12. Pertanyaan Sulit

8 1 0
                                    

Sebelum kalian lebih lanjut untuk mulai membacanya, jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah. Serta, tinggalkan komen di setiap paragraf. ')

Xixie,
-sausankml

_______________________________________
__________________

Maaf, aku tidak bisa menjawab dan menerima segala cintamu secepat itu. Bukannya tidak percaya akan cintamu, tapi ada banyak hal yang harus kupertimbangkan.

Pijar Cantika Wulandari

🌋🌋🌋

"Gue mau ngomong sesuatu, kalau gue–"

Aku menatap kak Bagas dengan serius. Aku juga berubah menjadi mode serius. Mengingat kalau sekarang jam istirahat tersisa beberapa menit lagi. Susu kotak yang kuminum pun kuletakkan di meja. Aku melipat kedua tanganku dan kutumpuk di atas meja. "Jadi, ada apa, Kak?" tanyaku.

"Gue mau ngomong sesuatu, kalau gue–"

"Eh, enggak. Maksud gue, gue mau nanya sesuatu."

Aku yang mendengar itu pun sedikit bingung. Ada apa dengan cara bicara kak Bagas yang sedikit lebih aneh hari ini daripada hari-hari biasanya?

"Nanya apa, Kak?" tanyaku padanya.

Kak Bagas merubah posisi kursinya menjadi lebih dekat dengan meja. Otomatis wajahnya juga menjadi dekat dengan wajahku. Ia menatapku dengan mata tajamnya. Wajahnya terlihat sangat serius, ditambah dengan rahangnya yang mengeras itu menambah kesan keseriusan yang mau ia ciptakan.

Tapi, satu hal yang sangat menggangguku. Aku merasa sangat canggung saat ini. Tak pernah terpikirkan olehku untuk berada di posisi seperti ini. Apalagi dengan orang yang hitungannya masih belum terlalu akrab bagiku. Kenapa? Kenapa jantungku malah berdebar di saat seperti ini? Aku pun merasa kalau wajahku mulai memerah saat ini.

"Bisa munduran sedikit, Kak? Eum, muka kakak kedekatan," pintaku sambil menegak ludahku sendiri.

Kak Bagas pun mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, lalu disusul dengan gelengan kepalanya. "Sorry," ucapnya sambil menjauhkan wajahnya itu dari hadapanku.

'Ini kak Bagas kenapa sih? Aneh banget.'

"Kenapa sih, Kak?" tanyaku tidak sabaran dan pastinya gelisah. Aku melirik jam tanganku, lalu kembali menatap mata kak Bagas. "Ada apa, Kak Bagas?"

Kak Bagas melipat kedua tangan di depan dadanya. Kali ini ia bersandar di kursinya. "Misalnya nih, Jar. Misalnya ada orang yang suka sama lo, reaksi atau gak respon lo bakalan gimana?"

Nyatanya, pertanyaan dari kak Bagas ini sukses membuatku terkejut. Mulutku rasanya menjadi terkunci rapat-rapat dan susah untuk mengeluarkan sepatah kata pun, untuk digerakkan saja rasanya kaku, kelu. Aku bingung untuk menjawabnya. Tanpa kusadari, ada setetes keringat jatuh mengenai tanganku yang berada di atas meja.

Aku yang sedang dilanda kebingungan, bingung harus menyiapkan jawaban yang sesuai, diam tak bergeming. Tapi, bisa-bisanya kak Bagas malah tertawa memecah ke-awkward-an suasana di antara kami berdua! Atau terasa makin awkward?

"Gue tau, lo pasti punya jawabannya. Tapi, kalo emang lo punya jawaban cuma buat diri sendiri, ya gak apa-apa kok. Lo gak usah jawab pertanyaan konyol gue tadi. Gak penting juga, kan?" cercah kak Bagas.

'Hei, apa sih maumu, Kak? Ya Tuhan, tolongin Pijar. Pijar gak tau harus apa, nih.'

Aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba memastikan detak jantungku. Apa masih berdetak dengan normal? Lagi, aku mengubah ekspresi wajahku dari yang tadi dilanda kebingungan menjadi wajah santai. 

Ma FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang