12

1K 225 61
                                    

19 desember 2017 | tahun ketiga

19 desember 2017 | tahun ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Selepas ke-kaburan duo curut alias Haechan dan Junkyu, Raya langsung pergi ke tempat yang nggak ramai-ramai amat. Koridor dekat anak padus bersantai menjadi tujuan perempuan itu. Well, Raya sudah mulai rajin ikut bela diri, makanya berani ke tempat yang lumayan sepi seorang diri.

Manik cokelat perempuan itu menelisik teman-temannya di bawah sana, sebelum akhirnya dia melihat ke arah pekatnya langit malam bertabur bintang.

Kemudian kejadian beberapa hari lalu terlintas di ingatannya. Kalau boleh jujur, Raya setuju dengan kalimat Jihoon pantas mendapatkan yang lebih baik. Pemuda itu berhak bersama perempuan yang setidaknya berusaha menyeimbangkan perhatian yang Jihoon berikan. Yang sayang-nya perempuan yang dimaksud bukan lah, Raya.

Raya tidak bisaㅡralat tidak mau mencoba menyukai Jihoon dan sekali lagi, perempuan itu bahkan ragu kalau nantinya dia bisa membalas rasa yang diterima.

Tapi kalau bisa dan boleh memilih, jangan Bella. Perempuan manapun, yang penting bukan Bella.

"Mentang-mentang udah selesai lomba, seenaknya makan micin."

Raya melompat kecil mendengar celetukan itu, kemudian ia berbalik dan mendapati Bomin tengah mendekat.

"Cewek tu gak boleh malem-malem di tempat sepi."

"Gak papa, gue bisa berantem."

"Masa?" Alis Bomin menukik, "Tapi yang waktu itu lo malah nangis?"

Raya berdecak malas. "Waktu itu gue berhenti ikut bela diri, jadi bingung. Sekarang ngelanjut, jadi gak takut-takut amat." Jelasnya

Yang mengundang tanya di kepala Bomin. "Kenapa berhenti?" Tanyanya.

"Gue punya Jihoon, dia bisa berantemㅡya nggak berantem juga sih. Maksudnya kalau cuma ngelindungin gue, dia bisa." Raya membalas santai saja, kemudian menyodorkan Pringles-nya untuk Bomin.

"Mau?" Tawarnya

"Thanks." Bomin menggeleng sebagai bentuk penolakan. Lalu pemuda itu melepas jaket-nya, "Sori." Katanya sembari melangkah lebih dekat.

Raya menahan napasnya begitu parfum Bomin mulai menyeruak di indera penciuman-nya. Tubuhnya mematung, saat pemuda itu dengan cekatan mengarahkan jaket ke belakang tubuhnya dan menali lengan jaket di pinggangnya. Oke, Raya rasa, dia tahu apa yang sedang terjadiㅡdia sedang datang bulan.

Perempuan itu baru saja membuka mulutnya untuk mengucapkan terimakasih, tetapi lengan Bomin lebih dulu ditarik oleh seseorang dan sebuah tinjuan mendarat begitu saja di paras pemuda itu.

Kedua mata Raya membelalak sempurna begitu melihat Bomin tersungkur, jantungnya tiba-tiba saja berdegup kencangㅡterlebih saat manik cokelatnya menemukan Jihoon sebagai pelaku.

"Ji!"

"Jangan meluk raya, bangsat!"

"Jihoon! Udah!" Raya menarik Jihoon paksa, ia mencekal pergelangannya. "Lo apaan sih?!"

"Dia meluk lo, Ra."

"Bukan berarti lo bisa nonjok seenaknya." Raya menukas tajam.

Yang mana itu berhasil menyulut emosi Jihoon. Ia langsung menahan Raya, sewaktu perempuan itu mau membantu Bomin berdiri.

"Ra." Panggilnya sirat akan tuntutan.

Kali ini suara Jihoon terdengar lebih dingin, mengalahkan dinginnya angin yang menusuk kulit terlapis kain.  Manik cokelatnya menatap lurus pada manik Raya, tidak seperti biasanya, kali ini tidak ada kurva senyum di matanya. Siapapun yang melihat bisa langsung tau kalau emosi pemuda itu tengah dikuasai amarah.














"Sekarang gue tanya, lo ceweknya siapa!?"

"Ck, kenapa malah nanya kayakgitu sih!?"

Jihoon menghela napas kasar, "Lo ceweknya siapa, Ra?" Ulangnya, manik cokelat itu menatap tajam perempuan di hadapannya.

Sekarang mereka berada di kamar Raya dan Giselle. Well, tenang saja, tadi Giselle langsung keluar begitu melihat air wajah tidak bersahabat milik Jihoon.

"Ya lo, lah!" Raya menatap Jihoon tidak kalah tajam, "Tapi bukan berarti lo bisa asal nonjok anak orang."

"Kenapa gak ngelak waktu Bomin meluk?!" Jihoon melontarkan pertanyaan lainnya.

Yang mana itu berhasil membuat Raya bungkam. Hatinya berkata, ia harus memberitahu Jihoon kalau Bomin hanya memakaikan jaket dan tidak memeluk. Tetapi itu bersitubruk dengan otaknya. Jadi yang satu-satunya Raya lakukan sekarang adalah mengatupkan bibir rapat-rapat.

"Ra!" Panggil Jihoon.

Kali ini suaranya meninggi, tetapi Raya masih membisu.

Pemuda itu lantas mengikis jarak. Tangan kanannya meraih pegelangan Raya dan menarik perempuan itu untuk lebih dekat.

"Jihoon, lo apaan sih!?" Sungut Raya yang paham apa yang mau Jihoon lakukan setelah pemuda itu sedikit memiringkan wajahnya.

Mereka memang tidak pernah berciumanㅡsesama bibir maksudnya. Dan kalaupun sudah, Raya sama sekali nggak mau melakukannya sebagai penyelesaian dari pertengkaran. Terlepas dari itu, Raya masih ingat jelas bagaimana kejadian antara Jihoon dan Bella di unit pemuda itu beberapa hari lalu. Jadi Raya tidak mau.

"Iya, gue gak ngelak waktu Bomin meluk gue. Gue gak ngelawan." Cetus Raya.

Yang mana untuk kesekian kalinya, itu berhasil membuat hati lawan bicaranya mencelos. Jihoon pernah mengatakan kalau ia masih sanggup mengingatkan Raya, tapi bukan berarti itu tidak meninggalkan luka.

"Gue ngebiarin Bomin meluk gue." Tambah perempuan itu.

Raya tahu ia sudah meninggalkan banyak luka untuk pemuda di depannya dan ia harap kali ini yang terakhir. Perempuan itu tidak peduli kalau kalimat barusan hanyalah kebohonganㅡBomin tidak memeluknya. Yang satu-satunya Raya mau adalah hubungan mereka berakhir, karena dengan begitu luka yang ia torehkan untuk Jihoon bisa berakhir juga, kendati bekasnya akan menetap.

"Ra."

"Lo tau apa yang gue mau kan?" Raya memberi jeda, "Alterio Jihoon Junanda?"



•••

a/n :
Waktunya bilang apa? Alhamdulillah ada hilal putus wkwkwk pokoknya nikmatin Jihoon anak baik di lapak ini aja deh, sebelum Jihoon versi brengsek debut di lapak aku 😃

Tolong inget ya ini cuma fiksi. Makasih udah luangin waktu untuk baca, jangan lupa tinggalin jejak dan jaga kesehatan 💛


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Promise ; Jihoon TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang