"Hidup itu bagaikan lampu, karena lampu akan hidup atau mati sesuai keinginan sang pemilik."
~Author
Esok adalah hari aku memulai seperti biasanya. Tapi kali ini sedikit berbeda, yaitu aku harus menjaga pola hidupku tanpa ditemani siapapun.***
Sinar pagi melewati tirai putih di kamarku, aku terbangun. Menatap handphone yang berdering sepanjang malam. Di layar depan hanya ada tulisan "Panggilan tidak terjawab."
Segeraku meletakkannya dan memulai aktivitas yang baru. Pergi mandi dan menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri.Berjalan menuju halaman belakang dan melakukan olahraga. Sekejap aku terhenti, melihat sekeliling dan berhalusinasi bahwa aku sedang melihat ibuku memotong buah, sedangkan ayah dan adikku bermain bola. Kali ini aku tak bisa menahan air mata, jatuh bergantian dari sisi satu ke sisi lain.
"Tenang Naura... mereka akan kembali!" ucap pada diriku sendiri.Pukul 07.00 a.m
Aku membereskan rumah sebelum kelas online dimulai. Mencuci piring, mencuci+menjemur baju, menyapu, mengepel, melipat baju. Semua ku kerjakan tanpa terkecuali.Pukul 09.00 a.m
Mulailah kelas online ku. Hari ini ada 5 mata pelajaran yang harus aku ikuti, yaitu fisika, matematika minat, bahasa inggris, biologi, dan bahasa indonesia.Menatap layar laptop dengan durasi 6 jam nonstop. Tanpa ada istirahat dan setiap mata pelajaran ganti, langsung diisi mata pelajaran yang lain. Mataku pedih, padahal sudah dilindungi kacamata anti radiasi. Aku ditemani setoples kacang disamping kananku dan segelas soda. Handphone terus berdering. Semua panggilan itu dari sahabat dan saudara. Mungkin mereka ingin menanyakan keadaanku saat ini. Tapi aku memutuskan untuk tak mengabari mereka, karena muak atas ocehan mereka padaku.
Pukul 03.00 p.m
Kelas online ku selesai. Kututup laptop yang masih mengisi daya. Pergi ke kamar mandi untuk mandi sore dan dilanjutkan untuk pergi tidur.Saat di tengah tidurku, waktu itu pukul 08.45 p.m, tiba-tiba ada nada pesan yang asing. Acuh aku.
Beberapa menit kemudian, nada itu muncul lagi. Segera aku menggapai hanphone di meja sebelah tempat tidur.
Deg...
Ternyata itu dari rumah sakit yang merawat keluargaku. Mereka mengabari bahwa ayah dan adikku telah tiada, sedangkan ibu, dia kritis. Segeraku beranjak mengambil tas, masker,dan jaket yang tergantung dan lari keluar.
Mencari taxi yang tak kunjung datang, berlari menuju halte tapi bus tak mungkin tiba karena sudah malam. Aku linglung seperti tak tau arah pulang. Menangis di tepi jalan yang sepih. Akhirnya aku memutuskan untuk lari, jarak antara rumah dan rumah sakit cukup jauh. Di sepanjang jalan aku menangis, suaraku cukup keras.
Lari sambil terus berusaha menelephon sahabatku. Tapi tak kunjung dijawab.
Dari arah belakang ada suara bel motor yang cukup keras, hingga aku menoleh untuk memeriksa. Ternyata Alan, dia temanku. Teman yang selama ini aku sukai. Dia tipe orang yang dingin dan tak ingin ikut campur dalam kehidupan siapa pun. Dia hanya melewatiku, motor yang cukup cepat membuat angin yang membuatku kedinginan.Seeet...
Mendadak dia terhenti dan menoleh padaku. Aku yang saat itu jauh dibelakangnya terus berlari dan menangis. "Kau kenapa?" teriaknya padaku.
Aku tetap berlari tanpa membalas. Saat aku tiba padanya, "Tolong antar aku ke Rumah Sakit Pamungkas." ucapku dengan tangisan dan segukan. Saat itu aku benar-benar tak mengkhawatirkan perasaanku padanya, yang sebelumnya selalu malu jika bertemu dengannya. Tapi kali ini aku menangis tepat di depannya. Dan yang mengejutkan lagi, dia tak menanyakan alasan kenapa aku pergi kerumah sakit dan dia langsung menyuruhku menaiki motornya, "Cepat naiklah." ucapnya yang seperti gelisah ketika melihatku terus menangis.
Dia cukup kencang saat mengendarai dan tiba hanya dengan waktu 10 menit saja. Segera ku turun dan lari tanpa berterimakasih.
Sampai depan rumah sakit, aku dilarang masuk. Aku terus mengelak, mengatakan bahwa ayah dan adikku tiada. Semua ku katakan agar bisa masuk, entah ayahku seorang dokter di sinilah dan lain sebagainya. Lalu ada seorang dokter datang, dia rekan kerja ayahku dan dia juga ibu Alan. Dia jalan menghampiriku yang sedang dihadang oleh satpam, "Ada apa ini pak?" tanyanya.
Seketika aku lari menujunya, "Bawa aku ke ayah, tante." pintaku dengan tangisan yang belum berhenti. Dengan sigapnya satpam melepaskanku dari dokter tersebut dengan paksa. Tangisanku semakin keras dan bahkan ada orang yang keluar untuk melihat keadaan. Sampai-sampai mulutku dibungkam oleh satpam tersebut. "Stop pak!" gertak ibu Alan setelah melihat aku dibungkam. "Dia anak pak Anjani, saya yang menyuruhnya datang kemari." lanjutnya, dia berbohong pada satpam agar aku diperbolehkan masuk.Digandeng aku setelahnya, dibawa pada sebuah tempat dan itu adalah kantor ibu Alan.
"Duduklah, tenangkan dirimu dulu.""Aku ingin bertemu ayahku." wajahku memerah dengan air yang membasahi mukaku.
"Duduklah dulu."
"Tolong tante. Aku ingin bertemu dengan ayahku."
"Kau tak boleh berkunjung nak. Ayah dan adikmu mungkin saat ini masih di persiapkan untuk pemakaman. Kau seharusnya di rumah."
"Bagaimana aku bisa di rumah saja. Keluargaku sekarat disini! Aku tak memiliki siapapun." gertak sembari menangis.
Karena muak akan semua hal saat itu, aku berusaha untuk melihat ayahku sendiri.
Tapi, tertahan. Nada asing itu berbunyi lagi. Segera aku buka dan ternyata ibuku pergi bersama ayah dan adik. Aku berbalik menghadap ibu Alan, "Ibu telah tiada." ucapku dengan tatapan kosong.
Dia berjalan ke arahku dan langsung memelukku."Tenang nak." ucapnya sembari mengusap rambut pirangku.
Dadaku begitu sesak saat itu. Menangis dipundak seseorang dan membasahi pakaiannya karena air yang terus menetes.
11.00 p.m
Akhirnya, aku hanya diperbolehkan melihat keluargaku dimasukkan pada ambulance. Mereka di dalam peti putih yang berbeda. Aku terus menatap dengan derasnya air. Ibu Alan tepat disampingku dengan terus memelukku. Dia menyeka air di pipi yang jatuh dari mata.Suara sirine ambulance menjauhiku. Kali ini benar-benar sirine perpisahan. Aku sendiri, tanpa ditemani orang terdekat disampingku.
Kalian pernah merasakannya?
Aku harap kalian tidak akan merasakannya, karena ini sungguh menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
-30 Minute
Fantastik[CERITA INI HANYA FIKSI] Cerita fantasi tentang kematian orang terdekat yang menghantarkan gadis SMA pada pintu dunia paralel. Disana dia menemukan fakta yang tak dapat dijumpai pada dunia nyatanya. Update setiap hari Senin dan Selasa. #-30 Minute #...