05

26 3 0
                                    

"Di setiap hidup pasti ada hal yang tak terduga."
~Author

Aku linglung saat itu, memandangi orang-orang yang melakukan aktivitas tanpa ada halangan. Lalu dari arah kanan, aku mendengar suara seseorang yang tak asing bagiku, "Athela..." teriak pria tersebut. Ternyata Alan, ia memanggil Athela karena melihat ku yang duduk tepat di Wc umum.
"HAH?! ALAN?" gumamku terkejut. Aku terus memalingkan wajahku karena malu jika ada dia. Athela berjalan mendekatiku.

"Kenapa kau duduk disini?" tanyanya dengan cengengesan.
Kepalaku mendongak menatapnya, merasa bingung karena dia memakai seragam sekolah dan tidak memakai masker. "Kenapa kau memakai seragam? Trus dimana maskermu? Apakah kau tak takut virus?" ucapku dengan terus menutup mulut karena tak membawa masker.

"Lah, malah ganti nanya."

"HAH?!" saat itu keadaan begitu ramai hingga suara Athela tak terdengar.

"Kamu kenapa disini Uraaa? Pake baju tidur, ga pake sandal lagi. Katanya tadi sakit, trus ijin nggak sekolah. Trus sekarang malah ke Wc umum, emangnya Wc di rumah rusak? HAHAHAHAHA"

Seketika aku langsung melihat bajuku, "OMG! Kenapa baru sadar sih." ucapku sambil menepuk dahi.

"Tuh ada Alan. Mau dipanggilin nggak?"

"Jangan main-main ya!"

"ALAN SINI! NAURA LAGI SAKIT, KAMU ANTERIN PULANG GIH." teriak Athela hingga membuat seisi taman memandanginya, dan bodohnya lagi Alan beranjak dari duduknya untuk menghampiri kami.

"INI GILA, BENAR-BENAR GILAAA..." ucapku sambil lari menjauhi mereka.

"Eh Naura!" cegah Athela, tapi mana sempat, aku telah lari terbirit-birit karena merasa hal itu sangat memalukan.

Aku berlari menuju halte dekat sekolah, berlari sembari terus menutup mulut. Jalan raya dipenuhi kendaraan dan toko-toko dipinggir jalan ramai akan pelanggan. "Ada apa ini?" gumamku yang masih dalam keadaan berlari.
Di sepanjang jalan aku adalah pusat perhatian.

"Kenapa anak ini berlari tanpa memakai alas kaki?"

"Wah... lihat itu!"

"Kenapa dia?"

"Dia seperti orang yang kebingungan."

Itu yang kudengar dari beberapa orang yang kulewati.
Saat aku tiba di halte bus, "KARTU BUSNYA!." aku tak ingat jika aku tak membawanya, akhirnya aku terus berlari menuju rumah.
Saat di persimpangan dekat rumah ada suara klakson mobil, tiiiin....
Tersentak kaget aku dibuatnya. "Kenapa kau berlari Nak?" ucap pria yang berada dalam mobil.

Sontak kuberpaling, "Ayah?" ucapku kebingungan. Kali ini aku begitu kebingungan atas semua hal yang terjadi. Mata yang melotot dan alis yang saling menarik, membuat kami saling menantap kebingungan.
"Hei.. kamu kenapa? Cepat masuklah dalam mobil! Lihatlah! Sekarang kau menjadi pusat perhatian." ujarnya dengan mengayunkan tangannya tepat pada wajahku.

"Bukannya ayah sudah meninggal?" tanyaku dengan polos.

"Kamu bicara apa nak? Cepat masuklah!"

Kali ini aku tak yakin itu ayahku, "Ayahku telah meninggal!" jelasku padanya. Aku meninggalkan orang yang mirip dengan ayahku tersebut, berlari dengan penuh ketakutan dan menangis karena merasa dunia benar-benar aneh.

"Eyaaang.." ucapku sembari menangis.

Mobil itu sempat melewatiku dan mengeluarkan suara klaksonnya, "tiiin... tiin.."
Berhenti aku seketika, menatap bagian belakang mobil yang terus melaju dan menstabilkan napasku yang terngah-engah.
"Ada apa ini?" ujarku lirih dengan mata yang berkaca-kaca.

Karena jarakku pada rumah dekat, akhirnya aku berjalan. Berjalan tanpa alas kaki yang langsung memijak pada latar yang dingin. Saat itu sudah pukul 08.20 p.m dan lingkungan rumahku yang sudah sepih.

"Kenapa pagarnya terbuka?, Bukannya tadi tertutup?" berjalan dengan terus mendekati rumah yang terlihat terang.

"Loh mobil ini kan masih di rumah sakit, Kenapa sudah ada di rumah? Trus kenapa mobil yang dipakai orang mirip ayah di luar rumah?" sungguh bingung aku jadinya. Tanpa panjang lebar aku masuk untuk memastikan, dan iya dunia benar-benar aneh.
Tubuhku lemas dan bergemetar, berjalan mundur hingga menatap daun pintu depan, "Kenapa kalian ada disini?" tanyaku setelah aku melihat keluargaku yang sudah ada di rumah.

"Kamu dari mana saja? Kata ayahmu kau berlari tanpa alas kaki, apakah itu benar?"

"Ha?" kataku yang masih kebingungan.

"Bukannya Eyang ada di rumah bibi?" tanyaku lagi.

"Kan sudah pulang dari minggu lalu." jawabnya sembari menonton tv.

"Ha?"

"Ha he ha he. Sana cuci tangan, cuci kaki. Trus makan." ucap ayah setelah dari kamar mandi.

"Ayo nak, cuci tangan sama kaki dulu. Tuh makanannya udah siap." sahut ibu sembari menggandengku.

Aku berjalan dengan keadaan ragu dan takut, "apakah mereka hantu?" batinku.
Kami duduk bersama untuk makan malam. Aku terus memandangi mereka yang sikapnya biasa saja tanpa ada masalah. "Apakah aku mimpi?" tanyaku dengan menunjuk diriku sendiri.

Cplaaak....

Mendadak adikku memukul kepalaku hingga keras. "HEI!" teriak aku di meja makan.
"Naura jangan teriak di meja makan!" bentak eyang padaku.

Lantas adikku tertawa jahat melihat aku di bentak. Sifat adikku berubah, yang awalnya dia selalu sopan denganku, tapi kali ini?
Wah, dia benar-benar berubah.
Tatapanku mengarah padanya dengan penuh tanda tanya.

Semua saling berbicara di atas meja makan, menceritakan kegiatan selama hari itu. Aku hanya diam mendengarkan dengan terus was-was dan menilik ekspresi mereka.
Tapi menurutku tak ada hal yang aneh, hanya saja sifat adikku yang berubah.
Usai makan aku langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu.
Bersender pada daun pintu yang tertutup, duduk dan memikirkan apa yang harus dilakukan. "Laptopnya!" hal itu muncul karena sebelum kejadian itu, laptop berada pada meja dapur. Sontak aku keluar untuk mencarinya.
"Kau mencari laptop?" tanya ibu padaku.

"Bagaimana ibu tau?" gumamku kebingungan.
"Hmm iya, apakah ibu tau?"

"Tadi kau menaruhnya di meja dapur, sekarang sudah ibu letakkan di kamarmu."

"Ha?" tanpa banyak berucap, aku langsung memeriksa laptopku.
Tak ada yang aneh sama sekali, bahkan pelajarannya sama.

"Kenapa mereka kembali? Ini sangat membuatku takut. Bahkan keadaan begitu berubah? Ada apa ini sebenarnya?"

Aku berusaha mencari sesuatu di internet, dan yaaaap, aku menemukannya!!!



-30 MinuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang