13. Benalu Kehidupan

8 1 0
                                    

Sebelum kalian lebih lanjut untuk mulai membacanya, jangan lupa pencet bintang di pojok kiri bawah. Serta, tinggalkan komen di setiap paragraf. ')

Xixie,
-sausankml

_______________________________________
__________________

Lagi, pagi ini aku sudah disibukkan dengan tanggung jawabku sebagai sekretaris kelas. Sibuk, sibuk, sibuk, atau aku yang merasa sok sibuk, hm. Aku berjalan menuju ruang guru untuk mengambil buku absen milik kelasku yang tentunya terletak di meja wali kelasku.

Dengan mood-ku yang sedikit kurang baik pada pagi ini, aku pun memilih untuk berjalan dengan tergesa-gesa tanpa memerhatikan sekitar. Tapi, memilih untuk tidak peduli dengan sekitar, kenapa malah semakin membuatku emosi, ya? Labil banget!

"Jar!"

"Siapa?" tanyaku tanpa menoleh ke belakang.

Aku memberhentikan langkahku dan berdiam diri di tempat. Aku berpikir, siapa yang memanggilku di lorong kelas 11 ini? Sambil mengingat-ingat siapa pemilik suara yang baru saja memanggilku.

Kak Bagas, kah? Tapi, tumben dia sudah datang sepagi ini. Biasanya dia datang siang. 'Hm, noleh gak, ya? Penasaran sih, tapi males kalo gak penting.'

Yassshh! Rasa penasaranku amat menggebu. Rasa penasaranku ini dapat memenangkan egoku. Tanpa berpikir lagi, langsung saja aku menoleh ke belakang. Dan, ya benar adanya kak Bagas yang baru saja memanggilku barusan.

Mataku menyoroti kak Bagas yang kini berdiri di hadapanku. 'Mau ngapain dia? Dia gak tau kalo aku lagi buru-buru dan gak mau diganggu, hm?!'

"Kenapa, Kak?" tanyaku "aku buru-buru, nih."

"Buat lo," ucap Kak Bagas sambil menyodorkan sekotak susu rasa stroberi kepadaku.

"Gak usah, Kak, makasih. Pijar gak bisa nerima pemberian kak Bagas. Lalu, untuk besok-besok, aku gak mau kakak kasih sesuatu ke aku terus-terusan. Bukannya aku nolak, tapi aku gak mau ngerepotin orang lain. Selagi aku bisa, kenapa gak beli sendiri aja? Bukan begitu, Kak?" kataku.

Iya, itu kataku. Tapi, setelah mengatakan itu, aku merasa tidak enak hati. Sumpah, aku tidak bermaksud untuk menolak pemberian seseorang. Tapi, aku tak ingin terlalu bergantung kepada orang. Ya memang aku suka susu kotak, tapi aku masih bisa beli sendiri. Jangan mengira kalau aku ini jahat, ya.

"Gak baik nolak pemberian orang, Jar," ucap kak Bagas.

Sepertinya dia mengucapkan itu untuk menyindirku. Soalnya aku merasa tersindir, nih. Huh! Selain itu, tatapan kak Bagas juga terlihat seperti menunjukkan kalau dia ini jengkel denganku. Namun, rasa jengkelnya itu tidak terang-terangan kak Bagas tunjukkan.

Entahlah, aku bingung. Memangnya seburuk itukah menolak pemberian orang? Tolong beri aku jawabannya!

"Kan udah Pijar jelasin alasan kenapa Pijar nolak pemberian kak Bagas," jelasku berusaha membela diri.

'Ayo bela dirimu, Jar! Loh kamu memang tidak mau, kenapa kesannya aku sedang dipaksa untuk terima pemberiannya kak Bagas, sih? Ini juga mood-ku kenapa gak bisa diajak kompromi?!'

"Beneran gak mau nih?" tanya kak Bagas. Kali ini dia menatap mataku.

Aku yang ditatap seperti itu pun memilih untuk membuang pandanganku ke arah lapangan sekolah. Hm, lapangan sekolah lagi ramai juga rupanya. "Ya udah, sini buat Pijar susunya," kataku.

Jujur, aku sedang malas berkomunikasi dengan siapa pun pada pagi ini. Bawaan dari rumah, sebelum aku berangkat ke sekolah malah diajak ribut sama bang Fajar. Dasar, abang terjelek seduniaaaa!

Ma FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang