What is love ?

11 8 0
                                    

Lelah sekali Rasanya setelah upacara dibawah terik matahari, kemudian harus ulanggan Matematika. Mau tak mau,Aleta dan seluruh siswa X ipa 2 harus menjalaninya. Pada menit-menit terakhir ulanggan, mulai terdengar keluhan. Banyak yang menggaruk kepala binggung dengan maksud soal yang ada dihadapan mereka.

Aleta menoleh pada bangku kosong disebelahnya. Sampai hari ini Giva masih belum masuk sekolah. Berita mengenai Giva putud dengan Arlan sudah tersebar dikelas.

“Al! Aleta” desisan yang terdengar dari arah kanan Aleta. Intan rupanya yang memanggilnya tadi.

Dengan takut-takut Aleta menoleh. “ Apaan?” bisik Aleta.

Intan melihat ke arah guru didepan sana, Kemudian kembali memandang Aleta. “ Nomor 3 sama 5 jawabannya apa?” tanya Intan dengan suara kecil sembari jari tangannya memberi kode.

Aleta mendengus. Enak saja Intan minta jawaban. Kalau mau dapat nilai bagus ya, Belajar, bukannya mengandalkan teman. Aleta pun Berbohong mengatakan ia belum mengetahui jawaban yang Intan tanyakan. Bukan karena pelit, hanya saja jika Aleta memberikan jawaban kepada Intan, itu akan membuatnya semakin malas. Lagi pula menyontek itu dosa, orang yang menyontek itu Bibit dari koruptor.

“Aleta, Intan, jangan bisik-bisik. Kalau sudah selesai kumpulkan saja”.

Mendengar suara pak Bahar, Aleta langsung mengubah posisi duduknya.Ia kembali fokus menyelesaikan soal.

Tak lama kemudian Bel berbunyi menandakan waktu ulanggan sudah selesai.

Usai mengumpulkan kertas ulangganya, Aleta langsung bergegas kekantin. Tentunya sendiri Karena Giva masih tidak masuk sekolah. Makanan Aleta kali ini bersisa, rasanya malas sekali makan. Cewek itu bangkit dari kursi, kemudian berjalan ke luar kantin menuju Toilet.

Aleta sempat ragu untuk berjalan menuju ke Toilet karena berada didekat kelas Dava. Langkah kaki Aleta melambat ia menjajaki lantai koridor didepan kelas Dava. Pelan-pelan ia bisa melihat Dava ada didalam sana. Namun,hanya segelintir orang saja didalam kelas itu,tidak termasuk Dava,ke mana Dava? Apa dia tidak masuk sekolah hari ini?”.

“ Nyari gue?”

Aleta Tersentak dan mundur dengan cepat. Arlan berdiri dihadapannya. “ Nggak” jawab Aleta cepat, kemudian berbalik. Ternyata pergerakan Arlan jauh lebih cepat dari pada Aleta. Cowok itu sudah lebih dulu berdiri didepan Aleta dan menghalangi lagi.
“Minggir, gue mau lewat”.

“Lewat aja”.

Aleta bergeser kesamping agar bisa kembali kekelasnya, tetapi Arlan juga ikut bergeser dan menghalangi jalan. Aleta berdecak. Biasanya, disaat seperti ini ada Giva yang membantunya dan menghindari cowok gila seperti ini.

“ Lo makin cantik kalo marah,Al,nggak salah gue suka sama Lo”.

“ Terserah, gue mau lewat. Lo jangan halangi jalan gue”.

“ Judes banget sih”. Arlan memiringkan kepalanyaa memperhatikan wajah kesal Aleta. “ kenapa kalo sama Dava lo jadi lembut gitu,ya?”

Aleta menelan Ludah, “Karena dia Cowok gue!” wajahnya memerah seketika.

“Yakin?” Arlan menaikan Alisnya.

“Yakin Banget. Dan, gue mau lo berenti gangguin gue. Nggak lucu, tahu nggak? Gue nggak mau lo jadi perusak hubungan gue dan kak Dava!”.

“Ah… lo berharap banget ya, jadi pacar Dava? Sampai ngaku-ngaku jadi pacarnya Dava. Mending lo sama gue, dan nggak perlu buat ngaku-ngaku kayak gitu”.

“Ngimpi Lo!”.

“Kurang gue apa? Ganteng iya. Gue juga nggak kalah banding sama Dava. Kebetulan aja dia pinter nyari muka sama guru, sedangkan gue nggak main begituan” sambil tertawa kecil.

Aleta menghela napas dan memutar bola matanya kesal.

“ Ohh, gue tahu! Lo lihat Dava dari kaya nya kan, Tapi tenang duit orang tua gue dan Dava setara kok. Jadi Lo jangan khawatir, gue juga tajir. Dan gue ju—“

“Stop!” Aleta memotong ocehan Arlan. “ Lo emang kaya dan juga ganteng. Tapi, ada sesuatu dalam diri kak Dava yang lo nggak punya. And berhenti bandingin diri lo dan Kak Dava,Karena Lo dan kak Dava itu bagaikan Langit dan Bumi dimata gue”.

Arlan tertawa tak percaya. Setelah mengucapkan kata-kata pedasnya Aleta langsung pergi dengan wajah kesalnya. Ini adalah kali pertamanya Arlan ditolak. Giva saja awalnya jual Mahal, hanya butuh sedikit rayuan, cewek juga langsung luluh. Aleta memang beda. Cewek itu susah didapatkan, itu semua membuat Arlan semakin bersemangat untuk mendapatkan Aleta.

Hingga pulang sekolah Aleta tak kunjung melihat batang hidung Dava. Aleta merasa ada yang aneh ketika tidak melihat wajah Dava hampir sehari penuh. Biasanya orang-orang menamainya dengan perasaaan “RINDU”. Namun entahlah, Aleta tak tahu yang ia rasakabn adalah rindu atau bukan.

Cerita Cinta AletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang