Dilema III

741 66 10
                                    


Nadine tengah berbincang ria di halaman rumahnya bersama Karin, teman lamanya. Ia tak bisa menyembunyikan kekagetannya saat mengetahui Karin menempati rumah yang berada tepat di samping rumahnya. Berbincang yang lebih menjurus kearah ghibah  ternyata mampu membuat pikiran Nadine lebih rileks, kebetulan Lea bermalam dirumah Ibu Nadine, sedangkan suaminya tengah menghabiskan waktu bersama selingkuhannya.

Beberapa waktu ini James memiliki hobi baru merawat tanaman Bonsai, dua pohon beringin mungil dengan harga selangit yang suaminya namai Alkana dan Heksena itu membuat keberadaannya dirumah seolah tak terlihat, bahkan Lea sampai merengek padanya supaya dibelikan tanaman yang sama seperti Ayahnya.

"Lo nggak ingin nambah anak lagi Nad?" tanya Karin.

"Gue dan James nggak ada omongan tentang itu sih Rin, Kita nggak program tapi juga nggak nolak kalau tuhan kasih rizki, toh usia Lea juga udah pas untuk punya Adek." Nadine menjeda ucapannya. "Lo sendiri gimana Rin? gue tau kalau lo sangat mencintai pekerjaan, gue sampai kaget tau kalau tetangga baru gue itu lo, apa yang bikin lo memilih meninggalkan pekerjaan dan ngikut suami?"lanjutnya.

"kayak lo nggak aja Nad, bahkan dulu lo lebih parah sampai gue nggak nyangka lo bisa nikah secepat itu." ucap Karin tanpa menjawab pertanyaan Nadine.

"Ya namanya jodohnya udah dateng Rin," ujar Nadine kalem.

"Nah itu! gue juga gitu. Awalnya berat sih Nad, bagaimanapun bekerja adalah bagian dari hidup gue, menikah dan menjadi Ibu rumah tangga ada dalam bayangan gue tapi nggak secepat ini tapi sekarang gue menikmatinya."

Yah, Nadine juga mengalaminya. Dulu berhenti kerja dan mendedikasikan diri untuk menjadi Ibu rumah tangga merupakan ketakutan tersendiri bagi Nadine, James tentu tak melarangnya untuk kembali bekerja, menjadi Ibu rumah tangga adalah keinginannya sendiri.

Dering ponsel menghentikan acara ghibah mereka, Nadine mengerenyit heran saat mendapati Ibunya menelepon, tumben sekali.

"Assalamu'alaikum Ma, ada apa?" ucap Nadine.

"Nad, kamu bisa ke rumah sakit sekarang?" Suara Ibunya terdengar panik.

"Ada apa Ma? Siapa yang sakit?" Nadine mengerutkan keningnya bingung.

"Lea terjatuh Nad, kepalanya terbentur bebatuan. Mama takut Nad, darahnya tadi mengucur deras, Yatuhaaan bagaimana ini?" Nadine dapat mendengar isakan Ibunya.

Nadine segera mematikan sambungannya, dengan tergesa ia memasuki pekarangan rumahnya bertepatan dengan James yang berjalan tergesa kearah garasi.

"James..."

" Nad aku harus menemui Fiona sekarang, dia sedang membutuhkanku."

"Tapi James...."

"Maaf Nad tapi Aku janji hanya kali ini Nad, dia benar-benar membutuhkanku." Bersamaan kalimat itu James segera memasuki mobil dan segera melajukannya.

"Tapi anakmu jauh lebih membutuhkanmu James," gumam Nadine pelan. Ia tak sempat berfikir saat Karin membawanya menuju mobilnya, beberapa saat dihabiskan Nadine untuk melamun perasaannya campur aduk saat ini, kemudian ia tersadar bahwa buah hatinya saat ini sedang terluka.

"Rin... Lea Rin..."

"Iya Nad... sabar sebentar ya, gue akan ambil jalan memutar, kenapa mecet sih Astagaa!" Karin berujar frustasi.

Sepanjang perjalanan hanya diisi isakan Nadine, Karin tak bisa menenangkan karena fokus menyetir, saat sampai di rumah sakit Nadine nyaris melompat. Perempuan itu berlari dengan tergesa.

"Ma Lea..."

Mama Nadine segera memeluknya, "Maafkan Mama nak, Mama kurang memperhatikan Lea saat menyeberang, hingga hampir keserempet dan membentur trotoar," ucap Mama Nadine. pandangan Nadine teralih pada pintu IGD saat perawat baru keluar dari sana.

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang