22. VIONA 1

537 61 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Viona POV

Apa yang kamu pikirkan tentangku dari awal cerita ini? Jahat? Sang antagonis? Tentu saja. Aku juga merasa bahwa diriku begitu.

Tapi bukankah kita semua jahat di cerita hidup orang lain?

Aku adalah Viona Primata Agasterno. Sebenarnya aku benci dengan nama belakangku sendiri. Agasterno. Nama marga yang ingin sekali aku hapus dalam hidupku, jika bisa. Tapi apa dayaku? Aku hanya seorang anak yang tidak bisa melakukan apa-apa bahkan melakukan perlawanan saja begitu takut.

Apa arti hidup sebenarnya?

Apa arti kegembiraan?

Apa arti keluarga?

Lalu apa rasanya di kelilingi kasih sayang dari banyak orang?

Bahkan sampai sekarang pun aku tidak pernah menemukan beberapa arti itu. Aku hanya bisa diam dan meratapi apa yang telah terjadi.

"VIONA! LO GILA?!" Wira menarik pergelangan tanganku, membuatku menghadap ke belakang. "Bisa-bisanya lo biarin si buluk itu kabur gitu aja!"

Aku menghela nafas. "Sebenarnya apa arti semua itu? Kenapa kita bully dia? Apa keuntungan kita selama ini bully dia, Ra?"

"Bukankah dari awal tujuan kita bully dia cuma mau nyari kesenangan aja?"

Aku terdiam.

Benar. Aku hanya ingin mencari kesenangan. Awalnya aku merasa begitu puas melakukan kekerasan pada gadis yang bernama Reana. Tapi setelah aku pikir-pikir, apa gunanya semua itu?

Katakan jikalau gadis bernama Viona ini gila! Aku tidak masalah. Aku benar-benar sudah gila dari awal, dan aku mengakui itu.

"Iya, memang itu tujuan kita. Tapi kenapa gue nggak nemuin arti kesenangan itu? Apa arti kesenangan sebenernya?" tanyaku. "Gue muak, Ra! Muak nyari hal yang nggak bisa gue dapatin dari dulu!"

"Maksud lo arti kesenangan? Tentu saja hal yang kita lakuin ini termasuk arti kesenangan. Apa lo nggak ngerasain itu?" sahut Jesika yang sudah ada di hadapanku. Aku menggelengkan kepala beberapa kali. Membuat Wira, Jesika dan juga Laura merasa kesal.

"Jadi, sekarang mau lo apa?" tanya Wira.

Aku terdiam. Kenapa Wira malah bertanya hal seperti itu padaku? Aku pun bingung dengan hidupku yang entah apa maunya.

"Keluarga lo berulah lagi?" tanya Laura.

"ARGGH!!!!" Wira mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Lo!" Wira menunjuk diriku dengan suara yang tegas. "Gue muak dengan masalah keluarga lo yang nggak kelar-kelar itu! Mau sampai kapan masalah lo itu membebani kita semua? Jujur, gue benci lihat lo yang haus akan perhatian semua orang. Seolah-olah masalah lo adalah hal yang harus di nomor satu, kan!" tukasnya.

Beautiful Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang