29 Maret 2016
Gwangju, Korea SelatanChangbin merapikan kemeja sekolahnya yang sedikit kusut, dan menyampirkan jas di bahunya. Dia bercermin, matanya melihat kedua telunjuknya, dengan gerakan kaku, dia menarik kedua sudut bibirnya berlawanan arah menggunakan telunjuknya ke atas. Berusaha tersenyum seperti yang dikatakan Yoora. Tidak seluwes yang Yoora lakukan, hanya sebuah garis lengkung tipis di wajahnya.
Pemuda tersebut siap untuk ke sekolah, dia menuruni tangga rumah dan mendapati Kyla sedang duduk di area meja makan dengan sebuah dokumen di tangannya. Sedangkan, keberadaan sang ayah yang masih belum nampak.
“Morning, Ma.” Ucap Changbin dan tersenyum seperti yang ia lakukan di cermin kamarnya.
Kyla berniat membalas, tetapi, dia diam sambil mata yang terus melihat wajah Changbin dengan bibir sedikit terbuka.
Changbin hanya diam, dia merasa aneh ketika tidak mendapati reaksi seperti yang dikatakan Yoora kemarin.
Apa Yoora membohonginya?
Changbin mendengar suara derit kursi bergesekan dengan keramik, melihat Kyla yang dengan ekspresi sama mendekat ke arahnya. Tanpa diprediksi, Kyla membawanya ke sebuah pelukan.
“Morning, too, anakku. Senyummu sangat tampan, jangan dihilangkan. Tetap seperti ini, ya.”
“Ada acara apa ini? Kalian berpelukan.” Woohyun berucap sambil turun tangga, dengan tangan yang mengancingi jasnya.
Kyla melepaskan pelukannya, mengecup pipi kanan suaminya sebagai sapaan pagi, “Uri Changbinnie tersenyum, sayang.”
“Morning, Pa.” Sapa Changbin dengan senyum yang sama bertahan.
Woohyun berjalan ke arah Changbin, meletakkan kedua tangannya di atas pundak keras anak tunggalnya, menepuknya seakan memberikan kebanggaan kecil, “Morning, too, Changbin. Ayo sarapan.”
“Kau ini kaku sekali, sayang. Kenapa tidak memujinya?” decak Kyla yang sedikit kesal dengan perbuatan suaminya. Anaknya mengalami perkembangan setelah sekian lama. Patut untuk dirayakan.
Woohyun menghembuskan napasnya lemah, “Kau tahu pasti darimana penyakitnya berasal, sayang. Jangan memintaku untuk melakukannya.”
Kyla terkekeh, “Sorry, honey. Aku terlalu bersemangat saat melihat Changbin tersenyum.”
“Apa itu salah, Mama?” tanya Changbin sambil mengoleskan selai ke rotinya. Sarapan sederhana yang selalu dikonsumsi setiap hari.
“Tidak, sayang. Tidak salah. Kamu benar-benar melakukannya dengan baik, Changbin. Mama akan menjalani hari dengan baik. Karena, anakku tersenyum. Rasanya langit sangat cerah hari ini.”
Changbin diam, matanya melihat ke luar rumah, langit memang cerah, tidak ada awan sama sekali.
Yoora tidak membohonginya.
Senyuman bisa membawa hal baik di keluarganya.
▪︎▪︎▪︎
Yoora POV
Perasaanku daritadi tidak enak, seperti ada keriasauan di hati. Tadi pagi, aku sudah merasakan sesuatu yang mengganjal di hati. Selama perjalanan ke sekolah, otakku bercabang, salah satu hal yang aku pikirkan daritadi, adalah Jiji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tomorrow • Changbin ✔
Fanfic[Cerita ini diikutsertakan dalam WWC2020] ft • Seo Changbin | Stray Kids ▪︎▪︎▪︎ Ini adalah kisah singkat, teramat singkat, ... Hanya kisah singkat Kang Yoora, gadis tunanetra yang mencintai dalam diam seorang Seo Changbin, dengan semua...