7. Cara menghentikan perasaan

831 92 4
                                    

Reana POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reana POV

Malam ini aku pergi ke Caffe Simple untuk bekerja sambilan. Sebenarnya aku tidak yakin untuk masuk kerja lagi, sebab aku sudah tidak masuk beberapa hari. Benar saja, saat aku kembali bekerja, bos-ku langsung meminta diriku ke kantornya.

"Kemana saja kamu selama ini?" tanya pria setengah baya yang sedang duduk di meja kerjanya.

Aku hanya menunduk. "Sa... Say—"

"Kalau bicara yang jelas!" bentaknya.

"Saya ada urusan pribadi, Pak."

"Lalu?" aku mendongakkan wajah. "Memang apa urusannya sama saya? Kalau nggak becus kerja, nggak usah kerja di sini! Payah!"

Aku kembali menundukkan wajah sambil menutup mata. Ini salahku. Salahku yang tidak ijin kalau mau cuti beberapa hari.

Tap!

Tap!

Tap!

Aku mendengar langkah bos-ku yang berjalan ke arahku. Berdiri dengan tatapan yang tajam. Aku terus menundukkan wajahku, takut.

Greb!

Tiba-tiba dia mencegram wajahku dengan erat. Membuatku merintih kesakitan.

"Pa-pak... To-tolong lepaskan..."

"Berkacalah, Reana! Kamu bekerja di sini saja tidak bisa menghasilkan apa-apa! Bahkan wajahmu tidak bisa menarik perhatian pelanggan!" Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Bisa-bisanya seorang Bos berlaku seperti ini.

"Pak!" ujarku. Menatapnya dengan tatapan jijik dan marah.

Melihat responku yang tidak mengenakkan untuknya, membuatnya makin mengeratkan cekraman pada wajahku.

"Awss! Sa-sakit...."

Dia berdecak. Menatap wajahku dengan jijik. Dia melepaskan cekraman-nya. Mengusap tangannya di kausnya.

"Harusnya saya tidak menerima orang dengan wajah rendah sepertimu. Sudahlah jelek! Tidak enak di pandang! Tidak bisa menarik perhatian pelanggan." Dia mendengus kesal. "Hah! Payah!"

Aku mengepalkan tangan begitu kuat. Menatap pria tidak tahu pendidikan di depanku dengan dongkol.

Aku tahu yang dia bilang bukanlah kebohongan belaka. Hanya saja, apakah itu pantas di bicarakan?

"PA—"

"DASAR PRIA BRENG*EK!" ujar seseorang. Aku menoleh ke belakang, seorang cowok dengan kaus hitam itu menatap bos-ku penuh kebencian.

"Kenric?"

Ya, dia Kenric. Orang yang sudah beberapa kali menolongku.

Kenric menatapku dengan senyum manisnya. Tapi tidak lama berubah datar saat menatap bos-ku.

Beautiful Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang