prolog

8.1K 318 22
                                    

Mengeluh pun rasanya aku tidak berhak atas ketidak berdayaan hatiku, dilahirkan dari keluarga yang sama sekali jauh dari jangkauanku meski dekat dari pandanganku.

Menjalani hari yang terasa kelam tanpa sentuhan kasih sayang kedua orang tuaku, rasanya aku ingin memberontak tapi hatiku melarang. pernah terbersit dipikiranku untuk mendapatkan perhatian dari keduanya dengan jalan menjadi wanita nakal tapi lagi-lagi hatiku tak mengijinkan.

Untungnya aku memiliki sahabat rasa saudara yang selalu ada disetiap hariku, menemaniku dan menghiburku  beserta keluarga besarnya yang juga menganggap diriku bagian dari keluarganya hingga aku bertahan dititik jenuhku.

Begitu juga dengan perasaan hatiku yang lain tanpa sadarnya mengagumi hati seseorang dari masa putih abu-abu, salahkah aku jika berharap lebih? ya hatiku menginginkannya tapi hanya bisa mengaguminya dalam diam, apakah itu cinta? aku sendiri tidak memahaminya.

Aku mengagumi semua yang ada dalam dirinya, perhatiannya, kasih sayangnya dan kejahilannya, jangan lupakan dengan ketampanannya, sungguh dia lelaki yang sangat tampan dengan postur tubuh perfectnya.

Tapi sayang semua hanya angan saja meski hatiku seolah berontak tapi logikaku melawannya jika pada akhirnya nanti aku menyakiti hatiku sendiri, Dia sudah memiliki wanita istimewah dihatinya.

Aku akan mengubur jauh kedasar hatiku yang paling dalam perlahan membuangnya, sudah cukup sakit yang kurasa dari kedua orang tuaku aku tidak ingin menambahnya lagi dengan luka lain.

Pada akhirnya hatiku tertambat dengan hati yang lain Ya.. aku menjatuhkan hatiku pada lelaki yang juga menjatuhkan hatinya padaku dan melupakan semua tentangnya. Tidak ada lagi rasa yang tersisa untuknya semua tertelan oleh perhatian dan kasih sayang oleh pemilik hatiku saat ini. dan aku berharap Dia bahagia dengan kehidupan barunya.

Hingga tiba hari itu dimana aku akan memulai hidup baru, suara lantang terdengar di telingaku mengucapkan Qabul yang lagi-lagi membuat duniaku seakan terbalik, semua rasa kukecapi saat itu juga. rasanya ingin berteriak sekeras-kerasnya tapi mulutku terbungkam hanya bulir-bulir bening yang mengalir dipipiku bagai maling kundang yang dikutuk menjadi batu begitulah yang aku rasakan seakan tubuhku kaku bak batu yang tak bisa kugerakkan hanya bisa mematung. ingin rasanya menyalahkan takdir atas kekecewaanku.

Lagi-lagi hatiku berkata jika semua atas andil kedua orang tuaku, Ya Allah.. rasanya aku ingin berteriak bahwa aku membenci mereka, belum cukupkah rasa sakit dan kecewa yang mereka berikan??

Aku hanya berharap pada takdir agar membawaku kejalan yang lurus agar suatu saat aku bisa gapai bahagiaku meski rasa sakit selalu saja mengikuti pijakanku.

------*****------*****------

Assalamu'alaikum readers, Maaf baru sempat update setelah beberapa bulan ini fakum di karenakan sakit selama sebulan dan buruknya lagi setelah sembuh dari sakit semua ide hilang yang membuatku terserang writers block selama beberapa bulan ini.

Dan Maaf lagi aku tidak bisa menjanjikan akan update setiap hari bahkan minggu dikarenakan lagi-lagi harus memikirkan ide belum lagi kesibukan lainnya yang menguras emosi dan tenaga.

So Jangan menunggu update ya, lamaaa.... soalnya baru epilog yang selesai, aku tidak bisa menjanjikan berapa hari kedepan bisa up lagi part berikutnya. 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Sebisanya aku berusaha menyelesaikan cerita ini tapi Maaf aku tidak bisa janji harus update cepat sangat sulit melawan writers block, dan Maaf juga sebelumnya jika ceritanya nanti tidak sesuai dengan ekspektasi kalian.

Beri aku waktu meski Laamaaaaaaaaaa ....🙏🙏🙏🙏🙏





PEMILIK HATI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang