Perasaan Bersalah

11 8 0
                                    

Dava membuka kelopak matanya. Ia sempat terkejut mendapati Aleta yang tertidur sambil duduk dengan kepala terkulai dipinggir ranjang. Ia melirik mamanya juga terlelap di atas sofa. Tak lama kemudian ia teringat alasan mengapa dia bisa ada disini dengan tangan tertempel jarum infus.

Matanya beralih pada jarum jam dinding yang kini menunjukkan pukul 7.00 malam. Seketika perasaan bersalah langsung menyerang. Dava melihat Aleta yang wajah kusut dan masih menggunakan seragam sekolah.

“Al” panggil Dava  dengan suara berbisik sambil menyentuh bahu cewek itu. “Aleta” panggilnya sekali lagi, berusaha membangunkan Aleta.

Aleta mengerang menandakan dirinya sudah kembali ke dunia Nyata. Kepalanya terangkat. Cewek itu mengerjap, menyesuaikan penglihatan dengan cahaya ruangan. Matanya membulat ketika melihat Dava.

“ Ya ampun, lo udah sadar Kak” ucap Aleta dengan wajah Bahagia yang kini kekhawatirannya perlahan memudar melihat Dava Sudah siuman. Ia hendak membangunkan mama dava yang tertidur tetapi dava menahan tangannya. Dengan wajah binggung, Aleta kembali duduk.

“Mama nggak  usah dibanggunin, Al”. Tangan dava masih memegang pergelangan Aleta. Cewek itu mengganguk.

“ Kok bisa ada disini? Siapa yang kasih tahu?”

“Tadi mampir kerumah. Dan terus kata bibik kamu kecelakan dan dirawat disini, yaudah gue langsung sini. Mau lihat gimana kondisi Lo”.

“Al, gue minta maaf ya”

“Untuk?”

“Udah bikin Lo khawatir”

Aleta tertawa kecil “Gak apa-apa, Gue juga dah bersyukur.lihat lo yang udah siuman gini, udah bikin hati gue tenang”.

Dava hanya diam memandangi Aleta, Ia merasa jika kehadiran Aleta disini sudah cukup membuatnya sedikit membaik”.

“Sebentar lagi perawatnya dateng. Gue pulang dulu ya, kak”. Aleta memakai tasnya, kemudian berdiri,melepaskan tangan Dava yang menggenggam pergelangan tangannya dengan perlahan. “Bye”.

Cerita Cinta AletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang