13

2.6K 164 14
                                    

Sekarang masih pukul setengah tujuh pagi dan keluarga ini sudah direpotkan dengan omelan dari satu-satunya perempuan di dalam keluarga kecil ini.

"Papih cepet calling calling Mr.Cho ijinin Jeno gak berangkat hari ini ada urusan keluarga."

"Jenooo sayanggg! Tolong ambilin sepatu Mommy di depan yahhh!"

Anak itu langsung bergegas menuju lemari sepatu yang berada di bagian depan rumahnya. Mungkin lebih tepatnya satu ruangan yang berisikan lemari sepatu.

Mommy Jeno memang seseorang yang mencintai fashion. Oh ayolah bahkan dia adalah seorang desainer! Wajar jika koleksi barang-barang yang berhubungan dengan fashion tak terhitung jumlahnya.

Masalahnya adalah, sekarang Jeno bingung. Sepatu yang mana yang Mommy nya maksud? Haha memang Ia sungguh ceroboh tidak bertanya terlebih dahulu.

"Sepatu yang mana Mom?" Jeno sedikit menaikkan suaranya agar terdengar sampai ruang keluarga, tempat Mommy nya berada sekarang.

"Oh My!" Tiffany menepuk dahinya mengingat bahwa Ia telah membuat anaknya kebingungan.

"Yang udah Mommy kotakin sendiri itu loh Jen, yang di atas kursi!" Serunya memperjelas perintah.

"Oh!" Jeno hanya membulatkan mulutnya lalu dengan sigap membawa kotak tersebut ke Mommynya.

"Thanks sweety" masih sibuk dengan pekerjaannya, namun tak lupa berterimakasih kepada Jeno.

💙💗💚

Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, namun Jaemin tak kunjung mendapati tempat duduk di sebelahnya itu terisi oleh sang pemilik, Jeno.

Selama pelajaran berlangsung, Jaemin tidak banyak berulah seperti biasanya yang terkadang membuat Ia dikeluarkan dengan paksa oleh gurunya karena dianggap terlalu berisik dan mengganggu konsentrasi teman sekelasnya. Namun Jaemin tidak khawatir sedikitpun karena Jeno pasti akan menjelaskan kembali apa yang dipelajari di kelas ketika Jaemin tidak berada di sana.

Anak laki-laki itu hanya diam mendengarkan sang guru menjelaskan materi pelajaran, sesekali menulis apa yang Ia rasa perlu untuk ditulis. Bahkan kini Ia lebih mengikuti alur pembelajaran dengan menjawab sebisa mungkin apa yang gurunya tanyakan. Kali ini anak itu mulai memperhatikan pelajarannya. Sungguh awal yang bagus. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, bukan?

Ketika sudut matanya menangkap bangku kosong di sebelahnya, konsentrasinya terganggu, lalu mencoba tetap fokus, tapi terganggu lagi, dan begitu seterusnya sampai waktu makan siang tiba.

Seluruh murid di kelas itu mulai beranjak dari kursi mereka tanpa mempedulikan keadaan meja yang masih berantakan karena buku dan alat tulis yang mereka gunakan selama pembelajaran. Mereka terlalu lapar dan tak sabar menyantap hidangan cafetaria untuk sekedar merapikan meja belajarnya.

Sementara Jaemin tetap diam di tempat duduknya, membenamkan wajahnya di kedua lengannya yang dilipat. Nafsu makannya hilang entah kemana. Jihoon yang melihat Jaemin meringkuk sendirian di tempat duduknya langsung menarik lengan Haechan dan membawanya keluar ke koridor kelas mereka.

"Lo harus minta maaf." dengan sorot mata tajam tertuju ke Haechan, Jihoon dengan sungguh-sungguh dan tegas mengatakan itu. Ada sedikit rasa bersalah di dalam hati Jihoon karena waktu itu Ia lah yang memulai percakapan dan akhirnya menimbulkan pergunjingan perihal Jaemin yang akan pindah sekolah. Ia merasa, Ia harus bertanggung jawab atas semua ketidaknyamanan ini.

Haechan memalingkan wajahnya dari hadapan Jihoon untuk melihat kondisi Jaemin sekarang. Lalu kembali menatap Jihoon tak kalah tajam.

"Tapi temenin. Hehe" tatapan tajamnya dalam sepersekian detik berubah menjadi tatapan kikuk dan memohon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Precious FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang