8. Masalah Baru

7 2 3
                                    

Sebelum kalian lebih lanjut untuk mulai membacanya, jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah. Serta, tinggalkan komen di setiap paragraf. ')

Xixie,
-sausankml

_______________________________________
__________________

Tuhan selalu menyeimbangi cobaan dan kebahagian yang ia berikan. Kuatlah karena cobaan-Nya, bersyukurlah karena kebahagiaan-Nya.

Pijar Cantika Wulandari

🌋🌋🌋

Aku melangkah dengan sangat pelan, karena tidak ingin kelelahan. Dengan menggenggam sebotol jus, aku memasuki gerbang sekolahku lagi. Seperti sudah sangat lama tidak pergi ke sini, terlihat ada sedikit perubahan. Ya, yang berubah adalah perubahan suhu. Hm, aku tidak tau penyebabnya, entah matahari yang terlalu bersemangat untuk menyinari bumi atau tiga pohon mangga depan sekolahku ditebang.

Aku menghampiri Reni yang tengah menungguku di dekat pos satpam. Kami memang berjanjian untuk masuk ke kelas bersamaan. Makanya kami memilih tempat ini sebagai titik kumpul. Ya, tempat yang paling mudah untuk menemukan orang. Jadi, tidak perlu mencari Reni yang suka berjalan-jalan ke segala penjuru sekolah, padahal tubuhnya mudah kelelahan. Ups, bercanda, Ren.

"Ren!" panggilku berteriak sambil melambaikan tangan ke arah Reni.

Reni pun membalas lambaian tanganku. Ia tersenyum dan membalas, "Hei, Pijar!"

Reni pun berjalan mendekatiku. Ketika sampai di hadapanku, Reni bertanya, "Gimana? Udah agak baikan, Jar?"

Aku diam tak menjawab. Aku malah melihat-lihat dengan mataku, menelusuri setiap jengkal tubuhku, lalu kembali menatap Reni. "Ya, aku pikir sudah agak baikan. Makanya aku bisa masuk sekolah, kan?"

"Oh iya, bener juga," ujar Reni.

"Ya udah, langsung ke kelas aja yuk, Ren," ajakku menggandeng tangan Reni.

Reni melepaskan tangannya yang digandeng olehku. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu, tapi aku tidak mengetahuinya. "Kenapa?"

Reni pun menyengir kuda setelah kutanya 'kenapa'. Menjengkelkan! Itu semakin membuatku penasaran, aku pun bertanya, "Kenapa sih, Ren?"

"Aku laper, Jar. Ke kantin dulu ya, hehe," pinta Reni masih sambil menyengirkan gigi-gigi putihnya.

Aku hanya bisa menghela napas dengan malas. "Yok," jawabku dengan semangat. Aku menampakkan senyumku. Toh, buat apa aku harus kesal dengan apa yang disukai oleh temanku? Apa itu bagus untuk pertemanan? Ya tentu saja tidak!

Kami pun meninggalkan pos satpam tersebut. Namun, baru beberapa langkah, aku dikejutkan oleh panggilan dari arah gerbang sekolah. Suara itu terdengar seperti sambil dibawa berlari oleh si empu. Terdengar dari nadanya.

"Pijar!"

Aku memberhentikan langkahku dan menoleh ke sumber suara. Ternyata, itu adalah kak Bagas. Ia berlari menghampiriku dan Reni. Seperti saat pertama kali kami bertemu, rambutnya masih sedikit panjang dan terbang-terbangan. Tapi kali ini rambutnya terbang-terbangan, karena ia berlari.

"Siapa, Jar?" tanya Reni.

"Kak Bagas, kakak kelas sebelas, Ren," jawabku masih melihat ke arah kak Bagas yang berlari.

Kak Bagas pun sampai di hadapanku dan Reni. Ia berdiri di depanku sambil memasang senyum di wajahnya, tak luput dengan lesung pipinya juga tampak saat ia tersenyum. Rambutnya terlihat sedikit basah, kupikir dia baru saja keramas pagi ini dan tidak mengeringkannya sampai tuntas. Dasar, cowok begitu malas.

Ma FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang