Gedung megah dengan desain interior klasik kini tampak ramai, lampu-lampu gemerlap nampak memancarkan sinarnya membuat kesan malam hari menjadi lebih cerah. ditambah dengan berbagai desain pesta malam beserta tanaman-tanaman yang sengaja di letakkan untuk menambah kesan asri.
Satu persatu siswa maupun siswi SMA Pancasila berdatangan, semuanya tampak glamor. gaun malam dan kemeja yang digunakan menambah kesan anggun untuk siapa saja.
Gladys dan Devano turun dari mobil, keduanya melangkah menuju ke tempat acara dimulai. di sana sudah disediakan kursi dan meja berserta podium yang di hias sedemikian rupa.
Keduanya masuk dan menghampiri teman-teman mereka yang seangkatan, sebenarnya ini kali pertama SMA Pancasila mengadakan acara HUT dengan tema prom night atas usulan dari Devano sendiri.
Mengapa demikian? sebab keluarga Devano adalah seorang donatur terbesar di SMA Pancasila, jadi dia bisa saja mengusulkan apapun berkaitan dengan sekolah. tapi, Devano lebih suka untuk menutupi identitasnya.
Satu gelas jus anggur berada di tangan Gladys, ia menyesap jus tersebut dengan perlahan menikmati rasa asam dan manis yang dihasilkan oleh anggur segar yang mereka gunakan.
"Woi, doi lu mana?"tanya Megan yang datang dari arah belakang Gladys.
Gladys menoleh, "ngumpul sama temennya,''sahutnya acuh tak acuh.
Mereka duduk di salah satu meja yang sudah disediakan, menikmati jus dan juga berbagai macam hidangan yang tersaji. sembari mendengarkan kepala sekolah melakukan pidato di atas podium.
sebuah tangan kekar tiba-tiba mengelus rambut Gladys halus, ia menengok dan mendapati Devano tersenyum ke arahnya.
kini tinggal menunggu para donatur yang menyampaikan pidato mereka di atas podium, Gladys memilih berpamitan kepada Devano dan Megan untuk pergi ke toilet sebentar merapikan beberapa tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Van, Meg gua ke toilet bentar ya," pamitnya kepada dua orang yang mengganguk mengijinkan.
"Jangan lama-lama,"peringat Devano yang sedari tadi perasaannya sudah tidak enak.
sepeninggal Gladys Resa datang dengan seorang laki-laki, mereka memilih bergabung di satu meja sambil menunggu kedatangan Gladys dari toilet.
Di toilet Gladys sibuk menata rambutnya agar terlihat sedikit rapi, tiba-tiba seseorang sengaja menggedor gedor pintu bilik toilet yang digunakan Gladys membuatnya merasa takut dan terbayang kejadian yang sama persis seperti di sekolah terulang lagi.
segera ia merapikan alat-alat yang digunakan lalu keluar dari bilik toilet menghampiri para sahabat dan juga Devano yang pasti sudah menunggu di meja.
saat melewati lorong seorang waiters membawa nampan berisikan minuman berwarna merah keunguan, sepertinya itu merupakan jus anggur. Gladys mengambil satu gelas dan meneguknya hingga tandas karena merasa tenggorokannya sedikit kering.
Dunia bagai berputar, kesadaran Gladys mulai hilang. perlahan tubuhnya melemas dan merasakan hawa panas mulai menguasai dirinya hingga tak bisa dikontrol dengan baik.
Sedikit demi sedikit tubuh Gladys merosot kebawah dengan tangan yang memijit bagian kepala berusaha agar bisa tetap terjaga dan mengurangi sedikit rasa sakitnya. namun, nihil ia sudah ambruk dan pingsan ditempat.
---000---
"Van, Gladys ngapa lama banget ya?"tanya Megan yang celingak-celinguk mencari Gladys yang tak kunjung-kunjung datang dari toilet.
"Dimakan dedemit paling, tu anak kan suka diem di semak-semak,"jawab Resa asal sehingga mendapatkan pelototan dari Megan dan juga Devano.
Tanpa berkata Devano berdiri dari kursinya dan melangkahkan kakinya menuju toilet wanita dan mengabaikan pidato dari pamannya beserta temannya yang sedikit kebingungan.
seorang Gladys tergeletak tak berdaya dengan tubuh yabg sudah dipenuhi dengan bercak-bercak kemerahan dimana-mana.
Nafas Devano memburu, namun dengan cepat ia mengontrol amarahnya. sedikit info lagi, seorang psikopat cenderung tidak memiliki emosi jadi mereka lebih sering terlihat tenang seakan tak terjadi apapun, namun di dalam mereka sedang mengontrol sesuatu agar tak meledak diluar dan mengakibatkan sesuatu yang tak diinginkan.
---000---
sepasang suami istri tengah berjalan mondar-mandir bagai kincir angin yang tak tahu arah kemana berhenti. walau sudah berumur namun keduanya tampak terlihat awet muda.
mereka tak henti hentinya mencakup kan tangan mereka di dada berdoa agar putri tunggalnya baik baik saja.
tak! tak! tak!
Bunyi gesekan sepatu dengan lantai rumah sakit menggema di lorong dimana Gladys dirawat, setelah mendengar kabar bahwa Gladys berada di rumah sakit akibat meminum minuman anggur berkadar alkohol, Resa dan Megan segera bergegas menyusul sahabatnya kerumah sakit yang sudah diberitahu oleh Devano.
Mereka memeluk Kartini sambil menenangkan wanita paruh baya itu, mereka juga tak kunjung surut memanjatkan doa agar Gladys baik baik saja di dalam sana.
Terlihat lampu UGD yang tadinya memancarkan cahaya berwarna merah kini padam menandakan perawatan yang di lakukan oleh para dokter berakhir.
citt!
pintu terbuka menampakan seorang dengan pakaian serba putih yang mereka tunggu-tunggu untuk keluar dari ruang penanganan.
Kartini dan Rendi segera menghampiri dokter dengan raut wajah yang amat khawatir.
"Dok, bagaiman keadaan putri saya?"tanya Rendi--ayah Gladys sambil merangkul pundak istrinya agar tenang.
Dokter berdehem sebentar, "putri bapak dan ibu baik-baik saja, namun keadaannya masih dibilang tidak stabil akibat kadar alkohol yang cukup tinggi sehingga membuat alergi yang berada di tubuhnya semakin rentan dan juga efek dari alkohol tersebut tak bisa diterima dengan baik oleh tubuh sehingga menyebabkan pasien menjadi pingsan..." jelas sang dokter panjang lebar lalu kembali berucap, "... tapi ibu dan bapak tidak perlu khawatir sebab pasien kini sudah sadar." lanjut sang dokter yang bernama Manik yang terlihat dari name tag yang dipakai.
sang dokter berlalu setelah memberi izin untuk para keluarga menemui sang pasien.
Klik!
suara pintu yang dibukan membuat Gladys yang sudah tersadar dari pingsannya menoleh kearah sumber suara dan menampilkan sang bunda datang dengan raut wajah yang sulit diartikan. Gladys tersenyum simpul kearah sang bunda.
Dari arah bekalang tampak kedua sahabatnya juga ikut nimbrung masuk ke dalam ruang rawat Gladys.
"Kenapa bisa seperti ini?"tanya Kartini sambil membelai lembut Surai panjang milik sang anak.
"Gaka papa ma, paling Gladys salah ambil minum Terus gak sadar kalo itu alkohol," terang Gladys menatap sang mama.
Mereka semua manggut-manggut tanda paham dan tak berniat untuk menanyakan lebih dalam lagi untuk saat ini.
"Btw seinget gua, tadi pingsan di lorong. siapa yang bawa ke sini?"tanya Gladys pada kedua curut yang berada di sisi kirinya.
Mereka saling pandang lalu celingak-celinguk menyadari bahwa sosok penyelamat itu tak berada di sini bersama mereka.
"Devano yang bawa Lo ke sini, Terus dia juga yang nelpon kita berdua Glad," jawab Resa seadanya.
Gladys mengernyitkan dahi, "Terus kemana Devano?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSTRACT # [COMPLETED] [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSUDAH REVISI [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] #romantis and misteri Bertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Namun, menjauh dari mu adalah sebuah penyesalan juga bagi ku. Ini kisah tentang Gladys, memiliki nama panjang Gladys Oldianova. Gadis tengil...