Aku masih merasa kebingungan, hingga tubuhku lemas dan merasa mual. Aku memegang erat pada gagang pintu dan akhirnya aku terjatuh. Tanganku menyangga kepala dengan gemetaran, wajahku pucat dan hidungku mengeluarkan cairan merah.
tes... tes... tesss
Darah berjatuhan di lantai kamar, bruaaak...
Tubuhku tak kuat untuk menahannya, aku tergeletak dengan keadaan kaki menekuk. Darah tetap mengalir di pipi dan mulut.Pingsan untuk beberapa saat.
.
.
.
.
Terbangun dengan kondisi darah yang telah mengering pada wajah dan lantai. Pandangan yang tak begitu padang, memaksaku untuk tetap bangkit. Sedikit tertitah, tapi tak apa.
"Mungkin ini radiasi dari angin itu." lirihku lemas.Segera aku ke kamar mandi dan membersihkan bekas darah.
"Huh akhirnya." cletukku setelah membersihkan diri dan bekas darah pada lantai. Aku terlentang di atas ranjang dengan kaki yang masih menggelantung.
"Ada berita apa ya di dunia ini." imbuhku sambil meraih handphone.
Aku terus mengscroll discover browser, dan haap... aku mendapatkan berita terbaru. Bahwa virus di negaraku sedikit mereda dan orang yang berkewarganegaraan negaraku, tapi terjebak di negara lain boleh untuk pulang ke negara ini, dan itu juga harus dikarantina selama 14 hari.
Beberapa swalayan juga sudah buka, tapi jam bukanya dipersingkat.
Huft, sangat melelahkan, tapi bagaimana lagi aku harus menahannya."Tak seperti di dunia sana." aku mulai terlena akan dunia tanpa virus.
Tangan yang memegang handphone kulemparkan di ranjang dengan keadaan terlentang. Mata yang terus menatap langit-langit dan terus berpikir untuk kembali ke dunia itu."Umm... aku kan dateng ke dunia paralel jam 8 malem, trus kenapa aku balik jam setengah 8?" pertanyaan itu muncul secara tiba-tiba.
"Oh berarti kalo aku kesana, aku harus mengurangi 30 menitku untuk hidup disana?!" Lanjutku dengan mata yang terbuka lebar. Aku sangat terkejut saat itu, tak disangka waktu untuk bertemu orang terkasih dikurangi begitu banyaknya.
"Kalo aku kesana lagi.... aku harus merelakan 30 menitku lagi dong, jadi... 30 ditambah 30 sama dengaaaan satu jam! Whaaat!"
"Trus kesempatan aku kesana berapa kali?" pertanyaan ini begitu klimaks, menandakan bahwa aku paham antara duniaku dengan dunia itu.
Segera aku beranjak dan bergegas untuk ke meja belajar, mengambil buku dan menghitung.
Dan akhirnya aku mendapatkan hasilnya yaitu hanya memiliki 48 kali untuk kembali, itupun juga dihitung dari awal aku kesana."Halah masih banyak... masih 47 kesempatan lagi." remeh aku.
Aku berjalan kembali menuju ranjang besar berwarna hijau toska. Memejamkan mata, tapi pikiran belum juga terpejam.
"Aaarrgh aku nggak bisa tidur!" aku berteriak kesal.Centing...
Nada pesan berbunyi, ternyata eyang. Eyang mengabariku bahwa dia akan segera pulang. Aku sangat senang saat itu, aku merasa aku tak akan kesepihan lagi.
***
Dua hari berlalu, eyang datang tapi harus dikarantina mandiri. Aku tak boleh datang padanya untuk sementara waktu, aku hanya datang untuk memberinya makan. Rumahku dan eyang tak terlalu jauh, hanya beda gang saja. Jadi, aku bisa berjalan kaki untuk menemuinya.
Rumah tetap sunyi walaupun eyang sudah pulang, rasanya hampa tak seperti dunia itu. "AHA! Apa aku ke sana aja ya?" pikirku kegirangan.
Segera aku berlari menuju gudang atas, awalnya aku mengira itu portal utama menuju dunia paralel, tapi salah. Tak terjadi apapun disana, hanya ada debu berterbangan dan kardus yang berantakan.
"Lah terus lewat pintu mana?" aku terus berpikir dengan berjalan turun.
Semua pintu kubuka, tapi tetap saja. "Huh aku seperti orang gila! Ya masa pintu kulkas aku buka." ujarku setelah menutup pintu kulkas.

KAMU SEDANG MEMBACA
-30 Minute
Fantasi[CERITA INI HANYA FIKSI] Cerita fantasi tentang kematian orang terdekat yang menghantarkan gadis SMA pada pintu dunia paralel. Disana dia menemukan fakta yang tak dapat dijumpai pada dunia nyatanya. Update setiap hari Senin dan Selasa. #-30 Minute #...