Aku Harus Kuat

807 88 4
                                    

Sorry for typo...

Terimakasih sudah mampir✌

Selamat membaca❤💙


______________________

I Need A Rest
_______________________


"Setidaknya aku harus kuat untuk adikku".

Lee Haechan


Renjun, pemuda itu terlihat bergetar dengan nafasnya yang sesak, berikut tangan yang mencengkram erat piama tidur yang ia kenakan di bagian kiri.

Debaran jantungnya seolah menyuruhnya untuk segera menyerah akan rasa sakit yang begitu menyiksa.

Tangannya yang gemetar mencoba membuka tabung kecil obat yang sangat ia benci, dan sialnya itu adalah salah satu penunjang hidupnya.

"Akh sakit". Tubuhnya yang ringkih terlihat begitu lemah saat bagaimana gemetarnya tangan yang berusaha menopang tubuhnya agar tidak mencium dinginnya lantai itu.

Menunduk semakin dalam, dengan tangan yang mencengkram erat piama yang ia pakai, tangannya sesekali memukul dadanya yang begitu sesak.

Menelan pil pahit yang seakan mencekik tenggorokannya, Renjun berusaha tidak memuntahkannya jika tidak ingin rasa sakitnya bertambah dari apa yang ia rasakan sekarang.

"Uhukk, mama hikss Renjun sakit ma". Isakan demi isakan keluar begitu saja dari bibir pucat Renjun.

Tangis kerinduan juga rasa sakit yang ia rasa menjadi harmony menyakitkan bagi yang mendengarnya.

Mata itu kian memberat dengan rasa lelahnya. Perlahan berlian yang nampak seperti rembulan itu kian meredup seiring isakannya yang perlahan mereda.

"Tuhan. Biarkan aku bahagia". Ucapnya lirih sebelum kedua mata itu tertutup sempurna.


~~I Need A Rest~~


Seorang pemuda berkulit tan yang kini tersenyum cerah seakan tiada beban di hidupnya melangkah begitu senang ke arah rumah.

Haechan pemuda itu tersenyum ketika mengingat pertemuannya dengan sang atasan juga anaknya yang bernama Lee Jeno.

"Mereka orang yang baik". Ucapnya.

Pandangannya kini beralih menatap ragu pada sebuah rumah yang cukup besar di seberang jalan. Langkahnya ia gerakkan searah tempat yang ia pandang.

Terdengar helaan nafas berat ketika ia telah berada di depan pintu berwarna coklat tua itu.

Tangannya perlahan memutar kenop pintu, namun sialnya pintu itu tidak dapat dibuka karena di kunci dari dalam.

Dengan langkah berat ia memutar arah menuju belakang rumahnya yang harus melewati pepohonan lebat yang semakin sialnya begitu gelap dan menyeramkan.

Haechan bergidik ngeri, langkahnya semakin cepat seiring rasa takutnya yang bertambah.

Ketika sudah melihat pintu belakang rumahnya, dengan tidak sabaran ia memasukkan sedikir jarinya pada sebuah lubang untuk menekan engsel yang mengunci pintu dari dalam.

I Need A RestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang