Daddy
Jaem, pulang sekolah langsung ke kantor Daddy ya.
Yah aku mau nemenin Jeno. Kasian sendirian di rumah.
Ini penting
®️Gedung yang megah dan tinggi menjulang sudah memenuhi pandangan Jaemin. Ia menyipitkan matanya yang terasa silau karena pantulan sinar matahari yang mengenai gedung itu. Jaemin meragu. Khawatir Daddynya akan meminta Ia untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin Ia penuhi. Dengan penuh firasat buruk, Ia memantapkan langkahnya memasuki gedung milik keluarganya.
Posisi Daddy Jaemin sendiri adalah sebagai wakil direktur di perusahaan keluarga besar mereka.
Agung Choi
-Jaemin's Daddy
-Single parentPintu berputar dan membawa Jaemin masuk ke dalam gedung megah hasil kerja keras kakek buyutnya itu. Semua kariyawan yang sedang melakukan aktifitasnya di lobby atau sekedar lewat saja, sontak berhenti dan membungkukkan tubuhnya menghadap Jaemin. Inilah yang membuat Jaemin membenci tempat yang Ia pijaki sekarang. Ia merasa, orang-orang itu tidak perlu menyambutnya seperti ini. Oh ayolah bahkan usia mereka jauh lebih dewasa diatas usianya, kenapa mereka melakukan ini kepada seorang anak SMA? Haha tentu saja karena statusnya dikeluarga ini yang terkadang membuat Jaemin diperlakukan bak pangeran kerajaan.
Jaemin berjalan dengan kikuk melewati mereka dan menuju lantai atas tempat Daddynya berada. Setelah pintu lift terbuka, Jaemin disambut lagi oleh dua orang pria gagah yang setia berdiri di depan pintu ruangan Daddynya. Itu memang pekerjaan mereka, menjadi bodyguard. Jaemin berhenti karena mereka berdua menghalangi langkahnya untuk memasuki ruangan Daddynya dan salah satu dari mereka seperti memberitahu seseorang di dalam sana bahwa Jaemin sudah datang. Lalu pria itu mengangguk dan membukakan pintu ruangan Wakil Direktur Choi sambil mempersilahkan Jaemin masuk.
"Kamu udah dateng?" Agung membuka pembicaraan dengan basa-basi yang tentu saja semakin menambah kecanggungan diantara mereka berdua.
"Hm" Jaemin hanya menjawab dengan dehaman.
"Eum... Yaudah sini duduk dulu, Daddy mau ngomong." melihat Jaemin yang hanya berdiri di belakang pintu, Agung berusaha memintanya untuk duduk di sofa yang tersedia di situ. Ia juga mulai mendudukkan tubuhnya di sofa panjang tersebut dan menepuk-nepuk tempat kosong di sebelah kirinya seakan menyuruh Jaemin untuk menempatinya.
Akhirnya Jaemin menuruti apa kata Daddynya dan sekarang Ia semakin membeku dengan hanya duduk di samping sang Ayah. Dia tidak mengerti kenapa dirinya bisa secanggung ini padahal dulu ketika Bundanya masih ada, Jaemin sangat nyaman berada di dekat Daddynya walaupun memang mereka jarang sekali menghabiskan waktu bersama.
"Daddy mau ngomong apa?" tanya Jaemin pada akhirnya karena tak satupun kata-kata terlontar dari mulut sang Ayah.
"Oh iya. Eum.. Itu.." Jaemin tahu ini juga sulit untuk Daddynya.
"Gak papa Dad, ngomong aja." Jaemin meyakinkan.
"Jadi Daddy dapet laporan kalo nilai kamu di sekolah anjlok dan bakalan sulit buat masuk ke perguruan tinggi kalo kamu gak bisa memperbaiki nilai kamu." Agung menatap anaknya setelah melontarkan perkataannya. Iya menunggu respon Jaemin.
"Ah. jadi karena nilai." fyuhh hanya nilai pikir Jaemin.
"Kamu anggep ini sepele?" Agung mulai menaikkan suaranya.
"Terus aku harus gimana? Tinggal belajar, beres kan?" ucap Jaemin.
"Kalo kamu gak bisa naikin ranking paralel kamu di sekolah, Daddy terpaksa pindahin kamu ke Australia." pria itu mulai memberi peringatan.
"Aku gak mau." tolak Jaemin mentah-mentah.
"Ini bukan tawaran. Daddy gak peduli kamu mau atau enggak." final sang Daddy memutuskan. Ia lalu berdiri dan berjalan menuju kursi kebesarannya sambil menelfon sopirnya untuk segera menyiapkan mobil karena sekarang Ia harus bertemu klien nya.
"Kamu boleh pergi, Daddy mau ada meeting." sambil merapihkan jas yang membalut tubuh atletisnya, Agung seperti acuh terhadap suasana hati Jaemin saat ini.
Jaemin mencoba menahan amarahnya saat ini. Ia sungguh membenci sikap Daddynya yang seperti ini. Daddynya tidak pernah mau mendengarkan pendapatnya terlebih dahulu, selalu saja menyuruh Ia untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin Ia lakukan. Dengan tangan terkepal, Jaemin bangkit dari tempatnya lalu meninggalkan ruangan tersebut tanpa sedikitpun melihat ke arah Daddynya.
Sementara sang Daddy hanya bisa menghela napas panjang dan merutuki sikap bodohnya. Lagi-lagi Ia melakukan ini. Ia selalu membuat anak itu kecewa dan marah. Jauh di dalam hatinya, Ia tidak ingin anaknya memiliki nasib yang sama seperti dirinya dulu. Melakukan apa yang tidak disukai bagaikan kita berada di neraka. Tersiksa. Tapi Ia tidak bisa melakukan apa-apa. Ia ingin anak itu memikirkan masa depannya. Namun, sikapnya yang bodoh malah semakin membuat Jaemin membencinya.
"Apa aku melakukan kesalahan lagi?" tanyanya sambil menatap foto seorang perempuan cantik nan anggun yang sudah lama meninggalkannya. Wanita itu adalah mendiang isterinya, Ibu dari Jaemin dan Jeffrey. Namun percuma saja, tak mungkin ada jawaban.
💙💗💚
___________________________________________
Jangan lupa vote dan komen ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family
Fanfiction"Gue gak tau gue ini emang terlahir baik atau orang tua gue udah berhasil ngedidik gue jadi orang baik." -Jeno "Biarpun nanti Mommy gak selalu ada buat kamu, tapi kamu harus yakin kalau Mommy will always by your side my sweetheart." -Mommy "Jeeeeeen...