Happy Reading 💜
******
"Mas kenalkan Astrid temanku aku kuliah," sejenak Nadine melihat Mereka tampak canggung saat bertatapan
"Oh Hai aku Radit, suami Nadine" entah mengapa merasa ada yang aneh dengan tatapan Radit, namun segera kuenyahkan pemikiran negative itu. ini hari bahagia, akhirnya setelah sekian tahun aku kembali bisa menemui Astrid, sahabatku saat SMA.
"oh hai aku Astrid, teman Nadine saat SMA"
"bilang loh Astrid kalau butuh bantuan," ucap Nadine
"sudah cukup Nad, lo udah banyak banget bantuin gue, sampai tempat tinggal aja lo yang cariin"
"santai aja astrid, kita teman kan? itulah guna teman" Nadine menatap Radit yang tampak bingung, "ini loh mas, keluarga Astrid itu sejak lulus SMA pindah ke luar negeri, makanya waktu balik kesini dia sempat bingung mau tinggal dimana, rumah mereka dulu dijual"
Nadine tak menyangka hari itu adalah awal dari kehancuran rumah tangganya.
"mas Radit mau kemana malam-malam begini?" ucap Nadine heran.
"atasan mas barusan nelpon Nad, katanya ada laporan yang harus diselesaikan malam ini"
"harus ya mas? nggak bisa kerjaannya dibawa kerumah saja? atasan mas itu tega banget sih, ini bukan lagi jam kerja loh" sahut Nadine bete.
"mas maunya begitu sayang, tapi memang harus segera diselesaikan dan masih ada hal yang perlu didiskusikan. kamu tidur cepat ya, mas harap segera dapat jatah libur biar bisa berduaan dengan istri mas yang cantik ini" ucap Radit sambil mengusap puncak kepala Nadine dengan sayang.
****
Nadine menggerutu pelan, hari ini ia kembali ditinggal lembur oleh suaminya, dengan perasaan jengkel Nadine mengambil kunci motor dan berniat menuju kosan Astrid.
diluar kebiasaannya memang, dari dulu Nadine tak pernah keluar malam kecuali untuk hal yang mendesak, namun ia bosan sendirian dirumah setelah tiga hari suaminya tak pulang, jadi menginap di kosan Astrid bukan pilihan yang buruk.
dengan langkah pelan Nadine memasuki kosan Astrid, sedikit memberi kejutan tak apa bukan? Astrid kerap kali mengajaknya menginap, namun Nadine tak pernah mau walaupun Nadine sendirian dirumah dan Radit mengizinkannya.
tak perlu mengetuk pintu, Nadine punya kunci kosan Astrid, awalnya karena sifat iseng nadine yang dengan keras menggedor pintu hingga Astrid jengkel dan memberi Nadine kunci kosan yang telah diduplikatnya.
hoho, Nadine menyeringai jahil kala melihat sepatu pria, mengganggu Astrid yang lagi ngapel sepertinya bukan ide yang buruk.
Nadine melihat itu, walaupun remang-remang, Nadine bisa melihat siluet pasagan yang saat ini tengah berciuman panas. sudahlah, daripada ia menjadi setan ditengah kedua orang itu lebih baik ia pergi, sempat terbesit ide jahil untuk mengganggu pasangan itu ia urungkan dan lebih memilih pergi.
"Mas sudah tiga hari tak pulang, bagaimana jika Nadine curiga?" langkah Nadine terhenti saat mendengar namanya disebut.
"entahlah Astrid, aku bingung bagaimana harus menyikapinya? bagaimana bisa Nadine menghianatiku?"
Nadine terbelak tak menyangka jika pria itu adalah Radit, suaminya yang tiga hari tak pulang. tunggu, apa katanya? selingkuh? apa maksudnya?
"mas, coba tanyakan dulu kepada Nadine, siapa tau mas cuma salah paham," ucap Astrid lembut, dan entah kenapa kali ini Nadine jijik mendengar suara itu.
"bagaimana bisa salah paham? aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Nadine berpelukan dan masuk kedalam mobil pria itu tiga hari yang lalu, bahkan kau juga melihatnya, suami mana yang tak sakit hati Astrid? "
"lalu aku harus bagaimana mas? apa bedanya kau dan Nadine? kau bahkan lebih dahulu menghianatinya, aku baru menyadari ini tiga hari yang lalu, saat kau kacau melihat Nadine berselingkuh, bagimu aku hanya pelampiasan kan? pelampiasan atas ketidak puasanmu Terhadap Nadine. tentu saja aku tak lupa saat kau mendatangiku pertama kali hanya karena keluhanmu pada Nadine yang tak kunjung hamil dan tak pandai mengurus rumah, aku yang bodoh mengira kau masih mencintaiku."
Nadine berusaha kuat menahan isak tangisnya agar tak terdengar, melihat Radit yang merengkuh Astrid bagaikan ditusuk belati, Jadi sudah sejak lama mereka menjalin kasih? hanya karena ketidak becusannya menjadi seorang istri. seharusnya katakan saja, Nadine tak keberatan merubah sikap manjanya, Nadine akui jika ia tak pernah menyiapkan kebutuhan sang suami, jangankan mengerjakan pekerjaan rumah, memasak saja ia tak pernah, hidup bersama orang tuanya yang berkecukupan membuatnya tak bisa apa-apa. Namun beginikah caranya melampiaskan kekecewaannya? dengan berselingkuh? bukannya Radit sendiri yang mengatakan tak masalah dengan segala kekurangannya.
Nadine ingat saat Astrid bercerita tentang kedekatannya dan mantannya saat kuliah dulu, jangan katakan jika itu Radit?.
"sttt jangan menangis," hibur Radit kepada Astrid. "kau bukan pelampiasan Astrid, aku memang masih mencintaimu, jangan menangis, kita akan melalui semua ini bersama-sama"
"oh wow, drama yang benar-benar mengharukan, kalian pantas memenangkan piala oscar." Nadine benar-benar muak melihat drama pasangan didepannya.
Radit terbelalak melihat Nadine ada didepannya, dengan cepat Radit melepas rengkuhannya terhadap Astrid. "kau disini sayang? jangan salah paham, ini tak seperti yang kau pikirkan."
Rasanya Nadine ingin meletakkan bom nuklir ditengah pasangan itu, salah paham katanya? dari segi mana salah paham jika Nadine melihat dengan jelas kelakuan mereka.
"salah paham katamu? aku dengan jelas melihat kalian berciuman, katakan saja apa kurangku mas, aku mau berubah jika itu untuk rumah tangga kita, memiliki anak juga keinginanku, tak bisakah kau menghiburku bukan malah berselingkuh dibelakangku?" Nadine menghela nafas sejenak.
"dan kau Astrid, apa salahku? apa ini akhir dari persahabatan yang kau janjikan saat itu? kalian menjijikkan dan kau tak lebih dari sekedar jalang astrid!!"
"cukup Nad!" Radit menyela, "apa kau tak punya kaca? aku dan Astrid dengan jelas melihat kau selingkuh tiga hari yang lalu."
Nadine tersenyum miris, didepan matanya terpampang jelas sifat busuk Astrid yang baru ia ketahui. jika mereka benar melihatnya bersama pria lain tiga hari yang lalu, jelas-jelas Astrid tau bahwa itu Anthony teman mereka saat SMA yang bahkan tak doyan perempuan.
Namun bukannya meluruskan, Astrid malah cari perhatian sok bijak dengan mengingatkan Radit untuk bertanya terlebih dahulu tentang kebenarannya.
"Tak ada pembelaan kan? kau memang berselingkuh, tak kusangka wanita sok polos dan manja sepertimu mampu melakukan hal menjijikkan seperti itu"
Nadine tak berniat menjelaskan kebenarannya, untuk apa ia menjelaskan? hal itu tak dapat menutupi fakta bahwa mereka berdua telah lama bermain api.
"baik, kau memang benar mas, aku selingkuh. apa yang dapat kuharapkan darimu? hanya karena aku tak dapat mengurus rumah kau berselingkuh, sebenarnya kau mencari istri atau pembantu? Anthony memperlakukanku layaknya ratu, bukan sepertimu yang banyak menuntut tapi tak sadar diri dengan semua kekuranganmu."
sekalian saja, Nadine memang tak berniat mempertahankan rumah tangganya, ia dapat menerima segala kekurangan Radit, memaafkan kesalahannya namun tidak untuk selingkuh, pernikahan yang ia anggap suci dinodai oleh tindakan menjijikkan seperti itu, dan Nadine tak terima.
"Tunggu surat cerai dariku mas," ujar Nadine melangkah pergi, bahunya bergetar menahan tangis.
setelah perceraiannya, Nadine memilih tinggal di kosan dibanding kembali kerumah orang tuanya, ia ingin belajar mandiri, dari pengalamannya pahitnya ia belajar mengurus rumah sendiri, kendati jika bersama orang yang tepat tak kan mungkin mengeluhkan hal yang sesimple itu.
disanalah ia bertemu James, pemuda tampan yang terkadang menyebalkan dan tak pernah lelah mengejar cintanya, walau Nadine membangun tembok kokoh untuk itu
******
TBC
part ini, apa dah? gaje kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
AcakKumpulan cerita pendek yang dibuat akibat gagal moveon dari pasangan Jadine.