13. Kebingungan di pikiran dan hati

707 81 3
                                    

Reana POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reana POV

"BANGUN!!! BANGUN!!!"

Aku membuka mata. Lalu mendapati cowok yang lagi-lagi itu adalah Rigel. Hah, yang benar saja. Cowok itu bukannya sudah aku peringatkan untuk tidak berangkat sekolah denganku kemarin? Lalu kenapa dia masih saja.

"Rigel?!"

"Iya, ini gue. Udah buruan bangun lo. Sedikit lagi kita telat, buruan kebo!" Rigel melempar bantal ke wajahku dan langsung terbirit-birit keluar dari kamarku.

"RIGELLLL!!!!"

Ah, anak itu benar-benar membuat mood pagiku hancur. Ini baru pagi lho, dan cowok sialan itu benar-benar membuatku jengkel bangettt... Bangettt.

Dan saat acara sarapan di bawah bersama Nenek, ternyata lagi dan lagi Rigel ikut. Sudahlah menghancurkan mood orang sepagi ini. Lalu, dia merusak pemandangan sepagi ini juga. Benar-benar menjengkelkan.

"Ngapain sih masih datang ke sini?!" kataku pada Rigel tanpa berkata secara langsung.

"Suka-suka gue. Orang Nenek lo yang nyuruh buat berangkat bareng lo terus, balas Rigel tanpa kata-kata juga. Tapi seolah-olah aku dan Rigel mempunyai telepati untuk berkomunikasi tanpa mengunakan mulut.

"Yaudah tolak aja!"

"Gue nggak enakkan orangnya."

"Terus kenapa harus ikut sarapan di sini?"

"Karna gue belum makan." Rigel tersenyum miring. Lama-lama emosi kalau gini terus!

Aku menghela nafas pelan. Menutup mataku agar beristirahat sebentar, sebab melihat Rigel adalah siksaan untuk penglihatan.

Sebenarnya aku harus melakukan apa?

Aku harus melakukan pergerakan sedikit untuk membuat Rigel menjauh. Setidaknya tidak lagi menjemputku dan kami berangkat berdua ke sekolah lagi.

"Ayo, Rea... Berpikir buat nyingkirin Rigel... Berpikirlah lebih kerass!!!" Ah, susah! Aku benar-benar tidak mempunyai ide.

Tak!

Tanpa sadar aku memukul meja dengan garpu dan sendok yang sedari tadi aku pegang di tanganku. Membuat Nenek dan Rigel terkejut.

"Kenapa, Nak?" tanya Nenek bingung.

Duh, lagi-lagi karna mikirin Rigel!

"Tadi ada laba-laba, Nek. Jadi Reana coba pukul," alibiku.

"Oh, kirain ada apa. Yaudah nanti Nenek bakal suruh Mbak Lina buat bersihin rumah lebih detail lagi," ucap Nenkek.

Aku kembali memakan nasi goreng. Lalu mendongakkan wajah. Dan saat itu juga aku melihat ekspresi Rigel yang menyebalkan lagi. Cowok itu mengejekku! Sialan memang.

***

Author POV

Lagi-lagi Reana harus terpaksa memakai helm Rigel. Walau Rigel terus memaksanya untuk melepaskan helm.

Beautiful Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang