Dava memejam mata sambil memijat pelipisnya. Ia baru saja menghidupkan Ponselnya setelah Tiga hari ponsel tersebut Mati. Ada ratusan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan singkat yang tak terjawab dari Aleta. Kembalinya penyakit yang Dava rasakan membuatnya harus berbaring ditempat tidur selama tiga hari.Dava :
Sorry Al, gue baru ngidupin ponsel. Gue baik-baik aja jadi Lo jangan khawatir ya.Dava menekan tombol sent dan beberapa detik muncul notifikasi pesan sudah terkirim. Lima menit Dava menunggu balasan dari Aleta, Mungkin saja ia sibuk mengerjakan tugas sekolahnya. Dava mengirim pesan sekali lagi untuk Aleta.
Dava :
Lo dimana Al?Tak kunjung mendapat balasan. Dava akhirnya menelpon Aleta.Namun, sayangnya ponsel cewek itu tidak Aktif. Berdecak kesal, ia pun kemudian segera bangun, lalu mengambil kunci mobil yang ada diatas meja,lalu berjalan dengan cepat keluar kamar.
Sesampainya dirumah Aleta, Ia tidak menemukan seorang yang ia cari. Kata bundanya, Aleta sedang pergi bersama teman cowok sekolahnya. Dava terus mengira-ngira siapa cowok yang mengajak Aleta pergi.
Hampir saja Dava menyerah dan memutuskan pulang, tetapi motor yang berhenti didepan gerbang rumah Aleta mengurungkan niatnya. Dava memajukan wajah serta menyipitkan mata.Setelah memperhatikan mereka cukup lama, Dava merasa tidak asing dengan cowok yang baru saja dateng bersama Aleta.Dava terdiam, ia sangat marah. Pikiran-ppikiran buruk mulai menggerayangi otaknya. Emosinya semakin menjadi-jadi. Ia kemudian keluar dari mobil, lalu tangan Dava mengepal dan hantaman mendarat diwajah Adit hingga cowok itu tersungkur.
Aleta memekik dan menutup mulut dengan tangannya. Perhatikan Dava teralih pada Aleta sekarang. “ Jadi, Gini cara lo memperlakukan sahabat?”
Aleta benar-benar terkejut hingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, ia bahkan tidak bisa mencerna perkataan Dava barusan.
Mata Dava semakin gelap seiring emosinya yang semakin meluap. “ Lo tahu kan kalo gue suka sama Aleta, tapi lo malah jalan bareng sama dia”.
Aleta mengerti sekarang, Dava salah paham. “Kak Dav-“
Aleta belum sempat melanjutkan ucapannya, tetapi Dava lebih dahulu berbicaan “Ternyata kayak gini dibelakang gue. Gue salah nilai lo al, dan Jujur Gue kecewa sama lo dit dan lo Al”.
“ Lo salah paham Dav” ucap Aleta maju selangkah mendekati cowok itu.
“ Udah cukup, jangan pernah nyebut nama gue lagi”. Lutut Aleta mekemas,Dava berbalik. Kemudian melangkah pergi. Ia berusaha mengejar cowok itu, tetapi Aleta tersandung batu lalu terjatuh. Lututnya tergores aspal, rasanya perih sekali.
“Kak Dava” teriak Aleta, Percuma saja Aleta berteriak seperti itu. Dava tidak peduli, mobil yang Dava kendarain sudah melesat dengan kecepatan penuh.
Sejak kejadian saat itu, Dava bener-bener tidak mau berbicara kepada Aleta. Ia selalu berpura-pura tidak melihat dan mendengar Aleta. Sudah Tiga hari, Giva melihat kondisi Aleta yang semakin hari semakin menurun. Giva sebelumnya tidak pernah melihat Aleta memiliki perasaan sebesar ini kepada seorang cowok.
Mereka berdua kembali duduk didalam kelas. Aleta masih terdiam. Ia terlihat kacau sekali meski sudah berusaha menyamarkan bengkak matanya dan wajahnya yang pucat. Tidak lama kemudian Titipan Giva datang. Giva menyodorkan sebungkus Roti dan sekotak susu coklat kepada Aleta.
“Gue ngak lape, Giv” ujar Aleta menggeleng.
“Lo harus makan sedikit. Gue yakin tadi dirumah lo nggak sarapan kan?!” Giva membuka Roti berosi coklat dan keju. Mau tak mau Aleta menerima dan menggigitnya sedikit.
“Terus, lo mau gimana sekarang? Bahkan, Dava aja nggak mau nengok tiap lo manggil dia”.
Aleta menyedot susu kotak ditangannya sambil melihat ke arah Giva “ Gue harus kerumahnya Dava”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Aleta
RomanceKisah seorang gadis remaja yang bertemu dengan laki-laki yang ia lihat tampangnya sangat menakutkan. Akan tetapi Aleta salah mengiranya, Dava tak seburuk yang ia bayangkan. Karena kesalah pahaman Dava pada saat itu merusak sebuah pertemanannya denga...