Dive II

296 25 0
                                    

Nadine disibukkan dengan laporan prarktik lapangannya, setelah dicicil sejak awal PPL, laporannya hampir selesai, hanya tinggal menambah poin analisis dan melengkapi data dukung.

Nadine menyeka keringatnya, cuaca saat ini memang tengah panas-panasnya, walau begitu Nadine tak berniat beranjak dari tempatnya. Tanggung, tugasnya sebentar lagi selesai.

Fokusnya mendadak buyar saat seseorang meletakkan sebotol air mineral dan Cappuccino cincau dihadapannya. Nadine tersenyum tipis pada sang pelaku hingga membuat pemuda itu salah tingkah.

"Terimakasih," ucap Nadine.

"Mm.. sama-sama," balas James. Pemuda itu menunduk mencoba menyembunyikan sembruat merah yang mengaliri wajahnya.

Melihat itu Nadine terkekeh pelan, perempuan itu merasa lucu melihat tingkah james, entahlah James terlihat menggemaskan dimatanya sekarang, mungkin karena disogok dengan minuman lima ribuan yang selalu sukses memperbaiki moodnya yang kacau.

Nadine meminum Cappuccino cincaunya, rasa segar mengaliri tenggorokannya hingga membuatnya moodnya lebih baik. Ia memang penggila minuman itu walau selalu berakhir di toilet karena lambungnya sensitif terhadap kafein, itu sebabnya ia selalu minum air putih sebagai selingan ketika menikmati minuman favoritnya itu, dan tampaknya James memahami hal itu dengan baik.

James mengeluarkan laptopnya, ia tak berniat mengusik Nadine yang tengah fokus, Sejak James sering mengantar jemputnya PPL, Nadine merasakan perubahan James, pemuda itu walau tak menyerah mengejarnya namun sekarang menjadi lebih kalem dan tidak grasa grusu seperti dulu. cowok itu sedikit pemaksa dan terkesan bertingkah semaunya, namun James tau bagaimana cara menempatkan dirinya, ia tak akan mengganggu Nadine yang tengah serius seperti ini.

"Widiiih... sialau banget siang-siang liat orang pacaran." Suara cempreng itu kembali membuyarkan fokus Nadine.

"Bukannya hari ini lo nggak kekampus?" tanya Nadine.

Zara menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Tadinya sih ia, lo sih ngajak kekampusnya kepagian, niat gue baru kekumpul hehe."

Nadine hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Zara, perempuan itu kembali melanjutkan ketikannya, hanya tinggal sedikit lagi hingga tugasnya benar-benar selesai.

"Mau kemana lo?" tanya Nadine saat Zara hendak pergi meninggalkan mereka.

"Perpus, Gue masih sadar diri ya untuk nggak gangguin orang pacaran." Zara mulai memasukkan barang-barangnya. "Lagian betah banget kalian panas-panasan gini, udah ah gue cabut dulu, Bye!"

James mengeluarkan kotak bekalnya begitu melihat Nadine menutup laptopnya. "Makan dulu Nad," ujarnya menyerahkan kotak bekal itu. 

Nadine memandang kotak bekal itu dengan raut wajah yang tak dapat diartikan, ia tau betul bahwa isinya sandwich tuna, makanan yang selalu James beri padanya.

Nadine membuka tasnya, lalu mengambil bekal yang ia siapkan pagi tadi, isinya berupa nasi dan tumisan sawi dengan beberapa potong sosis goreng. Nadine mengambil sepotong sandwich dan menyisakan sepotong lagi untuk james. Nadine meletakkan sebagian nasi dan lauk buatannya kedalam kotak bekal James.

"Makan," ujarnya tanpa beban seolah tindakannya tak berpengaruh apapun bagi James. 

Sedangkan pemuda itu masih membeku, jantungnya seakan hendak melompat dari tempatnya, rasanya ia ingin menangis saking bahagianya, dengan tangan bergetar ia meraih kotak bekalnya.

James memakan makanannya dengan khidmat, entah karena rasa bucinya atau makanan ini benar-benar enak, yang jelas  baginya ini adalah makanan terlezat yang pernah ia rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang