Changbin POV
“Bagaimana kabarmu hari ini, Binnie?”
Aku tidak bisa menjawab. Bukan hal aneh bagiku untuk tidak menjawab langsung pertanyaan semudah itu. Mama dan Papa paham dengan diriku, tetapi mereka tidak. Aku tahu dengan desas-desus tentangku yang beredar di sekolah. Kuyakin Papa juga tahu, tapi dia belum membahasnya denganku. Papa tidak akan gegabah itu menyerang mereka. Aku berusaha mencari jawaban yang pas secepatnya, atau Yoora akan mengetahui rahasiaku.
Papa tidak mau dunia luar mengetahui apapun tentangku.
Hanya karena tidak mau dunia menjelekkan diriku.
“Aku ... baik, Yoora. Bagaimana dengan ... mu?” jawabku dengan ragu. Sepertinya Mama pernah mengajariku untuk bertanya balik kepada orang-orang yang bertanya seperti itu padaku. Kata Mama itu adalah moral. Apakah seperti itu?
“Aku juga, Binnie. Walaupun, aku terluka sedikit. Tapi, Dokter Haru sudah mengobatiku.” Jawab Yoora dengan sorot yang masih memandang ke depan, ke arah jendela, tatapannya terlihat kosong, bibirnya terus menyunggingkan sebuah senyuman. Sesuatu yang jarang aku temui didalam orang lain.
“Kenapa kamu terus tersenyum, Yoora?”
Aku memutuskan untuk menanyainya. Menurutku, itu bukan sesuatu yang aneh untuk ditanya, dan tidak akan membuat Yoora menyadari kekuranganku. Dapat kulihat dia masih setia dengan senyumannya, dia tidak tampak terganggu denganku yang bertanya seperti itu.
“Karena senyuman bisa membuat dunia menjadi lebih baik, Binnie.”
Jawabannya tidak memuaskan diriku. Aku masih tidak paham.
“Tidakkah kamu merasakan kebahagiaan kecil ketika seseorang menyambutmu atau sekilas menyapamu dengan sebuah senyuman, padahal harimu terlihat buruk? Aku tidak bisa melihat, tetapi aku masih bisa tersenyum. Aku sadar tersenyum adalah hal kecil tetapi, bisa memberikan efek terbesar dalam diri seseorang.” Yoora menjelaskannya dengan tenang.
Aku memutar logikaku, apakah dia tidak mau membuat orang-orang mengasihinya, karena dia tidak bisa melihat?
“Kamu bisa mulai harimu dengan senyum kepada orang terdekatmu di pagi hari. Kamu harus mencobanya, Binnie. Awalnya akan terasa sulit, tetapi akan terbiasa.” Ucap Yoora yang terus memandang ke depan.
Senyum?
Apa aku bisa melakukannya seperti yang Yoora lakukan?
Dia begitu tenang, aura yang dia berikan kepada orang-orang selalu baik dan positif, terlepas dari kekurangan pada penglihatannya.
“Kamu bisa mencobanya pada orangtuamu, Binnie. Aku yakin mereka akan merasa senang dari sebelumnya.”
Apakah seperti itu?
Papa dan Mama ... apakah mereka akan merasakan seperti yang Yoora katakan?
Aku tidak pernah tersenyum, tidak pernah ada sesuatu yang logis membuatku merasakan sampai membentuk sebuah senyuman seperti yang Yoora lakukan.
“Bahkan, sebuah pelukan bisa menenangkan orang yang sedang gelisah, Binnie. Indahnya perlakuan kecil yang terasa sulit untuk dilakukan.”
Aku hanya diam, mencari alasan yang bagus untuk menyetujui pernyataan Yoora. Tapi, nihil. Aku tidak mendapatkan apa-apa.
“Apa kamu sibuk setelah pulang sekolah nanti, Binnie?” tanya Yoora menghancurkan keheningan yang terbentuk beberapa menit yang lalu.
“Tidak, Yoora.”
Setidaknya, belum. Papa belum memintaku mempersiapkan diri untuk mengikutinya di malam hari. Papa memang jarang memintaku untuk mengikutinya.
“Mau ikut bersamaku menjenguk Jiji sepulang sekolah nanti?” tawar gadis di sebelahku, aku tidak tahu harus menjawab apa, akan tetapi, aku sempat melihat beberapa binar bintang berada di sepasang maniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tomorrow • Changbin ✔
Fiksi Penggemar[Cerita ini diikutsertakan dalam WWC2020] ft • Seo Changbin | Stray Kids ▪︎▪︎▪︎ Ini adalah kisah singkat, teramat singkat, ... Hanya kisah singkat Kang Yoora, gadis tunanetra yang mencintai dalam diam seorang Seo Changbin, dengan semua...