O1

2.1K 366 72
                                    

[2017 ㅡtahun ketiga, semester satu]




::🐊::





Chaeyoung menyenggol pelan lengan Raya, manik cokelatnya tertuju pada Jihoon dan teman-temannya yang terlihat akan mendekat ke meja mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chaeyoung menyenggol pelan lengan Raya, manik cokelatnya tertuju pada Jihoon dan teman-temannya yang terlihat akan mendekat ke meja mereka.

"Ra, Ra, cowok lo ke sini tuh."

Sekarang mereka lagi di kantin. Sebenernya ini sudah waktunya untuk pulang, cuma Raya lapar, jadi ia pikir tidak ada salahnya untuk mampir ke kantin sebentar.

"Orang ke meja depan."

"Kirain mau ngapelin lo. Btw gue duluan deh, Nakyung minta ditemenin ke gramed. Gapapa kan lo gue tinggal?"

Raya mengangguk. "Nitip notebook, besok gue bayar."

"Siap! Duluan, cantik." Balas Chaeyoung sembari melakukan flying kiss sebelum bertolak dari kantin. Perempuan itu emang suka cat-calling ke teman-teman ceweknya, jadi tidak usah heran.

Raya baru saja ingin melanjutkan makannya, tetapi handphone-nya lebih dulu bergetar. Perempuam itu refleks menoleh ke arah Jihoon, dalang dari datangnya notif.

Jiun :
sendiri aja buuuuuu
Jiun :
chae ke mana?

Raya :
Gramed

Jiun :
mau ditemenin gak?

Raya :
Engga

Jiun :
🆗️🆖️🆎️
Jiun :
pulang nanti sama gue ya




::🐊::




Ada lumayan banyak orang yang kurang Raya suka di dunia, Jihoon termasuk. HABISNYA SALAM ENGGAK, NYAPA ENGGAK, PDKT ENGGAK TAU-TAU DISURUH JADI CEWEKNYA. Raya jadi mempertanyakan sebenarnya berapa persenkah tingkat kewarasan cowok itu?

Waktu di hari minggu, 2 hari setelah pemaksaan untuk jadi ceweknya, Jihoon dengan kurangajarnya menculik Raya untuk jalan bersama. Ada yang lebih menyebalkan dari itu, Jihoon yang diam-diam memoto dan mengupload Raya di instastory cowok itu.

Katanya sih biar Raya nggak bisa menolak karena tuntutan sosial. You know orang-orang jadi mengira mereka pacaran beneran setelah melihat tipu daya media sosial.

FAG.

Udah terhitung lebih dari 4 bulan mereka jadian, tetapi tetap saja tidak ada yang berubah. Raya bahkan sering melupakan fakta bahwa Jihoon adalah cowoknya. Berbeda dengan Jihoon yang bisa saja mendapat pangkat ketua dari 'persatuan bucin tolol seluruh Indonesia'.

"Di rumah ada siapa? Kalo sendiri mending ke apart gue dulu lah ya, takut gue kalo lo sendirian."

"Ga ada sapa-sapa, tapi ngapain gue ke apart lo?"

Jihoon tersenyum jahil, kemudian menoleh sebentar, "Maunya ngapain?"

Raya merotasikan mata. Kalau cowok itu tidak sedang menyetir, mungkin ia sudah memiting lehernya kuat-kuat atau menggampar dengan tas yang berisi buku-buku tebal. "Ck, apaan sih!" decaknya, lantas melempar atensi ke luar jendela.

"Bercanda elaaahhhhh. Ke tempat gue aja ya? Nanti gue chat Aa' lo buat jemput."

Bukannya modus atau apa, Jihoon benar-benar takut membiarkan perempuan itu sendiri di rumah. Iya sih, Raya punya tetangga, tetapi jarak antar rumah di tempat Raya tuh lumayan jauh dan pagar setiap rumah tingginya ngalah-ngalahin patung pancoran.

"Hn."

Jihoon tersenyum, "Gitu dong, nurut." Katanya.

Yang mana itu membuat Raya mendengus kasar. Kemudian disandarkannya kepala pada kaca mobil, perempuan itu lebih memilih untuk membiarkan lagu Sorai menenuhi mobil alih-alih membuka suara.

Jihoon melirik Raya melalui ujung mata. Tangan kirinya tergerak utuk mengusap surai perempuan itu yang langsung ditepis. Raya memang seperti itu padanya, tidak mau dimanjakan kecuali jika ia benar-benar sudah lelah karena sesuatu dan ingin sekali menangis.

Jihoon sendiri tidak tahu mengapa sampai sekarang sikap Raya tidak pernah berubah untuknya, kontras dengan sikap yang Jihoon beri. Well, dia juga tidak mau repot-repot memikirkan alasannya sih, itu hanya mengundang rasa sakit.

Raya menatap Jihoon sebentar, sebelum akhirnya kembali menatap jalanan. Jujur saja ia merasa tidak enak dengan Jihoon, tetapi untuk bersikap tidak cuek juga sulit, karena ada sesuatu yang membuat rasa kesalnya mendominasi.




::🐊::




Raya mendaratkan bokongnya di samping Jihoon, seragam sekolahnya kini sudah tergantikan dengan kaos putih. Kemudian ditepuknya pundak cowok itu pelan, "Mau minjem buku seni."

"Ambil di kamarㅡet, bentar-bentar kayaknya gue tinggal di loker. Apa buku pkwu ya, yang gue tinggal?"

"Beneran ada nggak? Besok gue mau ulangan."

"Cari aja di kamar, keknya sih gue bawa pulang. Keknya yaaa."

"..."

"..."

"..."

"Ngapa lo?"

"Mager ngambil..."

"Gak usah belajar kalo gitu. Nilai nilai lo, bukan nilai gue."









"Yaudah, iya gue ambilin."

Jihoon langsung berdiri dan jalan ke kamarnya, padahal Raya cuma meluk cowok itu dari samping tanpa melontarkan sepatah katapun.




•••

a/n :
Kepanjangan nggak sih chapternya? Apa kurang panjang? Btw, jangan lupa vote + komen-nya ya <3

a/n :Kepanjangan nggak sih chapternya? Apa kurang panjang? Btw, jangan lupa vote + komen-nya ya <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Promise ; Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang