Aku tidak akan melepaskanmu lagi.
Bel panjang berbunyi, menandakan pelajaran hari ini sudah selesai. Dava memasukan buku-bukunya dengan malas. Belakangan ini Dava merasa Malas untuk menghabiskan waktunya dnegan belajar. Dava melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil.
“Dava!” suara nyaring seorang cewek meneriakkan namanya. Bukan suara Aleta. Dava menoleh. Giva berjalan ke arahnya.
“ Maksud lo apa sih, bikin Aleta sampai kayak gitu” Giva melotot kearahnya. Dava berdecis malas.
“Soal Aleta pergi sama Adit itu karena gue yang nyuruh, karena mereka habis dari rumah gue. Kebetulan hari itu gue juga sekalian check up,kondisi gue yang kemarin nurun. Dan lo, kemana aja selama tiga hari sebelum kejadian itu? Aleta khawatir banget sama keadaan lo, tapi lo malah ngilang nggak tahu kemana. Muncul-muncul langsung nyakitin Aleta gini. Jadi lo nggak usah sok drama, lagi disini bukan Cuma lo doang yang tersakiti!”. Giva terdiam, menunggu Dava mengatakan sesuatu.
“ Dan lagi pula, yang harus lo tahu. Gue dan Adit udah jadian dari Dua hari sebelum kejadian itu!”.
“Giv, gue harus gimana sekarang?”
“Gimana apanya?”
“soal Aleta. Gue ngerasa bersalah banget sama dia. Gue harus gimana?”
“ya minta maaflah. Masa minta doa? Sana temuin dia, siapa tahu dia mau maafin Lo”.
“ Aleta sekarang dimana?” tanya Dava.
“Nggak masuk. Matanya bengkak, suaranya habis dan itu gara-gara Lo”.
“ Thanks, Giv. Gue duluan ya”. Dava berlalu dan segera berlari menuju mobilnya.
Dava mengendalikan kemudi mobilnya ke arah rumah Aleta. Apa yang dikatakan Giva barusan seolah menamparnya. “Ah, Sial!” Dava memukul setir mobilnya, merutuki kebodohannya sendiri. Ia kesal mengapa mudah terpancing saat itu.
Dava pun keluar dari mobilnya dan menuju pintu rumah Aleta. Ia mengetuk pintu rumah bercat putih itu. Pada Ketukan kedua, seorang wanita yang membukakannya. “ Eh, Nak Dava. Silakan masuk” ujarnya sambil membuka pintu lebih lebar.
“Terimakasih, tante. Aleta Ada?” Dava masuk dan duduk di sofa setelah dipersilakan masuk oleh bunda Aleta.
“Ada kok, Bentar ya. Tante panggil dulu Aleta-nya. Oh iya kamu mau minum apa nak?’ Tanya Bunda Aleta.
“Nggak usah repot-repot te. Tadi Dava habis minum disekolah”.
“ Gitu? Ya udah, sebentar ya”. Bunda Aleta berlalu menuju kamar Aleta.
Tak lama, Bunda Aleta muncul didepannya. “Aleta nggak mau keluar dari kamarnya. Dia nggak tidur, sih? Udah tante rayu Cuma masih aja dia nggak mau. Kalian lagi berantem ya?”
“ Nggak kok tan, Cuma Dava aja yang salah. Jadi Aleta marah sama saya”. Jawab Dava. Bunda Aleta mengganguk.
“ Kalo begitu, terima kasih tan. Saya pamit dulu ya”. Bunda Aleta mengganguk dan Dava meninggalkan rumah Aleta.
Sudah seminggu lebih Dava mencoba menarik perhatian Aleta. Mulai dari menjemputnya pagi-pagi , meninggalkan coklat dan bunga dibawah lacinya serta mengirim sebuah pesan singkat yang manis untuk Aleta. Namun, Aleta bersikukuh dengan sikapnya. Dia terus berusaha menghindar dengan berbagai caranya.
Aleta dan Giva sedang berada disebuah Cafe yang tidak jauh dari sekolahnya.
“Lo kenapa si gitu terus ke kak Dava? Al” tanya Giva.“ Tadinya gue kan, Cuma mau kasih pelajaran doang ke dia. Makanya gue jual mahal gitu sama dia. Sumpah gue pengen banget bales chat yang ia kirim. Dan gue selalu senyum dan parahnya mau pingsan!”.
Giva menoyor kepala Aleta “ Bego lo, dasar! Terus, kenapa lama banget lo nyuekin dia? Kasihan tuh anak orang”.
“Nah itu, gue binggung giv. Gue harus Gimana nih? Gue gengsi dong, gue juga takut Cuma jadi korban PHP”.
“Terserah lo deh”. Sementara itu, Giva sibuk dengan ponselnya. Sesekali ia tersenyum, lalu mengernyitkan dahinya. “oh iya Al, gue mau pipis. Bentar ya”. Ujar Giva lalu meninggalkan Aleta yang duduk sendirian.
Aleta melihat sosok laki-laki yang ia rasa tidak asing dan juga sedang mebawa sebuah Buket bunga. Cowok itu berjalan mendekat ke arahnya. “Al” panggil Dava.
Aleta terkejut, ia pun berdiri mematung . Berusaha mengendalikan detak jantungnya yang kian tak beraturan. Ia mencoba mengartikan apa yang terjadi saat ini.
“Maafin gue Al, udah bikin lo sakit hati kemarin. Tolong kasih gue kesempatan buat gue benerin semuanya Al. Kasih gue kesempatan biar bisa jagain lo selalu. Kasih gue kesempatan buat gue ngenalin lo ke keluarga gue sebagai pacar gue. Lo mau,kan?”.
Aleta mematung. Kali ini detak jantungnya semkain berdegup kencang.
“ Al kok diem? Lo mau kan jadi pacar gue?” Tanya Dava sekali lagi.
Perlahan Aleta menampakkan senyum manisnya. Dava langsung menarik tangan Aleta dan memeluk tubuh Aleta dalam dekapannya. Kali ini, Aleta tidak akan ku lepaskan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Aleta
RomanceKisah seorang gadis remaja yang bertemu dengan laki-laki yang ia lihat tampangnya sangat menakutkan. Akan tetapi Aleta salah mengiranya, Dava tak seburuk yang ia bayangkan. Karena kesalah pahaman Dava pada saat itu merusak sebuah pertemanannya denga...