12

1.7K 144 5
                                    

"Jaemin Choi. Apakah benar saudara akan dipindahkan ke Aussie alias Australia alias luar negeri?" tanya Haechan seolah-olah dia hakim dan Jaemin adalah tersangkanya.

Jaemin diam. Cukup lama.

"Jaem jawab dong! penasaran banget gue. Soalnya Jeno bilang gak tau. Heran aja, kalo bener lo mau pindah kok Jeno gak tau? Bukannya kalian udah deket banget? Tega banget lo kalo sampe nyembunyiin ini dari Jeno. Gak dianggep lo Jen." Haechan terus nyerocos.

Bug!

Haechan oleng dan menabrak meja di belakangnya. Pukulan Jaemin cukup keras karena dorongan amarah dan rasa tak karuan ketika Haechan terus menerus menyudutkannya. Tak bisa dipungkiri, bahwa omongan Haechan benar adanya. Tapi, Ia menolak untuk mengakuinya.

"STOP!" Semua orang terdiam ketika teriakan dari ketua kelas mereka menggema di ruang kelas.

"Bisa gak, gak usah berantem? Mau sok jagoan kalian, hah?" Jeno beranjak dan berdiri diantara kedua orang itu.

"Lo. Haechan." Jeno menunjuk Haechan dengan tatapan mata yang tak kalah menusuk. "Bisa gak stop ngurusin urusan orang lain?" lanjutnya penuh dengan penekanan.

"Dan lo. Jaemin." kini mata dan telunjuk Jeno beralih ke Jaemin. "Jangan sok jadi jagoan dengan mukul orang lain seenak jidat lo, lo malah kek pengecut. Padahal lo tinggal jawab iya atau enggak, masalah selesai." Jeno kembali duduk di tempatnya.

"Hoon, laporin dua orang ini ke Mr.Cho." Jeno memerintahkan wakilnya untuk melaporkan kejadian ini ke wali kelas mereka.

"Siap Jen." Jihoon bergegas menuju ruangan Mr.Cho setelah menjawab perintah Jeno.

Jaemin memakai kembali tasnya yang sudah Ia letakkan di kursi duduknya. Ia butuh ketenangan. Sebelum Jaemin meninggalkan sekolah, Ia sempat berbisik kepada teman di sebelahnya "Jen, maafin gue."

Jeno benar-benar mencelos. Ternyata benar, Jaemin akan pindah. Dan dia tidak menceritakan itu kepadanya.

💙💚💗

Jeno tahu bahwa Jaemin pasti punya alasan kenapa dia tidak pernah angkat bicara soal rencana kepindahannya ke Australia. Namun tetap saja dia merasa kecewa.

"Jen.. Jeno? Jeno!" Tiffany mulai kesal ketika orang yang Ia ajak bicara diam saja. Lebih tepatnya larut dalam pikirannya sendiri.

"Eh! Iya Mommy... ada apa?" Jeno tersadar dari lamunannya tentang kejadian yang tadi Ia hadapi. Ia langsung menampilkan eyesmile kebanggaannya yang mampu menyihir semua orang yang melihatnya.

"Kamu ini. Lagi mikirin apa sih?" Tiffany mencondongkan badannya ke kemudi sambil menatap heran anak semata wayangnya itu.

"Eum... Gak kok mih, tadi mommy ngomong apa? Sorry hehe" Jeno menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk, merasa bersalah sudah mengabaikan Mommy nya.

"Tadi Mommy bilang, besok jadwal flight Mommy ke Amerika jam 8 pagiii." Jelas Tiffany mengulang.

"Aku boleh gak bolos sekolah aja? Aku mau anter Mommy ke bandara besok.." Ucap Jeno hati-hati.

"Tumben.." Tiffany sedikit terkejut sementara Jeno khawatir Mommy nya akan curiga dan berakhir menginterogasinya.

"But sounds good. Nanti Mommy ijinin ke Mr.Cho." Tiffany menatap Jeno sambil tersenyum jahil dan sesekali menaikkan alisnya.

Precious FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang