28 Maret 2016
Gwangju, Korea SelatanYoora duduk di atas kursi kelas dengan pandangan terus ke depan, telinganya tersumpal earphone berwarna putih. Suasana kelas terlalu ramai membuatnya sedikit tidak fokus, terlalu banyak suara. Earphone yang mengalunkan melodi tenang dengan volume kecil itu membantunya untuk tetap tenang. Salah satu perubahannya setelah kehilangan penglihatan adalah telinganya menjadi sensitif. Itu adalah alasan Yoora selalu berada di rooftop sebelum bel sekolah berdentang bersama Jiyeon.
“Permisi,”
Yoora memejamkan matanya, sumber suara yang berasal dari belakang. Yoora memilih untuk tetap diam.
“Boleh kenalan?”
Keheningan panjang menyelimuti si pembicara, Yoora masih diam, dia yakin pasti suara itu bukan mengajaknya untuk berkenalan. Yoora mengenal banyak siswa di sini sebelum kehilangan penglihatan dan sesudah itu tidak banyak orang yang mau menyapanya lagi.
“Namaku Lee Chaeyeon. Kamu?”
Yoora tersenyum dalam keheningan, dia mengenal gadis pemilik nama tersebut. Dulu mereka adalah teman yang cukup dekat, beberapa kali mengadakan pertemuan jalan-jalan berdua. Namun, setelah dia buta, Chaeyeon enggan menyapanya lagi. Ini adalah pertama kalinya dia berada dekat dengan Chaeyeon sebagai orang asing.
“Aku sempat membaca name tag-mu, Seo Changbin. Nama yang bagus. Aku berada di sebelah kelasmu. Apa kamu keberatan untuk ke kantin bersama?” tanya Chaeyeon. Yoora bisa merasakan kalau gadis itu kikuk. Karena, pemuda di belakang Yoora ini tidak membalas apapun daritadi.
Yoora mencabut earphone putihnya, menyimpan benda elektronik itu di laci meja dengan pandangan tetap mengarah ke depan.
“Aku tidak bisa.”
Yoora membulatkan bibirnya, tidak disangkanya kalau pemuda itu juga akan menolak ajakan dari Chaeyeon. Mereka bisa menjadi teman akrab.
“A ... begitu ternyata. Tidak apa-apa, Seo Changbin. Mungkin lain kali, kita bisa ke kantin. Kalau begitu, aku ke kelas duluan. Sampai jumpa.”
Yoora bisa mendengar detak jantung Chaeyeon yang cukup kuat, gadis itu merasa malu setelah ditolak oleh siswa baru ini saat melewati Yoora. Yoora selalu mendengar kalau Changbin menjadi populer di kalangan siswa. Karena, pemuda itu cukup misterius. Gadis ini sebenarnya merasakan sesuatu yang aneh dengan Changbin, dia tidak bisa menyimpulkannya begitu saja.
“Ternyata dia memang sombong.”
Yoora menyipitkan matanya, suara yang terdengar dari barisan tengah.
“Iya. Changbin, bukan? Aku mengajaknya berkenalan, tetapi, dia mengabaikan tanganku. Apa dia kira dia setampan itu? Cih, Hyunjin lebih bagus darinya.”
“Changbin juga membuatku seperti itu. Dia pikir semua orang menyukainya sehingga mengajaknya berkenalan. Padahal, memang kebiasaan di sini. Dia sangat sombong.”
“Lihatlah! Aku tidak akan sudi satu kelompok dengannya.”
Yoora mengerutkan dahinya. Kenapa Changbin dicerca sebegitu kasar oleh mereka?
“Binnie,” panggil Yoora yang berusaha mencari Changbin di belakangnya.
“Ya, Yoora.”
Yoora tersenyum lembut tatkala dia mendengar suara Changbin masuk ke telinganya. “Jiyeon tidak masuk hari ini. Karena, sakit. Bisakah kamu menemaniku ke rooftop setelah membeli makan siang di kantin?” tanya Yoora yang menunggu jawaban Changbin. Dia tidak tahu kalau Changbin menatapnya dengan pandangan datar nan biasa yang dia suguhkan kepada masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tomorrow • Changbin ✔
Fanfiction[Cerita ini diikutsertakan dalam WWC2020] ft • Seo Changbin | Stray Kids ▪︎▪︎▪︎ Ini adalah kisah singkat, teramat singkat, ... Hanya kisah singkat Kang Yoora, gadis tunanetra yang mencintai dalam diam seorang Seo Changbin, dengan semua...