Author POV
Saat istirahat pertama, Reana dan juga Kenric memilih duduk di taman saja. Kenric tahu betul kalau Reana lebih menyukai hal yang terlihat damai.
Reana menatap kotak bekal milik Kenric yang di berikan untuk dirinya. Rasa bersalah masih ada di dalam hatinya. Ia sedari tadi hanya menatap kotak bekal tersebut tanpa mau menyentuhnya.
"Kenapa nggak di buka? Hmm?" tanya Kenric penasaran.
Reana menatap Kenric yang duduk di depannya dengan sendu. "Maaf... Ken."
Lagi, Kenric mendengar kata maaf dari bibir mungil Reana. Tunggu. Kira-kira sudah berapa kali gadis itu mengucapkan kata itu hari ini, ya? 10 kali? Tidak, iti terlalu sedikit, mungkin lebih dari itu.
"Maaf buat apa lagi, An?"
"Ya... Itu..."
Kenric menghela nafas pelan. "Lihat, gue," pintanya. Reana seketika menatapnya dengan serius. "Lo sama nggak salah, An. Lagian, semua yang terjadi tadi juga bukan kemauan lo, kan?"
Reana terdiam.
Kenric mencodongkan badannya ke depan dan mengelus kepala Reana pelan. "Udah, nggak apa-apa. Semua bakal baik-baik aja. Jangan di pikirin lagi, ya?" Reana mengangguk.
Kenric tersenyum. Cowok itu mulai membuka kotak bekal yang sedari tadi tak di sentuh oleh Reana.
"Tara!!!"
Kenric menunjukkan makanan yang ia bawa untuk gadis itu. Tema makanan hari ini adalah nasi tiwul. Dan tentu saja Kenric yang memasaknya, karena ini khusus untuk Reana. Melihat itu membuat mata Reana berbinar-binar.
"Ini... Kamu yang bikin?" tanya Reana yang langsung di balas anggukan Kenric.
Kenric mengambil sesendok nasi tiwul, dan kemudian menyuapi Reana. Gadis itu dengan senang hati menerima suapan Kenric.
"Enak?" tanya Kenric.
"He'em! Ewnak bawghet!" Reana menunjukkan jari jempolnya kepada Kenric.
"Telan dulu makannya baru boleh bicara. Nanti lo keselek lagi."
"Tawpi iwni bewneran ew— uhuk! Uhuk!"
Dan benar saja, Reana saat itu langsung tersedak. Kenric yang melihat hal itu pun menyodorkan air mineral. Kenric mengeleng kepala melihat bagaimana Reana minum dengan cepat. Barusan Kenric baru memperingati gadis itu, dan lihat? Dia malah kena batunya sendiri karena keras kepala. Tuh, kan! Bendel, sih!
"Bebal!" cibir Kenric.
Reana mencebikkan bibirnya kesal.
Kenric kembali menyuapi Reana. Tapi gadis itu menghindar. "Kenapa?" tanya Kenric bingung dengan Reana.
"Lo nggak makan?" tanya Reana.
"Gue udah makan tadi," jawab Kenric berbohong.
"Kapan?"
"Tadi."
"Iya... Tahu. Tapi tadi-nya tuh tadi kapan?"
Saat itu juga Kenric langsung berkata, "Tadi pagi."
Reana menunjukkan jam tangan yang ada di pergelangan tangannya kepada Kenric, menyuruh cowok itu melihat pukul berapa saat ini.
"Lihat, kan, ini udah siang. Lo juga harus makan. Kalau lo makan tadi pagi, itu namanya sarapan." Reana mengambil alih sendok dan kotak bekal yang di pegang Kenric. Lalu menyuapi Kenric. "Ayo, makan! AAAA!!!!" pintanya sambil membuka mulut sendiri, menyuruh agar cowok di depannya juga mengikuti apa yang ia lakukan.
"Aaaaa...."
Satu suapan nasi tiwul masuk ke dalam mulut Kenric. Reana tersenyum senang.
"Lo harus makan! Gue nggak mau, ya, kalau lo sampai kumat lagi kayak kemarin. Gue nggak suka lihat lo kesakitan, dan juga masuk rumah sakit," oceh Reana sambil bersiap menyuapi Kenric lagi. Membuat Kenric tertawa geli. Gadis di hadapannya ini ternyata mencemaskan.
Merasa di lihat, Reana pun mendongakkan kepalanya. Ia membalas tatapan Kenric dengan tatapan manis.
"Kenapa natap gue gitu? Terpesona, ya?"
Kenric mengerut kening. "Kok tahu?"
"Karna bagi lo gue cantik, mungkin?"
Kenric mengangguk. "Iya. Lo emang cantik."
"Gue tahu itu kok." Ucap Reana lalu mulai memberi suapan kedua kepada Kenric.
Kenric cepat-cepat menelan makanannya. Menatap Reana dengan tatapan aneh. Ia tidak percaya kalau Reana bisa percaya diri. Itu membuatnya senang.
"Terusin rasa percaya diri lo barusan. Lo patut buat hargai diri sendiri," katanya.
Reana menatap netra mata Kenric cukup lama. Tidak tahu kenapa dia merasa seperti sudah pernah mengenal Kenric. Tapi kapan? Ah, mungkin hanya halusinasinya saja.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
Reana tersenyum. Lalu mengangguk beberapa kali.
"Makasih, Ken. Karna selalu kasih semangat buat gue," kata Reana.
Karna saking gemas, Kenric mencubit satu pipi Reana. "Iya, sama-sama cantik!"
Kenric mengambil alih sendok dan menyuapi Reana kembali. "Ayo, buka mulut lo!" suruhnya.
Reana membuka mulut. "Aaaa...."
Dengan jahilnya Kenric membelokkan sendoknya ke kanan, membuat Reana kecewa karna tidak jadi memakan sesendok nasi tiwul.
"Ken! Lo nyebelin, ih!" rajuknya.
Kenric terkekeh. Lalu kembali menyuapi Reana. Tapi lagi dan lagi Kenric membohongi Reana. Membuat Reana tidak mau membuka mulut untuk permintaan suapan yang ketika kalinya.
"Iya deh iya, gue nggak main-main lagi. Nah, ayo, buka mulut. Aaaa...." Akhirnya satu suapan masuk ke dalam mulut Reana.
Kenric menatap Reana yang tersenyum ke arahnya dengan perasaan yang sudah membaik. Kenric tak pernah bosan melihat senyum Reana. Sama sekali tidak bosan. Malah dirinya berharap Reana akan terus tersenyum, entah itu karna dirinya atau karna orang lain. Bahkan Kenric berharap Reana tetap tersenyum walau dirinya tidak ada di sampingnya lagi.
Reana akan baik-baik saja, kan, jika dia pergi?
"Gue bahagia karna lo bahagia, Ann," batin cowok itu.
***
Tbc
Duh, kalian yang team Rigel X Reana masih di kapal mereka, kan? Kalian g oleng kan? 😂
Vote and comments. Makasih udah baca cerita BG!
Maaf kalau ceritanya kurang jelas. Semoga makin maju terus, ya!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Girl [END]
Teen Fiction( Karya 2) Reana Gracelina adalah gadis berkulit sawo matang dengan mata berwarna hitam yang indah. Tapi entah kenapa di sekolahnya lebih mengutamakan fisik. Dia menjadi bahan bully selama 3 tahun. Dia tidak punya teman. Bahkan keluarga kecil pun ta...