2 Juni 2016
Gwangju, Korea SelatanChangbin melihat ke arah langit yang cukup cerah untuk hari ini, lalu melihat Yoora yang duduk di sebelahnya dengan sekotak susu coklat di tangannya yang telah terbuka. Kemarin, pemuda bermarga Seo dipanggil oleh Jinwoo ke ruang kerjanya. Ada Kyla juga di sana.
“Polisi sedang menginvestigasi keksus kematian Seong Hoon.” Kata Jinwoo membuka percakapan.
“Sudah kuduga.” Balas Kyla sambil menumpukkan kaki kirinya di kaki kanannya, punggungnya bersandar pada badan sofa dengan kedua tangan terlipat di dada.
“Papa hanya mau mengatakan, kamu melakukan pekerjaanmu dengan baik. Selebihnya Papa dan Mama akan mengurus itu. Kamu fokus dalam belajar.”
“Yoora memintamu untuk melakukan apa saja, sayang?” tanya Kyla yang mencegah anaknya keluar dari ruangan khusus milik Jinwoo.
“Dia memberikanku sebuah diari untuk ditulis. Katanya aku boleh menuliskan apapun yang kumau.” Kata Changbin akhirnya.
“Boleh juga. Kamu mau menulisnya sekarang?” tanya Kyla.
Changbin mengangguk.
“Pergilah menulis. Mama senang kamu mendapatkan teman seperti Yoora. Mama tidak bisa membayangkan jika kamu mendapatkan teman seperti saat kamu di Seoul dulu.” Ucap Kyla tiba-tiba, “memang sudah benar keputusan Mama untuk kembali ke Korea Selatan tetapi kita tinggal di Gwangju.” Sambung Kyla lagi. Dia berdiri dan menepuk pundak Changbin.
“Kembalilah ke kamarmu dan lakukan apapun yang kamu mau, Changbin.”
Yoora tersenyum sambil merasakan angin yang berhembus menerpa kulitnya, “Binnie, apa kamu bersedia membacakan isi diarimu?”
Changbin mengangguk, “Ada di kelas, Yoora.”
“Ayo, ke kelas, Binnie?”
Ajakan Yoora disanggupi oleh Changbin, melangkah turun perlahan dari rooftop dan mengambil lift untuk segera ke kelas. Sesampainya mereka di kelas, Changbin mengeluarkan buku hitam tersebut.
“Apa yang kamu tulis, Binnie?”
Changbin membuka buku hitam dan melihat lembaran pertama yang ditulis oleh tulisan tangannya sendiri.
Aku tidak tahu harus menulis apa di lembar pertama ini. Kata Yoora, aku boleh menulis apapun, Mama juga berkata begitu.
Hari ini, semuanya masih terlihat sama. Papa dan Mama tetap bekerja seperti sebelumnya, aku tetap ke sekolah diantar oleh supir. Aku menemani Yoora di jam kelas yang kosong dan dia memberikanku diari warna hitam. Papa memujiku mengatakan kalau aku melakukan hal yang bagus. Mama juga sama.
Aku juga masih penasaran kenapa Bu. Kim tidak marah tadi pagi? Padahal, dia selalu memarahi kami, kenapa seseorang bisa bahagia? Seperti apakah rasa bahagia itu? Apakah seperti perkataan Yoora?
Aku mencari kebahagiaanku sendiri.
Changbin melihat Yoora yang tersenyum lebar saat pemuda itu selesai membaca isi diari tersebut. “Aku yakin kamu akan mendapatkannya, Binnie.” Ucap Yoora yang mempertahankan senyumnya. “kamu bisa menciptakan kebahagiaanmu sendiri.” Sambung Yoora lagi.
“terkadang, ketika kamu melakukan sesuatu dan kamu bahagia. Itu tandanya kamu menciptakan kebahagiaan sendiri.”
“memang terlihat berharga, sesuatu yang tidak membuat semua orang bahagia. Tetapi, jika kamu bahagia. Itu sudah cukup.” Kata Yoora lagi.
“Perasaan terlalu sulit untuk dimengerti.” Lirih Changbin ketika mendengar penuturan Yoora.
“Tidak apa-apa, aku bersamamu, Binnie. Kita hadapi ini bersama, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tomorrow • Changbin ✔
Fanfiction[Cerita ini diikutsertakan dalam WWC2020] ft • Seo Changbin | Stray Kids ▪︎▪︎▪︎ Ini adalah kisah singkat, teramat singkat, ... Hanya kisah singkat Kang Yoora, gadis tunanetra yang mencintai dalam diam seorang Seo Changbin, dengan semua...