apa yang akan kalian lakukan? mundur perlahan atau pergi dan tak akan kembali?
jujur saja, Gladys sangat ingin melakukan keduanya. sungguh, ia sangat-sangat ingin pergi dari lapangan basket saat ini dimana seorang Devano bermain basket bersama beberapa temannya yang menjadi bahan tontonan gratis bagi para siswa maupun siswi di SMA Pancasila.
disinilah Gladys berdiri dipinggiran lapangan sembari menggenggam air mineral dingin ditangannya.
sebenarnya Gladys muak dengan semua ini. namun mau bagaimana lagi, janji tetaplah janji. ia harus melakukan dare yang sempat mereka mainkan.
perlahan Gladys berjalan menghampiri Devano yang masih belum tersadar dengan kehadiran Gladys. sebenarnya ia ragu, namun kedua temannya tetap memaksanya. dasar teman lucnut, udh ngeselin rese pula.
dengan keberanian yang besar Gladys menghampiri Devano yang berada ditengah lapangan. sungguh saat ini penampilan Devano sangat-sangat sexy. dengan rambut yang basah akibat peluh ditambah dengan keringat yang mengucur di pelipisnya lalu dipadukan dengan kancing kemeja putihnya yang ia biarkan terbuka beberapa.
seakan merasakan kehadiran Gladys, Devano menghentikan permainannya ketika salah satu temannya memberikan kode mata kepadanya.
Devano menghampiri Gladys yang mungkin bisa dibilang sudah panas dingin akibat harus berhadapan dengan seorang psikopat. catat itu PSIKOPAT. sama saja seperti dirinya membangunkan singa yang sedang tidur. ya Tuhan, selamatkan lah Gladys saat ini.
seperti sekarang Devano menatap Gladys dari ujung kaki hingga ujung rambut, ia sedikit kaget mengapa Gladys tiba-tiba membawakannya air mineral saat ini?? apakah air itu untuknya, atau ia sengaja ingin mencelakai Devano dengan menambahkan racun didalam air mineral itu??
oh shit! ayolah itu hanya air mineral biasa.
Devano berdehem pelan untuk menyadarkan Gladys bahwa dirinya kini berada didepannya. Gladys yang menyadari itu seketika gelagapan tak tahu harus berbuat apa.
"Ngapain?"tanya Devano dingin.
"Ini, anu , ini mau ngasih Lo minum,''ucapnya sambil menyodorkan air mineral yang ia bawa tadi. Devano mengangguk lalu mengambil air mineral yang disodorkan Gladys untuknya. dengan cepat Devano menegak air minum itu hingga tandas dalam kurun waktu yang kurang dari satu menit.
disisi lain ia tengah memikirkan cara bagaimana ia harus memulai semua ini. rasanya tenggorokannya tak mampu mengeluarkan sedikit kata pun dari sana. sungguh ia ingin pergi bahkan terkubur hidup-hidup saja di bumi ini dari pada harus berurusan dengan macan bumi.
saat hendak mengeluarkan suara, seketika semuanya buyar ketika Devano menyela semuanya. "thanks minumnya gua emang haus," ucapnya sambil memberikan botol minum yang sudah kosong pada Gladys. dan dengan bodohnya Gladys mengambil botol minum itu dengan wajah yang cengo.
kedua kalinya saat hendak membuka suara, selalu saja ada penghalang seperti sekarang yang tiba-tiba Devano menarik tangannya menjauh dari area lapangan basket. siswi-siswi yang melihat adegan itupun refleks berteriak heboh sebab pangeran tampan mereka tengah menggandeng seorang perempuan lain.
jika dipikir-pikir apakah tidak sakit ya tenggorokan mereka berteriak seheboh itu? tapi lah masa bodo, emang gua pikirin.
sampai sampai sekarang Gladys memberontak kepada Devano sebab dirinya tak tahu akan dibawa kemana dan juga dengan tujuan apa. jika-tiba tiba Devano berbuat tak baik dengan Gladys mau bagaimana, siapa yang akan menolongnya nanti. kan tidak asyik jika layar tv kalian tiba-tiba bercucuran berita yang menayangkan seorang perempuan anak SMA yang mati karena diseret atau bahkan mati karena dicincang di rooftof sekolah. kan sama saja itu tidak lucu.
karena merasa lelah memberontak Gladys memilih diam dan mengikuti kemana Devano akan membawanya, dan ternyata dirinya dibawa keatas gedung dimana rooftof berada.
hampir tiga tahun dirinya bersekolah di SMA Pancasila, tapi baru kali ini ia tahu bahwa rooftof sekolah sangatlah indah. berbeda dengan rooftof yang berada di gedung sekolah tempat ia biasa bermain bersama kedua temannya yang rese.
sedikit informasi bahwa SMA Pancasila tempat dimana mereka bersekolah memiliki tiga gedung berbeda yang dimana setiap gedung memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda-beda. terbayang kan seberapa besar SMA Pancasila itu.
Gladys merentangkan tangannya dan menghirup semua udara dengan tenang. sungguh indah sekali pemandangan yang ia temukan, berbeda dengan Devano ia diam-diam mengamati Gladys yang berdiri tepat disebelahnya. seakan akan Gladys telah terhipnotis dengan keindahan dari atas gedung dan melupakan bahwa dirinya tengah berada bersama dengan seorang psikopat.
lama Devano membiarkan Gladys merentangkan tangannya dan menikmati keindahan hingga ia mulai berdehem untuk mengambil perhatian.
"Ekhem,"dehem Devano yang membuat Gladys terkejut. gadis itupun menoleh dan menaikkan satu alisnya bertanda "apa."
bukannya menjawab tapi Devano malah menatap manik mata coklat milik Gladys dengan lekat seakan dirinya mencari suatu jawaban di sana.
"Lo, jadi pacar gua,"entah ini pertanyaan atau pernyataan yang Devano lontarkan, namun berhasil membuat Gladys menjadi ternganga sendiri dengan ucapannya.
"Lo gila?"sembur Gladys tak percaya.
"Lo jadi pacar gua, gua gak terima penolakan,"yups final Devano. tapi mengapa Devano tiba-tiba menyuruh Gladys menjadi pacarnya?
hais, seharusnya Gladys yang mengatakan itu karena dare yang kemarin. tapi kenapa sekarang dirinya yang terperangkap?!
ingin rasanya Gladys menendang Otong yang Devano punya. sungguh laki-laki didepannya sangat menyebalkan.
---ooo---
Gladys membaringkan tubuhnya diatas kasur king size biru langit miliknya. ia terus saja berguling kesana dan kemari memikirkan ucapan Devano.
Dirinya tak habis pikir ternyata selain memiliki sikap yang dingin dan terbilang tak punya hati. Devano juga mengantongi sejumlah sikap pemaksa dan beberapa kategori lainnya.
"sekarang Lo jadi pacar gua!"
kata-kata itu terus saja berkeliaran di otak Gladys, haiss... dirinya tak mengerti lagi mengapa bisa bertemu dengan spesies manusia seperti itu. jika bukan karena mengingat Devano adalah seorang psikopat mungkin dia sudah menenggelamkan Devano didalam kolam chadaver¹ bersama mayat-mayat lainnya agar bisa digunakan bahan praktek oleh mahasiswa fakultas kedokteran.
Gladys terus saja berguling kesana dan kesini, sampai-sampai dirinya menjadi bosan sendiri dan beralih untuk duduk bersila ditengah kasur king size miliknya.
"arghhhhhhh ... gua kenapa sih tuhan! ngapain sih tuh kata-kata muter-muter Mulu di otak gue, pingin gue bacok aja rasanya kalo bisa!"geram Gladys sembari mengacak acak rambutnya frustasi.
kembali pada posisi semulanya ia malah berdiri dan turun dari kasur lalu berjalan mondar mandir bagai kincir angin yang berputar tak tentu arah. jika seseorang melihatnya mungkin dirinya sudah dimasukan kedalam kolam buaya karena pusing melihat tingkahnya yang membuat kepala serasa akan pecah.
tapi jika dipikir-pikir tidak buruk juga menjadi kekasih dari seorang psikopat seperti Devano. jadi hidupnya bisa terlindungi dari bahaya diluar sana walau tidak bisa menutup kemungkinan terhindar dari bahaya pacar sendiri. ya sudahlah terima saja.
kini Gladys menenangkan hati beserta pikirannya. berusaha meyakinkan diri dan melupakan semua hal yang terjadi.
gelar yang awalnya bertajuk "jomblo sejati" kini berubah menjadi gelar yang bertajuk " kekasih psikopat" ya... itu lebih baik.
chadaver¹= yaitu salah satu media yang berupa mayat manusia yang diawetkan menggunakan pengawet khusus lalu dimasukan kedalam pendingin mayat. media itu biasanya digunakan oleh mahasiswa fakultas kedokteran untuk melakukan praktek anatomi
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSTRACT # [COMPLETED] [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSUDAH REVISI [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!] #romantis and misteri Bertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Namun, menjauh dari mu adalah sebuah penyesalan juga bagi ku. Ini kisah tentang Gladys, memiliki nama panjang Gladys Oldianova. Gadis tengil...