Ma Boy

1.3K 76 6
                                    

Happy reading!!

******
Kuedarkan pandanganku ke jalanan yang nampak begitu sepi. oh ayolah  sudah satu jam lebih aku menunggu kendaraan umum yang lewat, mataku begitu penat dan perutku sejak tadi minta diisi. aku frustasi, ponselku kehabisan daya untuk memesan kendaraan online sedangkan malam semakin larut, perfect bukan?

"loh Nad ngapain disini sendirian, ini udah larut malam lo, buruan naik"

sial, kenapa justru James pemuda dengan berjuta pesona ini yang datang menawarkan bantuan, kenapa tidak Kim Namjoon, leader BTS yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata atau Syafii Efendi sang motivator favoritku, uh lupakan.

dengan malas kunaiki motor ninjanya, beberapa kali James menaikkan kecepatanya, trik murahan yang nyatanya membuatku mau tak mau memeluk pinggangnya, dasar modus.

James itu ganteng, ganteng banget malah, wajah blasteran indonesia Australia membuatnya memiliki daya tarik tersendiri, aku yakin jika dia popular dikampusnya meskipun menyandang status mahasiswa paling lama alias semester tiga belas, yang kutau awal kuliah James terlalu fokus pada kafe dan kos-kosan yang didirikannya hingga melalaikan kuliah, untung saja tidak di drop out.

Meski begitu, jangan anggap aku remaja labil yang klepek-klepek yang terbuai akan pesonanya, walau harus kuakui jika pemuda ini tanpa celah, wajah yang rupawan, mapan dan yang terpenting pria ini getol mendekatiku.

"hayo loh Nad melamunkan apa? mikir jorok ya?"

"enak saja" kupukul kepalanya berharap setan yang selama ini merasukinya segera pergi.

"Nad masuk gih, nanti langsung tidur ya, ini sudah larut," ucapnya perhatian.

bukannya tersentuh aku malah kembali menjewer telinganya hingga dia mengaduh "dih apaan coba? lagian kamu itu nggak sopan manggil nama, mbak dua tahun lebih tua lho," ucapku

"hanya membiasakan panggilan Nad, masak aku manggil mbak saat nanti kita berumah tangga, yang ada kamu seharusnya memangilku mas"

"bodo amat" Segera kutinggalkan James, bicara dengannya lama-lama membuat kewarasanku kian menipis

ah ingin rasanya aku berbaring dan langsung memejamkan mata, tapi pekerjaan kantor yang kubawa harus segera diselesaikan, walau besok mungkin penampilanku akan mengerikan dengan lingkar hitam disekeliling mata.

dan benar saja, kupandangi wajahku yang terlihat mengerikan, bahkan makeup saja tak mampu menutupi mata pandaku, terserah deh yang penting tak terlambat bekerja.

"itu loh Lit, Nadine yang ganjen itu"

"Nadine yang  disukai James itu?"

"hooh,"bisik ibu-ibu komplek yang sedang belanja sayuran, tak bisa dikatan berbisik jika Nadine bisa mendengarnya dengan jelas.

"lah kok James mau sih sama modelan janda begitu?"

"gimana nggak mau kalau digoda melulu. Hati-hati loh May, sekarang  James, siapa tau nanti suami sama anak bujang kita yang dia goda"

hanya mempercepat langkah yang bisa kulakukan, bukan hal baru digosipkan dengan status janda, namun tetap saja rasanya aku ingin meneriaki mereka, apa katanya? takut aku menggoda suami dan anak mereka?

hewh membayangkan saja aku tak sudi. yah begitulah kehidupan, memandang rendah seseorang hanya karena status adalah hal yang biasa terjadi, dan janda termasuk didalamnya.

Jika boleh memilih, aku juga menginginkan pernikahan seumur sekali seumur hidup, berbagi suka dan duka bersama, bercanda dan bertengkar, namun kenyataan berkata lain.

menjadi janda diusia dua tahun pernikahan, dipandang buruk oleh masyarakat padahal ia tak melakukan kesalahan apapun, dan dijauhi karena statusnya. kehidupan ini begitu berat bukan?

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang