Perasaan Aneh

10 8 0
                                    

Pagi ini dengan kicauan burung yang menyambut penduduk bumi untuk memulai Aktivitasnya hari ini. Aleta keluar dari kamar dengan setelan baju sekolah yang sudah lengkap. Dibawah, seperti biasa, bunda dan ayahnya sudah menunggu dengan sarapan yang tertata rapi diatas meja makan. Perut Aleta sudah berbunyi karena kelaparan. Kemarin, ia tidak makan malam karena kehilangan mood. Terakhir kali ia memakan roti, yang ia beli dimini market dekat rumahnya.

Aleta masih teringat akan kejadian dimana ia bertemu dengan Dava. Aleta mengerjapkan matanya " Al udah cukup, Lo harus fokus jangan mikirin dia muluu!".

Sesampainya disekolah. Aleta melakukan aktivitas sendirian, Karena Giva hari ini tidak masuk sekolah. Entah apa alasannya sebenarnya,tadi pagi surat izin Giva diantarkan kekelas. Dalam surat itu disebutkan bahwa Giva sedang sakit, Apa mungkin karena Hubungannya yang Hancur bersama Arlan.

"Gimana rasanya makan dikantin sendirian?"

Aleta tersentak ketika seseorang tiba-tiba duduk disebelahnya. Mata Aleta menyipit setelah mengetahui siapa orang yang duduk disampingnya sekarang.

" Lo ngapain disini?" tanya Aleta ketus

" Mau nemenin Lo makan".
Aleta mendengus, lalu membahasi bibirnya. Ia merasa kesal sekali melihat wajah Arlan dihadapnya. Arlan merupakan mantan kekasih sahabatnya yang kemarin baru saja putus. Dari yang Aleta ketahui Mereka putus kemarin karena Arlan Ketauan selingkuh dibelakang Giva. " Gila lo" ucapnya dengan pandangan tak suka.

Arlan mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja, pura-pura berpikir. "hmm.. Lagian kan gue sama giva kan udah putus, jadi nggak ada salahnya buat gue ngedeketi Lo". Cowok itu tersenyum tanpa rasa menyesal sedikit pun.

Wajah Aleta seketika menegang. Ia tak percaya, Bagaimana sedihnya Giva saat ini jika kelakuan mantan kekasihnya seperti ini ternyata. "Lo tahu kan kalo gue dan Giva itu Sahabatan?!". Nada suara Aleta meninggi disusul dengan gebrakan meja. Aleta mengepalkan Tangan, Ia sudah sangat geram dengan tingkah laku Arlan.

" Gue juga putus, karena biar bisa deket sama Lo. Lagian gue Cuma manfaatin dia doang dan ternyata dia nggak bisa diandelin".

Aleta sudah tak tahan duduk didekat cowok itu. Ia kemudian berdiri dan hendak beranjak pergi. Arlan meraih pergelangan tangan Aleta dan ikut berdiri.

" Mau kemana?Temenin gue makan dulu".

Mata Aleta memejam sesaat, kemudian melepaskan genggaman tangan Arlan. Aleta merasa darah didalam tubuhnya mendidih. Giginya bergemeletuk. Seketika tangannya terangkat, mengayun cepat menuju pipi Arlan. Sedekit lagi ia akan berhasil menampar cowok itu, tetapi seseorang menghentikan Aleta.

"Jangan Ngotorin Tangan Lo dengan nampar cowok ini".

Aleta dan Arlan serentak menoleh.
"Kak Dava?" kening Aleta mengerut.

Saat ini Dava berdiri disamping Aleta sambil menahan tangan Aleta yang tadinya akan menampar Arlan.

" Maaf, gue telat dateng. Tadi dipanggil guru sebentar. Kita jadi makan bareng?" Dava menarik tangan Aleta, menurunkannya, tetapi tidak melepaskan genggaman sama sekali. Perlahan cowok itu menautkan jarinya disela jari Aleta. Oksigen rasanya seperti terisap ke luar angkasa sehingga Aleta tak bisa bernapas dnegan normal. Cewek itu menelan Ludah dengan mata melebar. Jantungnya berdebar disaat yang tidak tepat.

Beberapa siswa teralih perhatiannya kepada Aleta,Dava dan Arlan. Sekarang mereka menjadi pusat perhatian.

" Hei, kita jadi makan?"
Dava tak tahu orang yang ia ajak bicara sedang tidak ada ditempat. Tubuh Aleta memang ada dikantin, tapi jiwanya melayang entah kemana. Sementara itu,Arlan menatap aneh pada Aleta yang mematung saat ini. Dava berdeham. Dia berusaha menahan senyum, melihat Aleta yang sangat lucu seperti ini dimata Dava.

" Sayang, Lo nggak apa-apa?"
Aleta langsung tersadar, kemudian tersedak dan batuk-batuk. Panggilan itu. Apa Dava berniat membunuh Aleta sekarang?

"ya ampun". Dava menepuk pelan punggung Aleta.

" Kak Dav, ke kelas yuk" ajak Aleta masih dengan batuknya. Ia sudah tak tahan dengan wajah menyebalkan Arlan. Aleta juga merasa tak kuat merasakan genggaman Dava. Jantungnya terasa akan meledak sebentar lagi.

"Iya". Dava menjeda, lalu beralih pada Arlan yang sedang memandangi mereka. " Lo masih nggak punya malu? Atau, emang nggak punya malu? Kali ini gue maafin Lo, tapi lain kali gue nggak akan biarin Lo ganggu Aleta".

" Gue nggak peduli. Lo pikir gue percaya kalian ini jadian?" Arlan tertawa kecil. " Nggak, kalian nggak mungkin jadian, Cukup deh, Aktingnya itu tuh nggak mempan bohongi gue". Arlan menepuk pundak Dava. "Gue duluan ya, kawan". Dia tersenyum miring, kemudian pergi dengan tangan dimasukkan ke saku celana.

" Sial! Ternyata temen juga bisa berubah jadi ular" gerutu Dava membuat Aleta disebelahnya tertawa.

Cerita Cinta AletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang