Olive, Keyla, dan Ziya duduk di pinggiran sungai sembari mencuci muka dan gosok gigi.
"Berasa kaya jaman dulu, ya? Haha! Mandi di sungai, bareng-bareng gini," ucap Keyla riang.
"Haha, iya! Suasananya juga adem banget." Olive menambahi.
"Anginnya sejuk. Bisa bikin terbang tanpa beban, hahaha!"
"Untung ini cuma angkatan kita." Sontak Olive dan Ziya menoleh kepada Keyla, menatapnya dengan raut bingung. "Lah, langsung pada serius, haha!" Keyla tertawa kecil di sela perkataannya. "Ya, kan ga ada kakel! Ga ada Farell Farell ituu."
"Ah, iya. Gue juga takut Olive diteror lagi." Ziya menambahi. Setelah kejadian di gudang itu, saat Olive sudah tenang, ia menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya itu.
Olive hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan teman-temannya itu. Kakinya yang setengah masuk ke sungai itu memainkan air di dalam sungai.
"Lo masih ga percaya, kalau Farell tu ada niat buruk?" tanya Keyla mengerti. Olive masih diam.
"Liv. Kita berpikir rasional aja. Harusnya dia ga ninggalin cewe sendirian di gudang yang udah lama banget ga dimasukin orang." Ziya menasihati Olive.
"Yah, namanya juga cinta. Susah mau digimanain juga." Keyla yang memang blak-blakan itu sontak membuat Ziya menyikutnya. Olive masih terdiam.
Semua kejadian merujuk pada Farell sebagai pelaku. Dari mulai Für Elise hingga saat di gudang, menjadi bukti nyata yang menunjuk pada Farell. Tapi, kenapa hati ini tetap tak bisa mempercayainya. Kenapa? Kenapa hati ini selalu percaya bahwa Farell memiliki satu rahasia besar yang Olive tidak tahu. Farell itu bukan orang jahat. Tapi kenapa, kenapa. Kenapa gue ditinggal sendiri di gudang? Apa maksudnya semua ini? Apa arti dari lagu Für Elise itu? Pikiran Olive masih berkecamuk.
"Udah, yok! Kita balik ke tenda!" ajak Ziya.
"Kuy!"
"Iya! Farell ga salah!" seru Olive tiba-tiba, membuat kedua sahabatnya itu langsung menoleh ke arahnya. "Farell ga salah! Dia ga tau apa-apa. B-bisa jadi—"
"Udahlah, Liv. Ayo balik ke tenda." Keyla merangkul Olive dan mengajaknya kembali ke tenda.
Tapi bukan Farell. Bukan Farell pelakunya. Gue yakin! Tanpa disadari, air mata Olive terjatuh. Ah, gue kenapa, sih? Jelas-jelas bukti nunjuk ke dia.
Dalam perjalanan menuju tenda, manik mata Olive menangkap sesuatu di kejauhan. Sepasang kekasih yang sedang kasmaran, berjalan di pinggir jalan raya dekat hutan ini. Namun tiba-tiba mobil datang, memisahkan keduanya. Dua orang yang turun dari mobil itu terlihat seperti orangtua sang gadis. Mereka memeluk gadis itu khawatir, lalu mengajaknya masuk dalam mobil. Seperti sama sekali tak menyadari keberadaan pria yang tadi berjalan dengannya. Saat masuk mobil, sang gadis masih saja menatap pria di pinggir jalan itu, seakan tak ingin berpisah. Pria itu tampak melambaikan tangannya, bahkan hingga mobil menjauh tangannya masih seperti melambai. Hingga terlihat bahunya berguncang. Dia menangis.
"Lo lihat apa, sih, Liv?" tanya Keyla heran.
"I-itu ada cowok nangis. Kasian ditinggal ceweknya sendirian." Jari Olive menunjuk tempat di mana cowok tadi berdiri dengan tersedu. Namun sudah tidak ada apa pun di sana.
Ziya tersenyum dan menatap Olive, sedangkan Keyla menatapnya lelah.
"Tadi beneran ada!" seru Olive.
"Lo mending istirahat dulu di tenda. Sebelum nanti malam ada kegiatan." Ziya menggandeng tangan Olive lembut, disusul Keyla yang melangkah di belakang mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Shadow [TAMAT]
HorrorKeterlambatan di awal masuk sekolah membuat Olivia Adney bertemu dengan sosok yang selalu muncul di pikirannya. Sosok itu tidak pernah terlihat di kemudian hari, melainkan kejadian-kejadian janggal selalu berdatangan. Siapa kah sosok misterius itu...