan teman-temannya itu. Namun juga agak kesal dengan Aksa. Ih, padahal pengen tidur seharian. Sudah dasarnya si Olive itu kaum rebahan. Pengen tidur aja terus.
ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙ ━ ━ ━ ━ ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙
SMA Airlangga
XI MIPA 1Suasana kelas kali ini berbeda dari biasanya. Yang biasanya rame seperti kuburan, ups! Seperti pasar, maksudnya. Sekarang jadi sangat sepi. Olive tak mendengar suara apapun.
"Liv," bisik Ziya dari belakang. Keyla menggoyang-goyangkan kursi Olive.
"Olivia Adney!" suara Miss Silvi menembus telinganya. Ya, Olive tertidur pagi ini.
Pantes aja gue ga denger apa-apa. Olive merasa konyol.
"Olive!"
"I-iya, Bu. Eh, Miss."
"Coba, buat satu contoh kalimat passive voice!" perintah Miss Silvi pada Olive.
"Emm ...." Olive kebingungan. Duh, gue lupa, lagi. Passive voice tuh yang kaya apa, ya? Olive berpikir keras. Namun tiba-tiba ada bisikan devil dari belakang. Bantuan telah datang!
"Kalimat pasif. Contohnya Arya dipukul Keyla ampe mati." Keyla membisikkan penjelasan singkat pada Olive. Bukannya langsung mencari contoh, Olive malah tertawa. Bagaimana tidak? Keyla aja menjelaskannya seperti itu.
"Olive! Kok malah ketawa?!"
"E-eh, engga, Miss."
"Cepat jawab!"
"Eumm .... The piano is played by Farell," Jawab Olive tanpa sadar. Kenapa selalu Farell, sih?
"Bagus! Tapi lain kali jangan tidur di kelas, ya."
"Baik, Miss."
ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙ ━ ━ ━ ━ ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya. Saat Olive hendak beranjak dari tempat duduknya, ia terkejut melihat Farell di balik pintu. Olive pun langsung menemui Farell. Ada keraguan di hati Olive, karena bisa saja Farell selama ini "makhluk" yang ingin mencelakainya. Namun masih ada sebersit keyakinan bahwa Farell bukan orang jahat.
"Emm .... Ada apa, kak?" tanya Olive.
"Kamu ada rencana apa pulang sekolah?"
"Ga ada rencana, kak."
"Mau jalan-jalan?"
Olive berpikir cukup lama. Walau pun tanda-tanda selama ini menunjuk pada Farell hatinya yakin Farell bukanlah orang jahat. Namun kali ini keraguan terbesit di hatinya. Ga papa kali, ya. Sekalian mastiin Farell jahat atau ga, batin Olive, "oke, kak. Sebentar, ya?" Farell mengangguk dan Olive mengambil tasnya. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir.
Sepanjang jalan, pikiran Olive berkecamuk. Antara ingin mempercayai Farell atau tidak. Tanpa sadar, mereka sudah sampai di tempat tujuan. Di bangunan tua yang waktu itu dikunjunginya dengan Keyla saat membeli kue putu.
"Loh? Ngapain ke sini?" tanya Olive heran.
"Beli kue putu. Mau, kan?"
"Oooh, iya. Hehe."
"Ah, baru inget. Kamu di sini dulu, ya. Pesen kue putunya. Aku mau ke sana sebentar." Farell menunjuk ke seberang jalan. Walaupun ragu, Olive tetap mengangguk.
Olive memandangi arah perginya Farell hingga sosoknya tak terlihat lagi. Ia berjalan menyebrang jalan dan masuk ke gang kecil di sebelah toko kecil di sana. Sekali-kali Olive menggerakkan kakinya karena bosa menunggu. Kue putu itu sudah di tangan Olive, penjual kue putu pun sudah pulang. Hari mulai sore, pintu toko kecil itu selalu tertutup meski sebenarnya sedang buka. Rasa takut terbesit di hati Olive. Akankah ia kembali merasakan kejadian itu? Engga, engga. Positive thinking, Olivia Adney, batinnya. Cuaca mulai mendung, rintik hujan mulai turun membasahi bumi meski hanya berupa tetes-tetes. Olive melindungi diri di warung yang tutup sebelah gedung tua itu —yang juga tempat memarkir motor Farell.
Farell terlihat keluar dari toko kecil di seberang jalan itu, membawa dua payung. Olive tersenyum lega, namun sejurus kemudian senyumnya hilang. Tadi bukannya ke gang itu. Kenapa keluar dari toko? batin Olive heran. Ah, mungkin aja dia masuk ke toko pas gue ga lihat.
Jalanan selalu lengang di tempat ini. Tanpa melihat kanan kiri —hanya melihat ke arah Olive, Farell menyebrang jalan. Namun tiba-tiba suara klakson truk terdengar dari kejauhan. Farell dan Olive sontak menoleh ke arah suara. Farell sangat terkejut, begitu pula Olive. Truk itu melaju dengan cepat, sepertinya remnya blong. Olive beranjak dari tempat berteduhnya, berlari menuju arah Farell di tengah jalan itu. Ia tak peduli apa pun, yang ada di pikirannya hanya tak ingin Farell mati. Ia masih ingin terus bersama Farell, ia tak mau kehilangan sosok laki-laki yang bahkan baru saja ia kenal itu. Walau Farell adalah orang yang selama ini dicurigai, Olive tak mempedulikan nyawanya dan tetap berlari menyelamatkan Olive. Namun, sebuah tangan menagannya.
"No! Farell!" teriak Olive dengan linangan air mata. Tanpa peduli hujan yang mulai bertambah deras, tanpa peduli siapa yang memegang tangannya itu. Ia terus menangis, berusaha melepaskan cengkeraman itu. Namun hasilnya nihil, ia tak bisa melepaskan diri.
Olive terus menangis, truk itu semakin dekat. Tiba-tiba ada seorang gadis berseragam SMP berjalan melaluinya. Ia mendorong Farell ke tepi jalan, tapi semua terlambat. Truk itu terlanjur menabrak mereka berdua, membuat mereka terpental ke sisi jalan. Farell, keadaannya sangat mengenaskan. Karena langsung terkena mulut truk ia terlempar cukup jauh. Suara retakan tulang terdengar cukup jelas. Darah mengalir dari kepala dan sekujur tubuhnya, bercampur dengan derasnya guyuran hujan. Kepala gadis itu membentur batu di pinggir jalan. Ia masih berusaha berdiri, menolong Farell. Namun akhirnya tak sadar juga.
Olive sangat terkejut melihat semua kejadian ini. Semuanya benar-benar terjadi di depan matanya. Dan ia tak bisa berbuat apa-apa. Seseorang di belakangnya memutar tubuh Olive, memeluk dan menenangkannya. Olive terus terisak. Ia sangat terkejut hingga tak sadar bahwa wajah dan perawakan gadis itu tak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Shadow [TAMAT]
HorrorKeterlambatan di awal masuk sekolah membuat Olivia Adney bertemu dengan sosok yang selalu muncul di pikirannya. Sosok itu tidak pernah terlihat di kemudian hari, melainkan kejadian-kejadian janggal selalu berdatangan. Siapa kah sosok misterius itu...