25 Maret 2016
Gwangju, Korea Selatan"Bagaimana cuaca hari ini, Jiji?"
"Sangat baik, kamu tahu, tidak begitu panas atau begitu gelap. Hawanya sejuk, dan awan terlihat sangat bagus hari ini. Aku akan mengabadikannya jadi, kamu bisa melihatnya suatu saat nanti, Yoora."
Gadis yang melemparkan pertanyaan tadi tersenyum, lebih tepatnya tersenyum getir nan pahit. Tangannya meremas The White Cane yang di genggamannya. "Apa akan ada keajaiban?" lirih gadis yang dipanggil Yoora dengan tatapan matanya yang kosong.
"Pasti ada. Aku yakin, apalagi waktumu masih banyak. Aku akan menjamin kamu mendapatkan donor mata." Ucap gadis yang bernama Jiyeon -dipanggil 'Jiji' oleh Yoora- dia berbalik dan duduk di sebelah gadis tunanetra tersebut. Dia melihat jam tangan Yoora yang berwarna hitam dan sekitaran bulatan yang menjadi arah penunjuk itu berwarna gold. Terlihat klasik dan casual bersamaan. Para pemberi jam sangat mengerti apa yang pantas untuk teman baiknya ini.
Semilir angin bermain dengan helai rambut mereka, menyapu permukaan wajah mereka yang sedang menikmati pemandangan Kota Gwangju dari rooftop sekolah. "Kuharap memang ada yang mau memberikan matanya padaku untuk melihat lagi." Kata Yoora yang menengadah wajahnya ke langit Bumi.
"Ayo, balik ke kelas, Yoora. Guru Kim sudah mau masuk." Ajak Jiyeon dan membantu Yoora untuk bangkit dan menuntunnya kembali ke kelas yang terletak satu tingkat dibawah rooftop.
Gadis bernama lengkap Kang Yoora tersebut menekan tongkatnya di lantai, "Jiji,"
Jiyeon hanya menyahut, tangannya masih menempel di lengan Yoora.
"Apa pekerjaan sekolahmu sudah selesai? Setelah mata pelajaran Guru Kim, bukankah pelajaran Bahasa Korea?" tanya Yoora dan duduk di tempatnya, bagian terdepan dan terletak di paling dekat dengan jendela kelas. Ia melipat White Cane-nya dan menyimpannya di laci bawah meja.
"Kamu benar! Astaga! Aku melupakan tugas itu. Apa kamu bisa membantuku?"
Yoora tersenyum tipis, ia mendengar grasah-grusuh di sebelahnya, debuman buku yang menghantam meja terdengar kuat di telinga Yoora, semenjak kehilangan penglihatan, sepasang telinga Yoora lebih sensitif dengan suara dan bunyi yang dikeluarkan oleh lingkungan sekitar.
"Tentu."
"Selamat pagi, anak-anak."
Jiyeon meraung keras, tugasnya belum dikerjakan satu soal pun, kemungkinan dia akan mendapatkan hukuman berlari di lapangan di luar akan sangat besar.
"Guru Song bukan guru yang cepat datang, kamu bisa mengatakannya padaku nanti." Bisik Yoora yang kemudian, pandangannya masih tertuju ke menyamping, walaupun yang dia lihat hanyalah kegelapan.
"Hari ini, Bapak akan memperkenalkan murid baru, dia pindahan dari luar negeri. Murid Seo, silahkan masuk." Ucap Bapak Kim selaku wali kelas Yoora dan teman-temannya dengan tegas. Yoora mendengar banyak bisik-bisik yang terngiang di telinganya. Tetapi, semuanya hanya membahas tentang murid baru tersebut.
"Yoora, murid baru itu cowok." Kata Jiyeon dengan semangat di telinga Yoora.
"Teman-teman mengatakan kalau dia tampan, apa seperti itu, Jiji?" tanya gadis bermarga Kang itu. Jiyeon berdengung memberikan jawaban.
"Sangat tampan. Tapi, dia terlihat dingin. A-"
"Nona. Lee, anda bisa berbicara setelah pelajaran saya selesai nanti. Murid baru, silakan memperkenalkan dirimu."
Jiyeon menggerutu, "Padahal, aku hanya berbicara sebentar. Bisa-bisanya guru itu mengatakanku seperti itu."
Suasana kelas begitu hening, tapi Yoora masih menangkap beberapa bisikan dari teman lain yang duduk di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tomorrow • Changbin ✔
Fanfiction[Cerita ini diikutsertakan dalam WWC2020] ft • Seo Changbin | Stray Kids ▪︎▪︎▪︎ Ini adalah kisah singkat, teramat singkat, ... Hanya kisah singkat Kang Yoora, gadis tunanetra yang mencintai dalam diam seorang Seo Changbin, dengan semua...