🥀 Chapter 20

9 3 0
                                    

5 November 2016
Gwangju, Korea Selatan

Changbin melihat Yoora yang terbaring pulas di atas bangsal kamar pasien. Dia menepati janjinya, tidak terbesit dibenaknya untuk meninggalkan Yoora di rumah sakit. Dia terus menerus menatap wajah Yoora yang damai karena tidurnya.

Hyunwon dan Hani sedang menjemput Minho yang akan mendarat ke Gwangju bersama Jieun juga. Anak bungsu keluarga Kang itu rewel untuk ikut ke bandara bersama sepasang suami istri tersebut.

Changbin juga melewatkan sekolahnya untuk menunggu Yoora siuman. Matanya melihat tangan Yoora yang bergerak sedikit, Changbin dengan segera menekan tombol panggilan dokter dan perawat tanpa suara.

“Papa, Mama,” kata Yoora yang berucap tanpa ada jawaban untuknya. Tim dokterpun masuk ke dalam ruangan pasien.

“Syukurlah Anda telah siuman, Nona Kang. Mari saya bukakan perban Anda.” Kata dokter dengan perlahan membuka perban tersebut.

Yoora mengerjapkan matanya beberapa kali ketika retinanya menangkap cahaya dari luar, bayangan hitam berubah menjadi buram, lalu perlahan-lahan menjadi jelas. Yoora mengarahkan pandangannya ke sekitar ruangan, dia melihat pemuda yang masih dalam balutan seragam sekolah dengan buram. Tetapi, dia mengabaikannya dan melihat ke depan.

“Dok,” kata Yoora ketika mengarahkan pandangannya ke dokter tersebut.

“Bagaimana rasanya, Nona Kang? Apa ada yang sakit?” tanya dokter tersebut.

Yoora menggeleng, “Tidak ada, Dok. Aku bisa melihat lagi. Terima kasih, Dok.”

Dokter tersebut tersenyum, “Semua berkat takdir yang diberikan, Nona Kang. Kami hanya membantu sebisa kami. Kalau begitu, kami permisi, Nona.”

Yoora mengangguk, matanya menangkap seseorang yang masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk kamar pasien. Matanya mengerjap sekali dan kembali melihat memastikan, berarti bayangan dimana sosok terbalut seragam bukanlah halusinasinya.

“Siapa kamu? Kenapa kamu bisa disini?” tanya Yoora sambil melihat pemuda tersebut.

Pemuda itu tidak menjawab apapun, hanya melihat Yoora dengan pandangan yang tidak bisa Yoora artikan.

“Kang Yoora,” panggil pemuda tersebut yang tidak juga membuat Yoora mendapatkan hasil apapun.

Yoora melihat wajah pemuda itu, dagu lancip dengan rahang yang tegas, matanya yang melihat dengan intens, pipi yang tirus dengan rambut yang diturunkan menciptakan kesan anak baik di mata.

“Kamu tahu namaku? Ka ... Binnie?” Yoora menunjuk pemuda tersebut sambil menebak nama pemuda tersebut. Hatinya tidak bisa lebih dari gembira ketika melihat anggukan dari pemuda itu.

Dengan segera, Yoora turun dari bangsal dan memeluk tubuh Changbin dengan erat, kepalanya menoleh ke samping dengan mata terpejam bahagia, “Aku kira Binnie tidak akan menjadi orang yang aku lihat pertama kalinya.”

“Aku selalu disampingmu, Yoora.” Ucap Changbin yang membuat Yoora merasa tenang, dengan perlahan dia menengadah ke atas dan melihat wajah Changbin yang juga menunduk mellihatnya.

“Binnie tampan.”

Changbin tersenyum tipis, tangannya terangkat untuk memperbaiki sehelai rambut Yoora yang menganggu pemandangan gadis tersebut.

“Aku serius, Binnie tampan. Aku sudah menduga Binnie tampan, tetapi aku tidak menyangka Binnie setampan ini. Apalagi saat Binnie tersenyum seperti itu, Binnie sangat tampan. Aku suka.”

Yoora tersenyum cantik sambil mengatakan kalimat tersebut dengan posisi yang sama, mengabaikan degupan jantungnya karena, dia tahu Changbin tidak akan bisa merasakan perasaan yang sama dengannya sekarang.

Our Tomorrow • Changbin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang