Desas-desus mengenai Soobin yang tengah hamil sudah populer di sekolahnya. Bahkan, hampir semua orang mempercayainya. Bukah hanya murid, tapi guru juga ikut serta dalam penyebaran gosip tersebut. Ya, mereka tidak salah, yang salah adalah orang-orang yang selalu merendahkan si kelinci imut ini.
Meski begitu, Soobin selalu menyingkirkan kata-kata buruk dari orang lain. Beruntung, Kai serta Renjun selalu ada di sampingnya. Setiap mereka keluar dari kelas, keduanya pasti akan menghampiri Soobin untuk mengajaknya makan. Seperti saat ini, keduanya tengah mengajak Soobin untuk ke kantin.
“ayo Soobin~”
“Soobin kau harus menjga pola makanmu! Ayo ke kantin!”
Keduanya terus berusaha mengajak si kelinci bongsor ini. namun sayang, Ia masih nyaman dengan posisi yang dimana Ia melipat tangannya di meja lalu Ia tenggelamkan kepalanya di sana. Seperti mencoba tertidur saat guru sedang mengajar.
Kai, sebagai sahabat sejati yang tahu mengenai Soobin lebih dalam daripada siapapun di sekolah ini, Ia langsung mencubit lengan atas Soobin cukup kuat. Membuat sang empu mendongkak sembari menatap tajam sang pelaku.
“makan” tegas nan jelas. Kai yang tidak mau melihat sang sahabat sakit ini, mau tak mau harus berperilaku seperti ini padanya.
Soobin pasrah, Ia memilih untuk makan meski hanya sedikit. Sedangkan Renjun terdiam membisu dan membeku karena terkejut dengan apa yang baru Ia lihat tadi. Karena belum pernah Ia melihat Kai seperti tadi.
Berakhirlah kini keduanya berjalan keluar kelas. Seperti biasa, mereka akan ditatap dengan tatapan misterius serta jijik ke arah mereka. Mungkin lebih tepatnya Soobin.
Ia memakai seragam yang cukup besar sebenarnya dan juga jaket milik sang kakak yang Ia kenakan. Sengaja, hanya agar bisa menutupi perutnya yang mulai membesar ini. wajar saja jika banyak orang curiga.
Sampailah mereka di kantin. Renjun dan Soobin langsung duduk karena mengikuti perintah dari Kai. Masih seperti tadi, Soobin akan dilirik oleh pasang mata yang ada di sekitarnya. Ia hanya bisa menunduk sembari mengusap perutnya yang membuncit itu.
“jangan dengarkan mereka Soobin” ucapan Renjun membuat Soobin mendongkakkan kepalanya lalu tersenyum.
“terima kasih” Renjun memanggut-manggutkan kepalanya sebagai respon. Soobin kembali menundukkan kepalanya, menatap janin yang tengah dikandungnya serta tanagnnya yang sedari tadi Ia elus lembut.
“terima kasih karena sudah mau menemaniku, membantuku... hiks” Renjun sontak terkejut di saat Soobin mengeluarkan isakannya.
“Soo–”
“wah wahh... lihat, ada seorang pelacur nyatanya disini!” ucap seorang lelaki dari belakang tubuh Soobin. Tak bisa berbuat banyak, Soobin hanya bisa menangis saat ini. memikirkan banyak hal membuatnya lemah seketika.
“hei, sudah berapa kali kau ditiduri orang hah?!” tanyanya cukup keras, membuat seluruh atensi kantin terpacu ke arah mereka.
“cih” Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, murid tersebut pun langsung menarik kerah belakang Soobin hingga terjatuh.
Sayang sekali, pergerakan Renjun sudah dikunci oleh beberapa teman sang murid tersebut. Murid-murid di sekitar hanya bisa menonton tontonan drama gratis. Bodoh memang.
“aku bertanya sialan!” teriaknya lagi dan mulai menendang tubuh tak berdaya itu.
Bugh
Sebuah tinjuan keras menghantam pipi kanan pemuda tersebut. Membuat sang empu mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya.
Ia mengusap sudut bibirnya dengan ibu jarinya. Melihat adanya cairan kental berwarna merah disana, Ia lantas mengusap kasar sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya dan berjalan cepat mendekati sang pemukul sambil menatapnya marahnya.
Kai pun mendapatkan satu pukulan pada perutnya, karena Ia kira murid tersebut akan memukul ke arah mukanya. Terjadilah perkelahian hebat setelahnya. Dengan keduanya saling meninju satu sama lain. Tak ada yang bisa menghentikan keduanya. Para murid yang malah meriuhkan suasana, Renjun yang masih tertahan oleh teman dari murid tadi, sedangkan Soobin yang masih berusaha melindungi kandungannya dari tendangan tadi.
Namun, melihat sahabatnya –Kai sudah hampir tumbang. Ia memilih untuk mencoba memberhentikannya. Berdiri dengan kemampuan dan energi yang masih tersisa. Mulai berjalan mendekati ricuhnya pertempuran serta sorakan dari murid-murid bodoh yang malah menikmati sesuatu hal yang seperti ini.
Ia mencoba menarik Kai, namun nihil. Kai masih belum puas menyiksa murid yang telah dengan seenak hatinya memperilakukan hal yang tak baik kepada sahabatnya ini. tanpa pikir panjang lagi, Soobin menutupi tubuh Kai dengan cara memeluknya. Mengakibatkan punggungnya terpukul cukup keras.
Kai mulai bisa mengontrol emosinya. Ia melirik Soobin sebentar, lalu kembali menatap musuh di depannya yang siap memukul Soobin lagi. Tangannya mulai terulur, dengan tangan kanan siap meninju dan tangan kirinya berusaha melindungi Soobin.
“APA YANG KALIAN LAKUKAN?”
***
“j-jadi begitu” ucap Kai cukup pelan.
Semenjak kejadian siang tadi, Kai, Soobin, Renjun serta murid-murid yang telah memicu keributan itu dibawa ke guru konseling. Setelahnya, para murid-murid tersebut mendapat hukuman karena apa yang telah mereka perbuat. Sedangkan Soobin, Kai dan Renjun pergi ke ruang UKS untuk menyembuhkan beberapa luka.
Dan disini lah mereka sekarang, namun berbedanya, kini waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh dua menit. yang menandakan bawha sekolah sudah pulang, bahkan sedaritadi. Namun Kai serta Soobin saja yang masih betah di UKS. Renjun harus segera pulang karena ada jadwal les.
Dan Kai memanggil Yeonjun untuk menjelaskan apa yang telah terjadi tadi. Lebih tepatnya, guru konseling yang memanggil Yeonjun, orang tua Kai sedang sibuk begitu pula sang kakak.
Yeonjun yang telah mendengarkan penjelasan dari guru konseling serta Kai pun mencoba untuk menahan amarahnya. Ia menatap ke arah sang adik yang tengah tertidur pulas di atas ranjang UKS.
“kenapa kau tidak memberitahuku mengenai ini?” tanyanya sembari mengusap lembut kepala sang adik.
Kai menatapnya bingung “hyung tidak tau mengenai Soobin di bully?” Yeonjun menoleh lalu menggeleng sebagai jawaban.
Kai membelalakan matanya tak percaya. Sangat tidak percaya bahwa sang sahabat lebih baik memendam cerita pahitnya dan memilih untuk menyebar luaskan keceriaannya.
“kupikir dia sudah memberitahumu”
“tidak, bahkan dia hanya terus tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa”
Kai tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Tak percaya bahwa sang sahabat memiliki benang takdir yang cukup sulit Ia hadapi. Namun Ia memilih untuk menikmati semua rasa pahitnya sendiri.
“kau pulanglah” Kai spontan menoleh ke pusat suara.
“ya hyung?”
“pulanglah, hyung akan menjaga Soobin” Kai mengangguk dan langsung pamit undur diri, lalu setelahnya keluar dari ruangan UKS.
Di dalam sana, tersisa dua kakak adik. Yeonjun yang menatap Soobin dengan tatapan yang merasa iba pada sang adik sedangkan sang adik masih nyaman dalam alam mimpinya. Berharap semua ini hanya mimpi, namun ini semua asli. Ini nyata. Ini adalah jalan yang Ia dan Soobin pilih.
Ia menggenggam tangan sang adik dengan tangan satunya lalu mengelusnya. Memajukan kepalanya untuk mengecup dahi yang terekspose karenanya. Cukup lama, karena Ia menyalurkan beragam perasaan di dalamnya.
Setelahnya Ia menjauhkan mukanya dan menatap sendu sang adik.
“aku mencintaimu, selalu dan akan menjagamu, aku janji”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Notes:Karena aku liat-liat komenan kalian kemarin, aku ngeliat keknya kalian suka banget ngeliat Soobin-nya menderita, jadi aku buat menderita xixixi. Canda, emang mau bikin drama aja aku
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Brother!
FanfictionChoi Yeonjun seorang mahasiswa tampan yang mengaku sebagai seorang straight. Namun bagaimana jika dirinya malah belok dan menyukai adik lelakinya yang manis bernama Choi Soobin? Warn & Info! • BXB/GAY/YAOI/BL • Choi Yeonjun x Choi Soobin (TXT), Cho...