11

201 14 4
                                    

Bonus chapter part 2. Serius, aku harus berhenti nulis ini sebelum kehabisan waktu buat belajar 😭😭😭!!! Someone, please stop me!!!. Yaudah lah. Udah jadi ini. Up ajalah. Tapi serius lah aku harus segera berhenti!!!. Anyway, selamat membaca 🥰🥰🥰. Jangan lupa di vote ya? Oke 👍👍?

Shin pikir ia sudah gila, bisa kembali lagi ke dunianya. Nyatanya tidak. Begitu ia mengangguk, Kagura langsung menariknya untuk ganti baju.

"Ayo siap-siap. Kita harus nyamar"

Kagura langsung memberikannya sebuah kaos hitam & juga clip earring. Shin yang melihatnya hanya bengong.

"Lo yakin?"

Kagura mengerutkan kening "Lah lo yakin gak?"

Shin sebenarnya agak takut. Bagaimana pun juga, ia tau kalau Neo bukan lagi yang ia & Miw kenali. Dirinya juga takut melibatkan Kagura ke dalam hal ini. Bagaimana pun juga, wanita tersebut tidak punya hubungan apa-apa dengan masalah ini.

Kagura mengganti bajunya "Gue si ikut elo. Kan elo yang akhirnya akan menghadapi ini semua. Gue disini cuma tempat sandaran lo selama mereka gak ada"

Shin mendengarnya menjadi sedih. Seberapa lama wanita itu ditempa perasaannya hingga bisa bicara seperti itu?

"Emangnya lo gak apa-apa?" Tanyanya khawatir. Kagura hanya terkekeh.

"Shin. Ketika orang memutuskan untuk mengambil senjata, yang ada di pikiran mereka mungkin hanya 2 kemungkinan. Pertama hanya karna itu sebuah pekerjaan. Kedua karna ingin melindungi seseorang. Kalo lo tanya gue, kenapa mau ikut? Jawabannya cuma satu, gue mau melindungi lo. Karna gue tau, lo gak kayak gue" jelas Kagura.

Shin terpana, tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu oleh orang yang baru sebulan ia kenal.

"Kenapa lo bilang gue gak kayak elo?" Tanya Shin penasaran. Tangan Kagura terhenti. Ia sedang memakai lipstick.

"Shin. Lo hidup sebagai anak mafia tapi menolak mengambil senjata ya kan?"

Shin pun mengangguk.

"Gue kayak elo tapi gue lebih memilih mengambil senjata. Gue lemah jadi gue harus ngelakuin itu" lanjutnya lagi.

Shin terlihat sedih "Apa lo kehilangan banyak orang?"

Kagura mengangguk "Iya. Termasuk kedua orangtua gue" jawabnya tersenyum miris. "Gue selalu ditinggalin banyak orang karna gue lemah. Gue gak bisa melindungi mereka. Gue gak bisa berjalan di sisi mereka. Mereka terlalu sayang sama gue. Terlalu posesif" lanjutnya terkekeh.

Teringat bagaimana ia & Mitsuhide bertengkar soal pendidikan Kagura sebagai seorang tentara. Ia bahkan di kurung oleh kakak sepupunya tersebut karna sering melawan. Sampai akhirnya, ia menjebol pintu ruang kurungannya & bebas. Bebas tapi selalu ingat jalan pulang.

"Gue pertama kali membunuh bahkan lebih mudah dari Miw. Kalo gak salah, dia waktu itu umur 14 tahun kan?" Tanyanya pada Shin. Pria itu mengangguk.

"Gue umur sekitar 8-9 tahun. Gue gak gitu ingat. Yang gue ingat cuma gue bunuh musuh papa gue" lanjut. Shin menahan napas. Tidak menyangka dengan apa yang didengarnya sekarang.

"Angkat senjata buat bunuh orang itu gak enak. Bahkan untuk melindungi diri sendiri pun, rasanya pasti gak enak. Gue gak mau lo kayak gue. Kebanyakan membunuh bikin lo mati rasa" lanjutnya tersenyum lembut. Manik matanya memancarkan ketulusan.

"Untung di cerita lo, lo gak sendirian. Lo sama mereka. Jadi beban bisa ditanggung bersama. Setidaknya gue ingin melakukan hal yang sama buat lo. Biar lo gak gila." Lanjutnya lagi. Shin yang mendengarnya pun sangat berterima kasih.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang