13. Di Hutan

89 24 6
                                    

Olive terkejut melihat burung gagak di depan tendanya itu. Ia sampai terjatuh di dalam tenda. Bagaimana tidak? Bangkai burung gagak ada di depan tendanya, dengan kondisi yang sangat mengerikan. Berlumuran darah dan tubuh terbelah menjadi dua. Terror apa lagi ini? batin Olive ketakutan.

"Ada apa, Liv?" tanya Keyla dan Ziya kompak, khawatir. Olive yang ditanya hanya menunjuk pada burung gagak di depan tenda itu. Keyla dan Ziya sama terkejutnya, terdiam membeku. Mereka tak menyangka terror itu mengikuti sampai sini.

Semua orang berkerumun menuju tenda mereka bertiga karena teriakan Olive cukup kencang. Beberapa murid laki-laki —termasuk Aksa dan Arya. menyingkirkan bangkai burung gagak itu.

"Kalian ga papa? Key?" tanya Arya khawatir.

"Ng-nggak. Ngga papa. Olive nih yang syok banget, karena dia ngelihat bangkai itu dari deket," jawab Keyla dengan masih sedikit syok. Ziya hanya mengangguk, sedangkan Olive masih terisak.

"Kalian istirahat saja dulu, tidak perlu mengikuti kegiatan pagi ini. Kalau sudah agak tenang, kalian bisa pergi ke sungai untuk membersihkan diri." Pak Hendra, selaku pembimbing kemah kali ini memberi instruksi pada Olive, Keyla, dan Ziya.

"Baik, Pak. Terima kasih." Keyla dan Ziya menjawab kompak.

Semua orang bubar, dan mereka bertiga masih di tenda. Keyla dan Ziya menenangkan Olive yang masih terisak.

"Key, kayanya kecurigaanmu tentang Farell salah, deh. Dia bahkan ga ada di sini, gimana mau nerror?" ujar Ziya.

"Euum, iya juga. Selama ini ga ada bukti pasti dia nerror Olive." Keyla menyetujui apa yang dikatakan Ziya.

Lalu bagaimana dengan alunan Für Elise itu? tanya Olive dalam hati, pada dirinya sendiri. Ia syok, semuanya masih abu-abu. Tak ada bukti nyata menunjukkan bahwa Farell itu jahat, tapi petunjuk-petunjuk yang ada menunjuk padanya. Aksa. Ya, harusnya dia tahu semua ini. Bukankah dia bayangan pelindung itu?  Olive langsung bersiap ingin keluar tenda, menemui Aksa. "Guys, aku keluar dulu."

Keyla yang kaget dengan tindakan tiba-tiba Olive bertanya, "mau kemana?"

"Memastikan sesuatu." Tanpa pembahasan lebih lanjut, Olive pergi meninggalkan sejuta pertanyaan di benak kedua sahabatnya itu. Olive terlalu penasaran dengan semua ini. Ia terlalu lelah. Tiba-tiba saja langkahnya berhenti, tepat saat ia sudah melihat punggung Aksa yang sedang membantu memasak. Gaimana kalau Aksa ga mau jawab jujur? Gaimana kalau dia malah menjauh setelah gue tanya? Berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya, hingga Aksa menoleh ke belakang.

"Udah baikan?"

"E-emm .... Udah."

Aksa tersenyum, menampakkan lesung pipitnya. Sebuah kejadian langka yang entah berapa abad sekali bisa terjadi. "Syukurlah."

"Lah? Bisa senyum juga, lu, Sa?" canda Arya, yang membuat orang-orang menatap Aksa. Otomatis senyum di wajah Aksa kembali hilang, menampakkan wajah datarnya seperti biasa.

"Wah! Kejadian langka, nih!" seru salah satu siswi kelas lain.

"Iih, pengen lihat senyumnya Aksaaa!" seru yang lain.

Aksa jadi salah tingkah karena dipandangi beberapa cewek. Dasar! Arya sialan! batinnya. "Kenapa lihat-lihat? Nanti ga kelar-kelar makanannya." Dengan nada datar Aksa mengatakannya.

Arya tertawa terbahak-bahak. Olive hanya teryawa kecil melihat kejadian itu. Betapa lucunya sahabatnya satu ini. Tapi sahabatnya yang lucu ini seorang makhluk immortal. Kenyataan itu membuatnya kembali sadar. Ingin rasanya dia menanyakan hal tadi. Namun ketakutannya akan kehilangan sahabat berharganya itu membuatnya tak bertanya.

"Iya, weh! Fokus kalian! Aksa tuh punya Olive!" seru Keyla tiba-tiba yang langsung mendapat dua tatapan laser dari Aksa dan Olive.

Arya semakin tertawa melihat sahabatnya itu. Apalagi setelah semua orang "mencie-cie"kan Aksa dan Olive hingga pipi mereka memerah.

"Udah, weh, udah. Kasian mereka. Haha!" seru Ziya. "Kita mandi, yuk!" ajaknya pada Olive dan Keyla. Mereka pun mulai bersiap untuk mandi di sungai.


ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙ ━ ━ ━ ━ ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙


Matahari berada tepat di atas kepala. Dan mereka dikumpulkan di area sekitar perkemahan. Panas yang membakar mereka tak melunturkan semangat untuk hiking. Ya, siang ini ada arahan dan juga pembagian kelompok untuk hiking yang akan dimulai sore hari, pukul tiga tepat.

Setelah menerima arahan yang begitu menyita waktu di tengah teriknya matahari itu, mereka mulai bersiap untuk memulai hiking. Tak banyak yang perlu dipersiapkan, karena rute pun tak terlalu jauh. Cukup membawa botol air minum, dan senter kalau-kalau hari mulai gelap. Tidak lupa peta untuk rutenya, dan juga bekal ilmu untuk membaca petunjuk arah, dan juga membaca arah mata angin. Dan tak lupa, berdiskusi sesama teman sekelompok.

"Oliiive! Ziyaaa! Kita sekelompok!" seru Keyla bahagia karena ternyata mereka bertiga sekelompok.

"Iyaa!" Olive dan Ziya menjawab kompak, dan mereka bertiga berpelukan seperti teletubbies.

"Pokoknya nanti kita harus pegangan tangan terus! Ga boleh lepas! Ga boleh ada yang ketinggalan!" Keyla mewanti-wanti kedua sahabatnya itu.

"Ga harus pegangan tangan juga, kali, Key. Haha!" ujar Ziya.

"Iya, Key. Yang penting ga kepisah aja." Olive menambahi.

"Iiih, tapi kan takuut!"l

"Kalau takut, pegang tanganku aja, sayang. Aku akan melindungimu, apa pun yang terjadi," ujar Arya tiba-tiba, membuat mereka bertiga sedikit terkejut.

"Iya, ga ada larangan buat barengan, kan. Antara dua kelompok?" sahut Dikki, teman sekelompok Arya dan Aksa.

"No, no, no!" jawab mereka bertiga kompak.

"Ga ada yang tahu, kalian berniat lain. Sepertii, mencuri poin." Keyla berkata seakan-akan menjadi detektif.

"Ah elaah. Calon suami sendiri dicurigai. Aku hanya ingin melindungimu, sayangku." Lagi-lagi, Arya memulai gombalannya yang berujuk menerima jitakan maut dari seorang Saira Filo Akeyla. Dan tentu saja, dihiasi tawa Olive, Ziya, dan Dikki. Aksa? Jangan harap, dia itu es batu. Dingin, keras.

"Ayo, anak-anak! Kalian sudah bisa mulai berjalan ke arah timur!" ujar Pak Hendra memberi aba-aba.

Olive langsung mengambil tas yang berisi air minum, dua buah senter, serta buku panduan untuk mereka bertiga. Lalu langsung meninggalkan area perkemahan dan mulai memasuki hutan. Arya, Aksa, dan Dikki pun mengikuti setelah dirasa ketiga perempuan itu berjalan sedikit jauh.


ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙ ━ ━ ━ ━ ꪶ ཻུ۪۪ꦽꦼ̷⸙


Hari mulai gelap, swastamitha mulai berpamitan. Burung-burung kembali ke sarang masing-masing. Dan mereka bertiga masih berada di tengah hutan.

"Kita ga salah jalan, kan?" tanya Keyla sambil mengambil peta di dalam tas yang ia bawa. Ya, mereka bertiga bergiliran untuk membawa tas itu.

Olive, Keyla, dan Ziya mengamati peta yang dibawa Keyla itu dengan seksama. Posisi mereka sepertinya benar, tapi mereka sama sekali tidak melihat petunjuk di titik itu.

"Apa karena sudah gelap, ya? Jadi susah nemuin tandanya?" tanya Ziya sambil mengarahkan senter ke berbagai sisi, mencari petunjuk yang ada.

Olive yang juga membawa senter pun mencari-cari petunjuk yang ada di arah yang berlawanan dengan Ziya. Diarahkannya senter itu ke balik semak, beberapa pohon, dan juga batu yang sekiranya bisa dijadikan petunjuk. Olive terus berjalan mencari petunjuk, hingga ia lelah dan memutuskan untuk beristirahat dulu.

"Guys, kita istirahat dulu aja, ya," ujar Olive sambil membalikkan badannya. Ia terkejut, teman-temannya sudah tidak ada di sana. Olive berjalan mengikuti arah tadi, namun ia malah kembali ke tempat semula tanpa menemukan teman-temannya. Olive mulai takut hal-hal yang tidak diinginkannya kembali terjadi. Tapi dia tidak bisa diam terus di sini, ia harus mencari jalan keluar atau paling tidak bertemu dengan orang lain.

Dark Shadow [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang