Sampai detik ini Aleta masih merasakan rasa Asing itu dihatinya. Sudah dua hari ia tidak bertemu Dava, ia tidak tahu cowok itu masih dirumah sakit atau sudah pulang. sebenernya Aleta berniat menemui Dava, namun hari ini ia harus menemani Bunda dirumahnya. Karena ia sudah janji kemarin.
Kendaraan yang semulai ramai satu demi satu berkurang. Kini hanya tersisa Aleta dan beberapa orang siswa yang sedang menunggu jemputan. Sedih sekali rasanya tidak punya teman. Biasanya ia menunggu jemputan sambil ditemani oleh Giva.
"kehausan,nggak ada temen,perasaan nggak jelas. Gini banget hidup gue". Aleta menjulurkan kakinya. Ia menatap sedih cewek yang disebelahnya kini sudah dijemput." Ah, Bunda, lama banget sih". Aleta menatap sekitar. Siswa yang belum dijemput hanya tersisa hitungan jari.
"Kenapa melamun sih?"
Aleta mengerjap beberapa kali. Dengan cepat ia menoleh kearah sampingnya dan mendapatkan seorang laki-laki yang duduk disebelahnya, " Kak Dava, ini beneran kak Dava ?" tanyanya dengan wajah polos, membuat Dava tertawa geli.
"Bukan, gue Dava jadi-jadian" canda Dava.
Aleta menunduk, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.Aleta merasa malu, akan tetapi juga bahagia melihat dava yang kini berada disebelahnya.
Dava saat ini tersenyum kepadanya.
" Mau jalan, nggak?" Dava bertanya.
" Hmm, tapi kemana?''.
" Ayo pulang" ajak Dava malas, kemudian berdiri.
Kening Aleta mengerut. "katanya mau jalan-jalan?".
"Nggak jadi" Dava menyelesaikan kalimatnya dan melangkah meninggalkan Aleta yang kebinggungan dengan ucapan Dava.
" Kak Dava, tunggu!"Aleta berlari kecil mengejar cowok itu. "Kak Dava, kok diem aja sih, dari tadi?" Aleta menatap cowok itu yang sedang mengendari mobil. Dava tidak menjawab, wajahnya serius memandang kedepan.
" Kak"panggil Aleta. Kali ini cowok itu menjawab, tetapi hanya dengan dehaman pendek.
"Lo kenapa sih? Ngomong dong, kan gue jadi binggung dan takut lihat lo gini". Aleta menggaruk belakang kepalanya. Ia semakin binggung setelah Dava tertawa kecil sesekali melirik Aleta.
"Al"
"Apa?"
Dava tak menyahut lagi, otaknya sedang sibuk berpikir dan menentukan apakah ia akan mengatakan kepada Aleta. Pada Akhirnya cowok itu urung bicara "Nggak jadi".
Aleta mendengus. " Tahu nggak sih, Pamali lo kalo suka ngomong setengah-setengah. entar kumis lo tumbuhnnya setengah doang, ngeri kan?".
Dava terkekeh, fokusnya masih pada jalanan didepan. "Biasanya doa itu akan kembali pada yang mengucapkan". Sahut Dava santai, wajahnya cueknya terlihat sangat menyebalkan dimata Aleta.
Karena ucapan Dava barusan Aleta merasa Takut, cewek itu perlahan meraba bagian atas bibirnya. Ia membayangkan diperbatasan bibir dan hidungnya tumbuh kumis tenal. Ia menggeleng sambil memejam kuat. "Nggak, cewek mana ada kumisan".
"Ya siapa tau, besok pagi bangun tidur. Lo tumbuh kumis".
"Lo aja sama Kumisan" Sahut Aleta keki. Ia menatap Dava bengis membuat Dava menaikan sebelah Alisnya.
"Nggak ah, nanti kegantengan gue menambah"
"IDIH,Pede banget sih, Lo"
"Pede itu sehat" Kata Dava ringan, Aleta segera memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Aleta
RomanceKisah seorang gadis remaja yang bertemu dengan laki-laki yang ia lihat tampangnya sangat menakutkan. Akan tetapi Aleta salah mengiranya, Dava tak seburuk yang ia bayangkan. Karena kesalah pahaman Dava pada saat itu merusak sebuah pertemanannya denga...