11. Tiga Kotak Susu

8 1 0
                                    

Sebelum kalian lebih lanjut untuk mulai membacanya, jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah. Serta, tinggalkan komen di setiap paragraf. ')

Xixie,
-sausankml

_______________________________________
__________________

Jangan pernah memutuskan hubungan si cowok dengan teman-teman ceweknya. Mereka sudah saling mengenal lebih dulu, jauh sebelum kamu.

Pijar Cantika Wulandari

🌋🌋🌋

Aku menggenggam sekotak susu berwarna merah muda sambil bersenandung di perjalanan. Yang kutuju adalah perpustakaan, karena ada sebuah janji untuk bertemu di tempat itu. Karena terlalu asik menyedot susu kotakku, aku tak sadar kalau isinya mau habis. Aku pun menggoyang-goyangkan kotak susu tersebut dan memang benar, ternyata isinya sudah habis.

"Harusnya tadi bawa dua, ishh! Aku kira susunya gak bakal habis secepat ini," gerutuku pada diri sendiri. Aku pun mendekati tempat sampah guna membuangnya.

Di saat aku hendak membuang kotak susuku. Aku mendengar suara yang memanggil namaku dari arah belakang.

"Jar," panggil seseorang tersebut.

Aku mengenali siapa pemilik suara tersebut. Aku yang baru saja mau melempar kotak susuku ke dalam tempat sampah, akhirnya memilih untuk menoleh ke belakang. "Kenapa, Kak Al?"

Ternyata Albenia. Ia terlihat sibuk saat ini, eum sepertinya. Ia membawa banyak buku pelajaran kelas sebelas di dalam dekapannya. Tapi, kenapa aku bisa bertemu dengannya di saat bersamaan seperti ini? Kebetulankah? Atau ada yang merencanakan? Apa kak Bagas, ya? Tapi, inikan memang jam istirahat! Sudahlah, tidak baik nethink mulu ke orang.

"Mau ngapain?" tanyanya.

Aku tidak menjawabnya. Aku memilih untuk melirik ke dalam perpustakaan, memastikan keberadaan orang yang membuat janji denganku. Tapi, sosok itu tidak kutemukan. Hanya ada beberapa murid yang memang sering berkunjung ke perpustakaan. Ya, aku pikir dia sudah sampai lebih dulu, eh ternyata belum. Payah sekali!

"Eum, ngapain ya?" tanyaku balik dengan ragu.

Albenia menyandarkan tubuhnya ke dinding. "Oh, aku tau! Kamu pasti ada janji, ya? Sama Bagas, kah?"

Setelah mendengar pertanyaan dari Albenia, itu membuatku sedikit canggung telah berhadapan dengannya kali ini. Sedikit bingung juga untuk mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaannya.

Aku menundukkan kepala, mataku memandangi lantai. "Maaf, Kak."

"Loh? Kenapa minta maaf? Santai aja kali, Jar," timpalnya begitu santai. Ia membuka sepatu selopnya dan mendorong sepatu tersebut dengan kakinya ke arah rak sepatu perpustakaan. "Tadi aku ada lihat Bagas lagi ke kantin. Mungkin sebentar lagi dia datang."

"Oh, gitu ya," ucapku "btw, makasih infonya, Kak.

Ia tersenyum kepadaku, bibirnya yang berwarna merah muda dan mengkilap tersebut sedikit membuatku terkesima. Aku ingin memiliki bibir seperti itu. Tapi, apa boleh buat? Kak Albenia memang memiliki keturunan darah Rusia, jadi dia terlihat cantik dipadu dengan bibirnya.

'Pantes aja dia dijuluki ratu kecantikan. Lelaki mana yang tidak tertarik dengannya? Kak Bagas pasti gak normal, nih. Masa cewek secantik kak Albenia ditolak begitu aja.'

Ma FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang