Matahari mulai menapakkan wujudnya di ufuk timur. Terlihat seorang gadis tengah menyisir rambutnya didepan sebuah kaca besar yang terletak di meja riasnya.
Gadis itu terlihat rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhnya yang langsing dan juga tas hitam yang sudah tersampir di pundaknya. Itu bertanda ia akan segera berangkat ke sekolah.
Tak lama gadis itu melangkah keluar kamar, menuruni tangga dan tak lupa juga sarapan serta berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Gladys memang terlahir dari keluarga yang kaya. Ayahnya seorang pemilik dari pasar gelap yang berada di Thailand dan ibunya adalah pemilik butik terkenal yang berada di Eropa. Tetap saja, ia tak pernah mau membuka dirinya sebagai orang yang terlahir dari keluarga kaya. Ia memilih untuk tetap sederhana.
Ia berjalan menyusuri beberapa kompleks perumahan untuk sampai di jalan raya. Kesehariannya ia selalu pulang dan pergi menggunakan angkot atau angkutan umum.
Sampainya ia didepan jalan raya, segera Gladys menghentikan sebuah angkot biru yang akan melintas kembali lalu masuk kedalamnya setelah mengucapkan alamat yang ia akan tuju.
Didalam angkot Gladys duduk bersebelahan dengan beberapa siswa maupun siswi dari sekolah yang tak ia kenal. Beberapa percapakan mulai terlontar dari siswa dan siswi tersebut.
“Eh, Lo tau gak sih, si Tiara anak bahasa sebelas kemarin malem meninggal gara-gara pulang malem. Dan dia meninggal di jalan yang biasa menuju rumahnya. Njir gua jadi ngeri lewat sana,”ucap salah satu siswi pada temannya yang duduk bersebelahan.
Gladys menyimak dengan sangat telaten, ia memasang telinga sangat baik untuk mendengarkan percakapan beberapa siswa itu.
“Maksud Lo, jalan menuju rumahnya itu jalan kemangi blok B kan?”
“Nah iya, Lo bener banget tuh,”jawab siswi yg lainnya.
Kurang lebih begitulah isi percakapan mereka saat di dalam angkot.
Gladys sempat dikagetkan dengan nama dan letak jalan tersebut, pasalnya itu adalah jalan dimana ia bertemu dengan psikopat tampan itu. Apakah si psikopat itu lagi yang membunuhnya?Angkot kini berhenti di depan salah satu sekolah menengah atas, Satu persatu siswa dan siswi yang tak dikenal oleh Gladys turun dari angkot untuk memasuki sekolah mereka.
Kini angkot kembali berjalan menuju SMA Pancasila. Sepanjang jalan Gladys sibuk memikirkan apakah laki-laki itu yang membunuh salah satu siswi tersebut, atau bahkan orang lain yang membunuh, atau bisa jadi juga dia dirampok dan dibunuh oleh perampoknya?
Berbagai macam pertanyaan muncul di kepala Gladys, ia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Toh jika ia memikirkan terlalu dalam bisa bisa ia menjadi stres. Kan ga asik.
Gladys memberhentikan angkot didepan SMA Pancasila, ia membayar kepada supir dan berjalan memasuki kawasan sekolah dengan langkah ringan. Sesekali ia menyapa beberapa teman dan beberapa staf sekolah.
Ia melanjutkan perjalanan menuju kelasnya lewat koridor, Namun...Bruk
“Anjir!”
“Aw ... pantat gua,”sambil mengelus pantatnya.
Gladys pun bangun dan hendak mencaci maki orang yang telah berani menabraknya hingga pantat semoknya hampir terkikis.
Tapi lihatlah, baru saja Gladys mendongak menatap wajah laki-laki itu ia seketika menjadi batu layaknya Malin Kundang yang terkena kutukan. Kaku dan tak bisa bergerak.“Lo?!”tunjuk'nya dengan jari telunjuk didepan wajah laki-laki itu.
“Hm ... apa?”jawabnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSTRACT # [COMPLETED] [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSUDAH REVISI [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] #romantis and misteri Bertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Namun, menjauh dari mu adalah sebuah penyesalan juga bagi ku. Ini kisah tentang Gladys, memiliki nama panjang Gladys Oldianova. Gadis tengil...