In the Night

990 68 3
                                    

Happy Reading💜💜

*****

Nadine mengeluh saat tugas yang ia kerjakan tak kunjung usai, sebagaimana mahasiswa semester lima lainnya, Nadine saat ini tengah sibuk berkutat dengan tugas yang tak ada habisnya. lima gelas kopi instan telah ia habiskan bersama kedua temannya yang turut mengerjakan tugas.

"Gila sih gila! gimana mau selesai kalau satu tugas kelar muncul tugas baru, tega bener buat anak gadis orang yang harusnya malam ini ngapel malah begadang menyelesaikan tugas," keluh Hesti saat tugas yang harus ia kumpulkan besok belum selesai.

"Sabar Hesti, orang sabar banyak pacar. lagian mengerjakan tugas dirumah lo bukan hal yang buruk. apalagi kalau abangmu dan temannya berkumpul, beuh cuci mata yang menyegarkan," ucap Maya yang langsung mendapat lemparan tissue dari Hesti.

Maya dan Hesti kembali fokus mengerjakan tugas sedangkan Nadine menelungkupkan wajahnya keatas meja, ia butuh hiburan.

Suara pintu yang dibuka membuay ketiganya menoleh."Dek ada teman abang, bikinin minum gih," ucap Dimas, Kakak laki-laki Hesti.

"Ck ganggu!" dengus Hesti.

"Sekalian tadi abang beli mie instan, masakin ya," perintah Dimas sebelum pergi meninggalkan kamar Hesti.

"Nyebeliiin!!" kesal Hesti.

Ditemani Nadine dengan malas Hesti menuju dapur, Abangnya itu benar benar menjengkelkan, kadang Hesti merasa heran apa kelebihan Dimas selain wajahnya sampai menjadi idola di  kampusnya.

Kalau Hesti jadi orang lain, ia takkan sudi menatap penuh puja kepada Dimas, percuma tampan kalau sifatnya kayak setan.

"Ck harusnya gue dandan dulu tadi kalau tau ada kak James," gerutu Nadine.

Hesti memutar bola matanya malas, sudah menjadi rahasia umum jika Nadine begitu mengagumi James. Yah Hesti akui selama mengenal teman kakaknya hanya James yang tidak brengsek dengan bergonta ganti pasangan seperti teman kakaknya yang lain.

Nadine memasak Mie dengan raut tak ikhlas, masih terbayang saat melewati ruang tamu ia disuguhkan wajah tampan james. Pemuda itu memang jarang berkumpul dirumah Dimas, terakhir kali Nadine melihatnya satu bulan yang lalu, itu sebabnya Nadine keluar dengan tampang kusutnya, seandainya Nadine tau ia rela bersusah payah memoles wajahnya.

"Hes ambilin kopi diatas sana, nggak nyampe nih," keluh Nadine.

"Ck jinjit aja sih, ntar lembek mienya kalau ditinggal."

Nadine mengumpat dalam hati, kenapa alat masak di rumah ini diletakkan tinggi semua sih? sambil mendumel Nadine menjijit mencoba meraih wadah kopi.

Karena tak hati-hati kopi yang akan ia ambil hampir saja tumpah mengenainya jika saja seseorang tak menahannya.

Nadine mematung, menghirup aroma mint dari seseorang yang ada dibelakangnya dalam jarak sedekat ini, Nadine langsung tau jika ini adalah James seseorang yang ia sukai.

Anggota tubuh Nadine memang tak ada yang beres jika berhubungan dengan James, kakinya terasa kelu walau hanya untuk berbalik badan.

Nadine akui dirinya sedikit ceroboh, namun jika kecerobohannya dapat membuat dia sedekat ini dengan James Nadine rela melakukan melakukan kecerobohan yang berulang.

"Pendek," ucap James meletakkan kopi tanpa menunggu Nadine berbalik badan.

"Gila gila!!! lo liat kan Hes, posisi gue sedekat itu tadi, berasa dipeluk gue. Harusnya di dokumentsikan tadi, buat kenang kenangan, kapan lagi kan bisa sedekat itu sama kak James." Nadine berujar heboh.

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang